Sinopsis

sunting

Beni suka membantu di toko roti kakek dan neneknya karena merasa nyaman di sana. Beni memiliki sahabat, Rama, dan keduanya suka mengeksplorasi dunia digital. Tugas komputer yang mereka bawa ke toko roti membawa persahabatan mereka kepada hal menarik yang tidak mereka sangka.

  1. Beni
  2. Kung
  3. Ti
  4. Rama
  5. Ayah
  6. Bunda
  7. Pak Tono

Lokasi

sunting

Solo, Jawa Tengah

Cerita Pendek

sunting
 
tampak depan toko roti

Beni suka mengunjungi kakek dan neneknya, yang dia panggil Kung (Eyang Kakung) dan Ti (Eyang Putri), yang tinggal di sebuah ruko di persimpangan jalan ramai yang tidak jauh dari rumah Beni. Mereka berusia sekitar 60 tahun tetapi masih sangat aktif karena mereka mengelola toko roti yang terletak tepat di lantai dasar ruko, sedang mereka tinggal di atasnya yaitu pada lantai kedua dan ketiga. Setelah menyelesaikan tugas sekolahnya, biasanya Beni mengendarai sepeda dari rumahnya ke toko. Toko roti buka sampai sore hari dan Beni senang membantu di sana karena aroma harum roti membuat dia merasa betah. Kung selalu memberinya tugas untuk mengambil roti dari rak dan dia cukup hapal harga dan jenis roti dengan cukup baik karena seringnya membantu. Dari awal Kung selalu memberinya upah harian, padahal awalnya Beni murni ingin membantu karena suasana toko menyenangkan, pula Kung telah memiliki beberapa karyawan yang membantunya membuat roti dan menjaga toko. Beni telah membantu di sana sejak berusia 9 tahun dan selalu menabungkan sebagian upah hariannya karena ayahnya mengatakan jika Beni ingin membeli laptop impiannya, yang cukup mahal, ayahnya hanya akan membantu sebagian. Beni ingin membeli laptop dengan sebagian uangnya sendiri sebelum dia masuk sekolah menengah pertama. Karena itu, dia selalu menabungkan sebagian upah harian dan hadiah ulang tahunnya.

***

Setiap hari Kamis adalah waktu bagi pelajaran komputer. Beni menyukai pelajaran ini semata-mata karena gurunya memperbolehkan mereka bermain game di komputer sekolah selama mereka telah menyelesaikan tugas mereka terlebih dahulu. Pelajaran berlangsung selama satu setengah jam, tetapi Beni biasanya menyelesaikan tugasnya hanya dalam waktu satu jam karena untungnya dia cukup cerdas dan tentunya ingin memanfaatkan waktunya untuk bermain game.

Pelajaran komputer di sekolah Beni mengajarkannya cara menggunakan Microsoft Excel sejak tahun lalu ketika dia kelas lima SD. Beni memperhatikan dengan seksama dan belajar dengan cepat. Sekarang setelah dia kelas enam, pelajaran program Microsoft Excel sudah cukup mendalam. Guru komputernya, Pak Tono, kini menjelaskan cara mengerjakan laporan keuangan sederhana menggunakan Microsoft Excel.

Pada akhir lab hari itu, Pak Tono mengatakan, "Komputer hadir untuk membantu kita, anak-anak! Kita harus menggunakan alat digital dan mengurangi penggunaan kertas, karena ini adalah masa depan. Microsoft Excel memudahkan kita untuk menghitung dan menyelesaikan tugas-tugas yang dulunya membutuhkan waktu lama jika dikerjakan dengan tangan. Sekian lab komputer hari ini, kalian bisa kembali ke kelas."

***

Hari itu sepulang sekolah, seperti biasa Beni menyempatkan diri untuk membantu di toko. Namun karena dia memiliki banyak PR, dia juga membawa buku-buku agar bisa mengerjakan tugas sekolahnya setelah membantu. Ti sedang menghitung uang di kasir, dan Kung mengawasi karyawan merapikan toko seperti yang biasa mereka lakukan ketika toko sudah tutup. Rak kaca dan kasir bersebelahan dan sama tinggi, maka Beni bertanya kepada Ti bolehkah dia mengerjakan tugas sekolahnya di atas rak. Dia lalu duduk di sebelah Ti dan mengerjakan PR-nya sementara Ti melanjutkan menghitung uang hasil penjualan hari itu. Ti lalu menceritakan sesuatu yang menarik kepada Beni ketika Kung dan para pekerja sedang membereskan toko.

 
rak kaca dan kasir di dalam toko roti

Ti berkata, "Hei Ben, mendekatlah, ada yang mau Ti katakan."

Beni lalu menggeser kursinya lebih dekat ke arah kasir.

"Beni sayang, terima kasih sudah membantu hari ini," kata Ti sambil tersenyum dan menepuk kepala Beni.

"Sejak kamu masih kelas tiga SD, kamu sudah membantu Kung dan Ti. Sekarang kamu sudah kelas enam. Sebentar lagi kamu akan masuk SMP. Tapi kamu harus belajar banyak hal tentang bagaimana menjalankan toko roti, seperti membuat dan menjual roti, dan mencatat semuanya,“ lanjut Ti.

Ti menjelaskan pada Beni bahwa mereka sangat hati-hati dengan uang mereka dan semua pemasukan dan pengeluaran dicatat di dalam buku khusus. Ti menunjukkan buku itu kepada Beni. Buku itu rapi dan terdiri dari tulisan dan angka-angka.

“Ini, lihat catatan Ti. Banyak, kan? Tapi Beni cukup tahu saja, tidak harus paham sekarang. Yang terpenting, sekarang kamu tekun belajar. Kung dan Ti senang kamu sedikit membantu di sini," lanjut Ti.

Beni terkejut betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menjalankan toko roti. Dia menyadari bahwa pekerjaan itu ternyata jauh lebih sulit dari yang dia kira. Namun, dia senang bisa membantu kakek dan neneknya, sekecil apa pun bantuannya.

***

Beni lalu pulang ke rumah setelah membantu di toko. Beni masih terpikir tentang buku catatan Ti dan program Microsoft Excel yang diajarkan di pelajaran komputer sekolah. Pemikiran tersebut terbawa sehingga Beni menceritakannya pada orang tuanya saat makan malam.

"Kamu sudah lihat catatan Ti ya, Ben?" tanya Ayah, setelah Beni bercerita. Dia lalu melirik pada Bunda.

"Beni, Ti punya alasan tersendiri untuk tidak menggunakan komputer, pasti dia akan menceritakannya nanti. Tapi Bunda senang kamu peduli dengan apa yang terjadi di toko roti dan mau menceritakannya kepada kami," kata Bunda.

"Ngomong-ngomong, Beni sudah menabung cukup lama, sekitar tiga tahun, sepertinya uangnya sudah cukup. Ayah berjanji akan membantu menambah dana pembelian laptop Beni, kan?" tanya Beni kepada Ayah.

"Wow, sudah selama itu, kah? Boleh juga kamu," kata Ayah sambil tersenyum dan mengacungkan jempol. "Kamu sepertinya benar-benar tertarik untuk belajar komputer. Semoga bukan hanya karena ingin main game saja, ya. Bagaimana menurut Bunda?"

"Bunda sih setuju. Tapi, pastikan nilai-nilaimu di sekolah tetap diutamakan, Ben. Bunda senang kamu mau belajar, dan Kung juga sering cerita kalau kamu senang berada di toko roti."

Setelah berpikir sejenak dan melihat kesungguhan Beni, Ayah setuju untuk menambah uang tabungan Beni dan bahkan Ayah menyarankan agar Beni membeli laptop yang lebih bagus dari yang dia idamkan supaya awet bertahun-tahun ke depannya. Beni berseri-seri karena gembira membayangkan bisa memainkan permainan menarik yang selama ini dia impikan.

***

Seminggu telah berlalu, dan Beni telah mendapatkan laptop yang lebih baik dari yang dia impikan. Pertama-tama dia meng-instal permainan impiannya yang diceritakan oleh teman-temannya. Permainan itu sangat menyenangkan sehingga dia tidak mengunjungi toko roti untuk sementara waktu karena dia terlalu asyik bermain di laptopnya sepulang sekolah. Beni sangat menikmati permainan itu dan permainan itu selesai dalam waktu kurang dari dua bulan.

Di laboratorium komputer pada hari Kamis berikutnya, dia menceritakan kepada sahabatnya, Rama, tentang permainan yang telah dia tamatkan. Karena Beni dan Rama terlalu asyik bercerita, Pak Tono menegur mereka dan mereka menghadap Pak Tono pada akhir lab komputer hari itu.

"Beni, Rama, kalian murid pintar. Tapi akhir-akhir ini saya perhatikan kalian sering berbicara ketika saya menjelaskan pelajaran. Itu tidak baik, nanti teman-teman kalian jadi ikut ramai. Sekarang saya punya tugas kecil untuk kalian sebagai pelajaran. Ini adalah laporan keuangan sederhana, caranya ada di buku pelajaran komputer kalian, dan kalian harus menyerahkannya kepada saya Kamis depan. Jangan mengulanginya lagi, ya!"

Di kelas, Beni berpikir untuk mengundang Rama ke rumahnya nanti sepulang sekolah agar mereka bisa mencari permainan baru karena permainan yang dimainkannya sudah tamat, lalu kemudian mengerjakan tugas dari Pak Tono bersama-sama.

Sesampai di rumah Beni, mereka langsung mencari game baru di internet.

"Ben, game-nya masih proses download, nih. Internetnya lambat."

"Sama, Ram. Memang kecepatannya terbatas disini. Sabar, ya."

Dalam kebosanan, Beni teringat suasana toko roti dan aroma harumnya. Sebuah pertanyaan muncul: sudah berapa lama dia tidak mengunjungi Kung dan Ti?

Beni punya ide, "Hei Ram, bagaimana kalo setelah ini kita ke rumah Kungti?"

"Hmmm... Kungti?" tanya Rama.

"Ya, kakek dan nenekku. Ingat aku pernah bilang kalau keluargaku punya toko roti? Mereka tinggal di dekat sini dan biasanya aku naik sepeda tapi nanti kita bisa boncengan. Setelah game ini selesai di-download kita bawa laptopnya kesana, oke?"

Permainan tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk diunduh, dan mereka masih menunggu di rumah Beni sampai sore hari. Ketika mereka akhirnya tiba di rumah Kungti, toko roti sudah tutup, tetapi mereka tetap membunyikan bel. Ternyata Ti sedang berada di dalam toko menata ulang kue-kue, dan dia membukakan pintu.

"Ti, aku punya banyak PR tapi bosan di rumah. Bolehkah aku mengerjakannya di sini?" Beni terlalu malu untuk mengakui bahwa dia merindukan suasana toko.

Ti menjawab sambil tersenyum, "Sudah lama kamu tidak berkunjung, Beni. Pasti banyak sekali tugas sekolahnya, ya?"

"I-iya, Ti. Oiya, ini Rama. Kami sudah berteman sejak kelas empat SD dan kami sama-sama suka komputer. Aku kadang main ke rumah Rama untuk bermain game," kata Beni.

"Rama, Ti,“ kata Rama lalu mencium tangan Ti.

"Ayo masuk, nak.”

"Kami ada tugas komputer, Ti," kata Beni sambil duduk di meja pengunjung toko dan membuka laptop.

Beni menjelaskan kepada Ti tentang tugas laporan keuangan sederhana yang diberikan Pak Tono kepada mereka yang membuat Ti teringat akan laporan serupa yang pernah dia tunjukkan ke Beni beberapa waktu lalu. Kemudian Beni dan Rama meminta waktu sejenak untuk mengerjakan laporan keuangan sederhana itu sembari Ti melanjutkan mengatur roti. Setelah selesai, Ti dipanggil untuk melihat hasil di laptop dan sangat terkesan sehingga dia segera memanggil Kung untuk datang dan melihatnya.

"Hei Ben, ini mirip dengan apa yang Ti tulis di buku," kata Kung sambil melirik Ti.

"Kalian yang mengerjakan semua ini?" Ti bertanya.

"Iya, Ti," jawab Beni dan Rama bersamaan.

"Wah, anak-anak zaman sekarang pintar-pintar ya!" Kata Ti sambil mengusap pelan rambut Beni dan Rama.

Rama menimpali, "Beni ini yang terpintar di kelas, Ti. Karena itu dia murid kesayangan guru-guru."

"Tapi aku pintar komputer karena Rama sering meminjamkan laptopnya, Ti. Dia sudah punya laptop sejak lama," kata Beni kepada Ti.

"Baiklah, kalian pasti lapar. Beni, tolong ambilkan dua potong kue Red Velvet di rak untuk kalian masing-masing," kata Ti, sebelum pergi ke lemari es untuk mengambil satu teko sirup dingin, yang membuat mata Rama berbinar-binar.

Setelah mereka mengambil roti, Rama berbisik pada Beni, "Ben, coba dari dulu kamu ajak aku ke sini." Beni hanya tersenyum simpul.

 
red velvet pancake

Ketika mereka sedang menyantap kue Red Velvet, Ti mendekati mereka. "Dulu, selalu ada pekerja yang mengawasi mesin kasir. Tapi uangnya tidak pernah sesuai dan kami tahu kalau kami ditipu. Jadi, sejak saat itu hanya kami yang menangani kasir secara bergantian. Dan untungnya, kami hampir tidak pernah jatuh sakit pada saat yang bersamaan. Hanya beberapa kali masuk angin. Ti yang mengurus keuangan, dan Kung yang mengurus bahan-bahan kue. Ti bukan orang yang ahli dalam hal teknologi dan tidak mudah percaya pada orang lain, jadi selama ini laporan toko dikerjakan semuanya secara tertulis," jelas Ti kepada Beni dan Rama.

Kung, yang mendengar pembicaraan tersebut lalu menimpali, "Bagaimana kalau setiap pulang sekolah, kalian bawa laptop kalian ke sini dan bantu Ti menyusun laporan? Kalian bisa nongkrong di toko sini, di lantai atas, atau bahkan di atap ruko yang penuh udara segar. Dan tentu saja, akan ada roti lezat dan minuman dingin yang menemani kalian. Ti sepertinya lebih mempercayai kalian daripada pekerja lain di sini."

Lalu Ti menambahkan, "Oiya, Kung nanti juga kasih upah, lho."

"Iya, Ram. Laptopku ini sebagian hasil dari upah itu," kata Beni kepada Rama.

Kung menjawab, "Nanti Kung juga akan minta ayah Beni untuk mencari cara memasang internet cepat di sini supaya kalian bisa bermain setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah."

"Ini bisa menjadi markas kalian, tempat untuk mengerjakan PR dan nongkrong. Bagaimana menurut kalian, Ben, Ram?“ tanya Ti.

"Hehe... Beni dari dulu juga sudah main ke sini, jadi asyik kalau sekarang ada yang menemani. Bagaimana denganmu, Rama? Sekarang kita punya punya markas!" Beni berkata dengan semangat.

"Kedengarannya asyik, Ben. Tapi aku harus minta izin dulu ke orang tuaku, karena pasti nanti aku pulang sore dari sini.“

“Tapi sekolah kakakmu dekat sini, kan? Jadi kamu bisa pulang ke rumah dengannya nanti setiap sore dari sini, pasti orang tuamu tidak masalah."

"Benar juga!" Rama menjawab sambil tersenyum.

***

Sejak saat itu, Beni dan Rama membantu menyalin laporan keuangan toko roti yang ditulis tangan ke dalam format digital setiap hari sepulang sekolah. Awalnya, hal ini agak sulit bagi mereka, tetapi dengan bimbingan Ti, mereka berlatih dengan membandingkan laporan keuangan toko dari bulan-bulan sebelumnya dengan buku pelajaran komputer sekolah. Seiring berjalannya waktu dan latihan, mereka menjadi lebih baik dan mampu membuat laporan keuangan yang sebenarnya setiap hari. Setelah mereka terbiasa, mereka bahkan memiliki sisa waktu untuk bermain game setelah menyelesaikan PR sekolah. Kung juga senang, dan karena itu upah harian mereka naik secara perlahan.

Kedua anak yang melek teknologi ini adalah sahabat karib yang mendapatkan upah minuman, roti, dan uang saku setiap hari karena mereka bersedia membantu satu sama lain untuk menjadi lebih baik. Persahabatan mereka terus berlanjut bertahun-tahun kemudian walaupun sudah lulus SD karena toko roti Kung dan Ti yang harum adalah markas mereka bermain, belajar, dan bekerja.