Tipitaka/SuttaPitaka/MajjhimaNikaya/MahapunnamaSutta

MN 109 PTS: iii M 15 Maha-puňňama Sutta: Kotbah Panjang Malam Purnama
Adaptasi terjemahan dari Pali oleh Thanissaro Bhikkhu dan Sister Upalavanna
 
Saya mendengar bahwa pada suatu kesempatan Sang Bhagava tinggal dekat Savatthi di Biara Timur, istana ibu dari Migara. Dan pada kesempatan itu - uposatha tanggal lima belas, di malam purnama yang sangat penuh - Beliau duduk di tempat terbuka dengan komunitas para bhikkhu.
 
Kemudian seorang bhikku, bangkit dari tempat duduknya, mengatur jubahnya di salah satu bahunya, dan beranjali, berkata kepada Sang Bhagava: "Yang Mulia, ada yang ingin saya tanyakan seandainya Yang Mulia berkenan memberi saya kesempatan. "

"Baiklah, kalau begitu, bhikkhu. Duduklah dan tanyakanlah apa yang ingin engkau ketahui."
 
Menanggapi Sang Bhagava, "Baik, Yang Mulia," duduk bhikkhu itu kembali di tempatnya dan berkata kepada Sang Bhagava,"Apakah ini lima kelompok /agregat/gugus (sebagai objek) kemelekatan, yaitu Jasmani (Rupa) sebagai kelompok kemelekatan, Perasaan (Vedana) sebagai kelompok kemelekatan, ..Persepsi (Saňňa)...., Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) ... Kesadaran (Viňňana) sebagai kelompok kemelekatan (upādānakkhandha)?"

"Bhikku, inilah Lima Kelompok Kemelekatan (Pancupādānakkhandha -> 5 objek-objekkemelekatan), yaitu Jasmani (Rupa) sebagai kelompok kemelekatan, Perasaan (Vedana) sebagai kelompok kemelekatan, .. Persepsi (Saňňa).... , Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara)... Kesadaran (Viňňana) sebagai kelompok kemelekatan (upādānakkhandha). "

"Baik,Yang Mulia," bhikkhu itu puas & menyetujui kata-kata Sang Bhagava dan kemudian bertanya lebih lanjut: "Tapi apa, Yang Mulia, di mana Lima Kelompok Kemelekatan ini berakar?"

"Bhikkhu, Kelima Kelompok Kemelekatan ini berakar dalam keinginan (tanha)."

"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu puas & menyetujui kata-kata Sang Bhagava dan kemudian bertanya lebih lanjut: "Apakah kemelekatan sama dengan Lima Kelompok Kemelekatan atau kemelekatan terpisah dari Lima Kelompok Kemelekatan?"
 
"Bhikkhu, kemelekatan bukanlah hal yang sama dengan Lima Kelompok Kemelekatan, tidak pula terpisah dari Lima Kelompok Kemelekatan. Di mana ada gairah & kesenangan di sana, kemelekatan ada disana."

"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Mungkinkah ada keragaman dalam keinginan (hasrat) & gairah terhadap Lima Kelompok Kemelekatan?"

"Mungkin, bhikkhu. Ada kasus di mana pikiran sebagai berikut terjadi kepada seseorang, "Semoga aku menyatu dengan Jasmani (Rupa) tertentu di masa depan, Semoga aku menyatu dengan Perasaan (Vedana) tertentu..., Persepsi (Saňňa) tertentu..., Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) tertentu..., Semoga aku menyatu dengan Kesadaran (Viňňana) tertentu di masa depan. Ini adalah bagaimana ada keragaman keinginan & gairah untuk Lima Kelompok Kemelekatan."
 
"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Sejauh mana cakupan istilah "kelompok/khandha" berlaku untuk masing-masing kelompok/khandha?"

"Bhikkhu, apapun Jasmani (Rupa), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: itulah yang disebut kelompok Jasmani (Rupakhandha).
 
Apapun Perasaan (Vedana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: itulah yang disebut kelompok Perasaan (Vedanakhandha).
 
Apapun Persepsi (Saňňa), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau diluar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: itulah yang disebut kelompok Persepsi (Saňňakhandha).
 
Apapun Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: itulah yang disebut kelompok Bentuk-bentuk Pikiran (Sankharakhandha).

Apapun Kesadaran (Viňňana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau diluar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat: itulah yang disebut kelompok Kesadaran (Viňňanakhandha).

Inilah jangkauan sejauh mana cakupan istilah "kelompok/khandha" berlaku untuk masing-masing kelompok/khandha."
 
"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Yang Mulia, apa penyebab, apa kondisi-kondisi yang menunjang keberadaan dari agregat Jasmani (Rupa), Perasaan (Vedana), Persepsi (Saňňa), Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara), dan Kesadaran (Viňňana)?"
 
"Bhikkhu, empat eksistensi besar (padat, cair, api, & gas) adalah penyebab, empat eksistensi besar adalah kondisi-kondisi yang menunjang keberadaan agregat Jasmani (Rupa). Kontak adalah penyebab, Kontak adalah kondisi-kondisi yang menunjang keberadaan agregat Perasaan (Vedana), Persepsi (Saňňa), dan Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara). Nama Rupa adalah penyebab, Nama Rupa adalah kondisi-kondisi yang menunjang keberadaan agregat Kesadaran (Viňňana).

"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Yang Mulia, bagaimana timbulnya pandangan tentang adanya "diri" terjadi?"
 
"Ada kasus, bhikkhu, di mana orang yang tidak terpelajar, tidak terlatih, tidak mengenal para Yang Tercerahkan, tidak memahami dan berdisiplin dalam Dhamma, mereka yang tidak mengenal para bijaksana yang memiliki keteguhan; menganggap Jasmani (Rupa) sebagai "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Jasmani (Rupa).

"Dia menganggap Perasaan (Vedana) sebagai "diri", atau menganggap Perasaan (Vedana) dimiliki oleh "diri" , atau menganggap Perasaan (Vedana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Perasaan (Vedana).
 
"Dia menganggap Persepsi (Saňňa) sebagai "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Persepsi (Saňňa).

"Dia menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) sebagai "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara).

"Dia menganggap Kesadaran (Viňňana) sebagai "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Kesadaran (Viňňana).

"Inilah bhikkhu, bagaimana timbulnya pandangan tentang adanya "diri" terjadi."
 
"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Yang Mulia, bagaimana pandangan tentang adanya "diri" lenyap?"
 
"Ada kasus, bhikkhu, di mana orang yang terpelajar, terlatih, mengenal para Yang Tercerahkan, memahami dan berdisiplin dalam Dhamma, mereka yang mengenal para bijaksana yang memiliki keteguhan; TIDAK menganggap Jasmani (Rupa) sebagai "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Jasmani (Rupa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Jasmani (Rupa).

"Dia TIDAK menganggap Perasaan (Vedana) sebagai "diri", atau menganggap Perasaan (Vedana) dimiliki oleh "diri" , atau menganggap Perasaan (Vedana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Perasaan (Vedana).

"Dia TIDAK menganggap Persepsi (Saňňa), sebagai "diri", atau menganggap Persepsi (Saňňa) dimiliki oleh "diri" , atau menganggap Persepsi (Saňňa) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Persepsi (Saňňa).
 
"Dia TIDAK menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) sebagai "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara).

"Dia TIDAK menganggap Kesadaran (Viňňana) sebagai "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) dimiliki oleh "diri", atau menganggap Kesadaran (Viňňana) berada di dalam "diri", atau menganggap "diri" terkandung atau berada di dalam Kesadaran (Viňňana).

"Inilah bhikkhu, bagaimana pandangan tentang adanya "diri" lenyap."
 
"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Apakah, Yang Mulia, yang menjadi daya tarik Jasmani (Rupa)? Apakah keburukannya? Bagaimana cara melepaskan diri darinya? Apa yang menjadi daya tarik Perasaan (Vedana)...Persepsi (Saňňa)... Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) ...Kesadaran (Viňňana)?"

"Bhikkhu, apapun kesenangan & kegembiraan yang muncul dikondisikan atau berkenaan dengan Jasmani (Rupa) adalah daya tarik Jasmani (Rupa). Kenyataan bahwa Jasmani (Rupa) adalah tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan adalah keburukan dari Jasmani (Rupa). Menundukan keinginan (hasrat) & gairah, meninggalkan keinginan (hasrat) & gairah terhadap Jasmani (Rupa) adalah cara melepaskan diri darinya."

"Bhikkhu, apapun kesenangan & kegembiraanyang muncul dikondisikan atau berkenaan dengan Perasaan (Vedana) adalah daya tarik Perasaan (Vedana). Kenyataan bahwa Perasaan (Vedana) adalah tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan adalah keburukan dari Perasaan (Vedana). Menundukan keinginan (hasrat) & gairah, meninggalkan keinginan (hasrat) & gairah terhadap Perasaan (Vedana) adalah cara melepaskan diri darinya."

"Bhikkhu, apapun kesenangan & kegembiraanyang muncul dikondisikan atau berkenaan dengan Persepsi (Saňňa) adalah daya tarik Persepsi (Saňňa). Kenyataan bahwa Persepsi (Saňňa) adalah tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan adalah keburukan dari Persepsi (Saňňa). Menundukan keinginan (hasrat) & gairah, meninggalkan keinginan (hasrat) & gairah terhadap Persepsi (Saňňa) adalah cara melepaskan diri darinya."

"Bhikkhu, apapun kesenangan & kegembiraan yang muncul dikondisikan atau berkenaan dengan Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) adalah daya tarik Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara). Kenyataan bahwa Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) adalah tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan adalah keburukan dari Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara). Menundukan keinginan (hasrat) & gairah, meninggalkan keinginan (hasrat) & gairah terhadap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) adalah cara melepaskan diri darinya."

"Bhikkhu, apapun kesenangan & kegembiraan yang muncul dikondisikan atau berkenaan dengan Kesadaran (Viňňana) adalah daya tarik Kesadaran (Viňňana). Kenyataan bahwa Kesadaran (Viňňana) adalah tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan adalah keburukan dari Kesadaran (Viňňana). Menundukan keinginan (hasrat) & gairah, meninggalkan keinginan (hasrat) & gairah terhadap Kesadaran (Viňňana) adalah cara melepaskan diri darinya."

"Baik, Yang Mulia," bhikkhu itu ... menanyakan pertanyaan lebih lanjut: "Mengetahui dengan cara bagaimana, melihat dengan cara apa, berkaitan dengan jasmani yang berkesadaran ini dan berkaitan dengan semua fenomena dari luar, tak ada lagi timbulnya gagasan mengenai "Diri, Diriku, Milikku" termasuk kekotoran batin laten yang sangat halus dalam membanding-bandingkan diri? "
 
"Bhikkhu, seseorang melihat apapun Jasmani (Rupa), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Jasmani (Rupa) - sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."

"Bhikkhu, seseorang melihat apapun Perasaan (Vedana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau dil uar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Perasaan (Vedana) - sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Bhikkhu, seseorang melihat apapun Persepsi (Saňňa), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalamatau dil uar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Persepsi (Saňňa) - sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Bhikkhu, seseorang melihat apapun Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) - sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Bhikkhu, seseorang melihat apapun Kesadaran (Viňňana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Kesadaran (Viňňana) - sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Bhikkhu, mengetahui dengan cara ini, melihat dengan cara ini, berkaitan dengan jasmani yang berkesadaran ini dan berkaitan dengan semua fenomena dari luar, tak ada lagi timbulnya gagasan mengenai "Diri, Diriku, Milikku" termasuk kekotoran batin laten yang sangat halus dalam membanding-bandingkan diri"

Pada saat itu pemikiran ini muncul di kesadaran seorang bhikkhu tertentu: "Jadi , Jasmani(Rupa) bukan diri, Perasaan (Vedana) bukan diri, Persepsi (Saňňa) bukan diri, Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) bukan diri, Kesadaran (Viňňana) bukan diri. Lalu diri apa yang bisa tersentuh oleh tindakan yang dilakukan oleh apa yang bukan diri?"
 
Kemudian Sang Bhagava, mengetahui pemikiran bhikkhu itu, berkata padanya: "Adalah mungkin bagi orang bodoh - diliputi kegelapan batin, dikuasai oleh nafsu keinginan - berpikir bahwa dia bisa mengakali pesan gurunya dengan cara seperti ini: 'Jadi, Jasmani (Rupa) bukan diri, Perasaan (Vedana) bukan diri, Persepsi (Saňňa) bukan diri, Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) bukan diri, Kesadaran (Viňňana) bukan diri. Lalu diri apa yang bisa tersentuh oleh tindakan yang dilakukan oleh apa yang bukan diri?'... "
 
"Sekarang, bhikkhu, bukankah sudah pernah kuajarkan cara memberikan pertanyaan balik sehubungan dengan topik ini di berbagai kesempatan dan bagaimana segala sesuatu yang terkondisi sangat tergantung pada kondisi-kondisi yang menunjangnya?"
 
"Apa pendapat kalian - Apakah Jasmani (Rupa) kekal (tetap) atau tidak kekal (tidak tetap)?"
"Tidak kekal (tidak tetap), Yang Mulia."
 
"Dan apakah yang tidak kekal itu memuaskan atau tidak memuaskan?"
"Tidak memuaskan, Yang Mulia."
 
"Dan apakah layak untuk menganggap apa yang tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini adalah Milikku, Ini Diriku, Ini Aku'?.."
"Tidak, Yang Mulia."
 
"... Apakah Perasaan (Vedana) kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia." ...
 
"... Apakah Persepsi (Saňňa) kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, YangMulia."...
 
"... Apakah Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia." ...
 
"Apa pendapat kalian - Apakah Kesadaran (Viňňana) kekal atau tidak kekal?"
"Tidak kekal, Yang Mulia."
 
"Dan apakah yang tidak kekal itu memuaskan atau tidak memuaskan?"
"Tidak memuaskan, Yang Mulia."
 
"Dan apakah layak untuk menganggap apa yang tidak kekal, tidak memuaskan, tunduk pada hukum perubahan sebagai: 'Ini adalah Milikku, Ini Diriku, Ini Aku'?.."
"Tidak, Yang Mulia."
 
"Demikianlah para Bhikkhu, apapun Jasmani (Rupa), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Jasmani (Rupa) – hendaknya dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Demikianlah para Bhikkhu, apapun Perasaan (Vedana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Perasaan (Vedana) – hendaknya dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Demikianlah para Bhikkhu, apapun Persepsi (Saňňa),baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Persepsi (Saňňa) - hendaknya dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."

"Demikianlah para Bhikkhu, apapun Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara) - hendaknya dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."

"Demikianlah para Bhikkhu, apapun Kesadaran (Viňňana), baik di masa lalu, masa depan, atau saat ini; internal atau eksternal (di dalam atau di luar); kasar atau halus; rendah atau luhur; jauh atau dekat; - apapun Kesadaran (Viňňana) - hendaknya dilihat sebagaimana adanya dengan pengertian benar: 'Ini bukan Milikku, Ini bukan Diriku, Ini bukan Aku'..."
 
"Melihat demikian, murid para Yang Tercerahkan menjadi enggan terhadap Jasmani (Rupa), menjadi enggan terhadap Perasaan (Vedana), menjadi enggan terhadap Persepsi (Saňňa), menjadi enggan terhadap Bentuk-bentuk Pikiran (Sankhara), menjadi enggan terhadap Kesadaran (Viňňana). Dari keengganan timbul keseimbangan batin. Dari keseimbangan batin, dia sepenuhnya terbebaskan. Melalui pembebasan timbul pengetahuan, 'Pembebasan telah sepenuhnya diraih'. Dia mengetahui 'Kelahiran telah terhenti, kehidupan suci telah terpenuhi, tugas telah tuntas dilaksanakan. Tidak kembali lagi ke dunia ini (lingkaran samsara telah dipatahkan)'.."
 
Demikianlah yang dikatakan Sang Bhagava. Berterimakasih, para bhikkhu puas dengan kata-kata Sang Bhagava. Dan ketika penjelasan ini diberikan, pikiran enam puluh orang bhikkhu, melalui ketidakmelekatan, sepenuhnya terbebas dari kekotoran batin.

(SELESAI)