Vietnam: Why Did We Go?/Bab 5
BAB 5—Matahari Ajaib Yang Bergerak Zig-Zag
Paus Pius XII Memakai Emosionalisme Relijius sebagai Pemakluman Perang
Pius XII tak hanya menyelapakati pidato “perang atom preventif” Boston yang disampaikan oleh Kesatria Tertinggi dari Kesatria Columbus namun ia mengeluarkan pesan dalam salah satu penampilan paling menonjol yang dilakukan oleh paus modern. Ketika itu, ia memobilisasi dunia Katolik untuk mendukung konflik atom prefentif Katolik Matthews, kebutuhan pengerahan ratusan juta anggota Gerejanya sendiri untuk menerimanya sebagai tindakan yang dibutuhkan yang ditahbiskan oleh Surga sendiri, sehingga sebagaimana skema politik jangka panjangnya sendiri. Bagaimana ia melakukannya? Dengan memajukan mukjizat palsu terbesar pada abad tersebut.
Hanya tiga bulan setelah Kepala Penasehatnya, Tuan Matthews, Menteri Angkatan Laut Amerika, menyerukan agar AS memulai perang melawan Rusia Bolshevik, Paus Pius XII dikunjungi di vatikan oleh tak lain selain Bunda Maria sendiri, secara perorangan dan dengan tanpa bertingkah sedikitpun. Peristiwa tersebut terjadi pada Oktober tahun yang sama, 1950. Paus Pius XII merahasiakan kunjungan rohani untuk dirinya sendiri selama jangka pendek. Kemudian, ia membongkarnya kepada beberapa rekan Vatikan. Setelah itu, ia menjadi pakar strategi terampil, ia merencanakan pergerakan mesin keagamaannya dengan tujuan khusus yang didatangkan kepada bantuan kebijakan “perang preventif” Tuan Matthews.
Tujuan Pius bersifat logis. Sesekali ia memaklumkan bahwa benih-benih perang Tuan Matthews telah ditabur dalam pikiran para pemimpin politik dan militer, ia menyerahkan tugas untuk dirinya sendiri dalam menerapkannya pada keefektifan yang setara dalam pikiran jutaan orang Katolik, bukan lewat politik atau propaganda, namun langsung lewat agama. Sampai akhirnya, setelah Bunda Maria telah ‘mengunjunginya’ di Vatikan, ia memerintahkan agar perayaan kedatangannya di Fatima, Portugal, haruslah diadakan sangat spektakuler. Penahbisan kepausan tersebut dipenuhi pada surat tersebut. Pada tahun berikutnya, pada Oktober 1951, peziarahan raksasa lebih dari sejuta orang diadakan di hadapan biara tersebut.
Untuk menandai sifat khusus dari perayaan tersebut, Pius XII datang ke sana sebagai perwakilan pribadinya sendiri, seorang kardinal papan atas. Ia menugaskan Kardinal Tedeschini denagn tugas paling luar biasa, untuk menyatakan kepada jutaan pengikut bahwa Bunda Maria telah mengunjunginya, Paus Pius XII.
Dan sehingga sepanjang satu hari Oktober tersebut, usai sejuta orang menyanyikan Ave Maria, melantunkan Rosario, dan menyanyikan ulang Litanies, Kardinal Tedeschini menghadap ke kerumunan masif, dan dengan suara penuh emosi, yang membongkar sendiri kepada para peziarah yang hadir bahwa “orang lain telah menyaksikan mukjizat yang sama ini . . .” (yakni mukjizat Bunda Maria muncul pada tiga anak pada 1917, ketika matahari bergerak zig-zag di langit.) “Ia menyaksikannya di luar Fatima,” ujar kardinal tersebut. “Ya, ia menyaksikannya bertahun-tahun kemudian. Ia melihatnya di Roma. Paus, [orang yang] sama, Paus kita, Pius XII . . . ia melihatnya.” Kardinal tersebut kemudian memberikan sedikit penjelasan relevan terkait kapan dan bagaimana mukjizat tersebut terjadi. “Pada siang 30 Oktober 1950, pukul 16,” ujar sang kardinal (yang tiga bulan setelah Katolik Matthews menyampaikan pidato perang atom preventifnya), “Bapa Suci mengarahkan tatapannya dari taman Vatikan ke matahari, dan disana . . . melihat lagi keajaiban Lembah fatima dengan matanya.” Dan apa keajaiban itu?
Disini, kata-kata pasti dari kardinal, dikirim kesana secara khusus oleh Paus Pius XII sendiri untuk membongkar cerita tersebut ke dunia:
“Paus Pius XII dapat menyaksikan pergerakan matahari (ingatan penulis: pergerakan tingkat tinggi berdiameter 866.000 mil) . . . di bawah tangan Maria. Matahari tersebut bergerak, semuanya terguncang, mengubahnya menjadi gambar kehidupan . . . dalam peristiwa pergerakan rohani . . . dalam pergerakan diam namun mengandung pesan-pesan kepada Vikar Kristus.”
Ini tak terjadi sekali, namun pada tiga hari berturut-turut: 30 dan31 Oktober dan 1 November 1950. [Dan lagi pada 8 November] Pers dan hierarki Katolik terkejut. Para teolog Katolik, termasuk Yesuit, memberikan ucapan terima kasih kepada Bunda Maria untuk karunia tersebut. Sementara itu, beberapa dari mereka menganggap bahwa Paus Pius XII telah menjadi orang kudus yang lebih besar yang mereka memiliki semenjak, ketika tradisi Katolik dipenuhi penglihatan dalam kehidupan para patriark, rasul dan martir, tak ada contoh tercatat dalam sejarah gereja modern tentang kunjungan kepausan yang diumumkan semasa hidup seorang Paus.
Sejuta peziarah tersebut, di hadapan kardinal, menjadi takjub. Sehingga terjadi pada jutaan Katolik yang tak terhitung di seluruh penjuru dunia. Jika Bunda Maria muncul kepada Paus, janji-janjinya tentang Rusia Soviet bertobat ke Gereja Katolik akan menjadi kenyataan. DAN BAGAIMANA mereka memenuhinya jika tak lewat “perang preventif” yang diujarkan para pemimpin Katolik di AS?
Doa-doa, novena-novena dan pembicaraan “pembebasan” Rusia mendatang diujarkan kembali di Fatima dan ratusan gereja di banyak wilayah. Sementara, pers Katolik mengingatkan para pembacanya soal nubuat kedua Bunda Maria mengenai negara ateistik malang tersebut.
Mendorong fanatisisme agama, Pius XII dan teman-temannya di AS merencanakan pekerjaan dalam bidang terbuka yang lebih terapan serta diplomasi dan politik rahasia.
Hanya sepekan setelah pembongkaran ‘mukjizat’ terbesar Pius XII, AS mengeluarkan pengumuman bahwa dubes Amerika pertama telah diangkat untuk Vatikan (21 Oktober 1951)—beberapa hal dilarang secara ketat oleh pasal Pemisahan Gereja dan Negara dalam Konstitusi Amerika.
Siapa dubes tersebut? Jenderal Mark Clark, teman Kesatria Tertinggi Columbus, Menteri Angkatan Laut Amerika Matthews, juga teman baik Kardinal Spellman dan Paus Pius XII. Namun pastinya, Jenderal Clark merupakan Kepala Pasukan Lapangan Angkatan Darat Amerika.
Sepuluh hari kemudian, pada November, 1951, dubes Amerika pertama yang dirancang untuk Vatikan menyibukkan dirinya sendiri sebagai salah satu pria militer utama yang mengarahkan manuver atom di gurun Nevada; perang atom pertama dimajukan dalam sejarah pada pasukan yang ditugaskan di dekat ledakan atom yang diledakkan oleh bom-bom atom dari jenis baru.
Meskipun, tak ada orang Amerika kurang penting lainnya yang diberi penugasan baru. Tuan George Kennan diangkat menjadi Besar Amerika untuk Moskwa. Tuan Kennan bukanlah apa-apa selain kepala Free Russia Committee, sebuah badan, yang sesuai namanya, dihimpun untuk mempromosikan pembebasan Rusia dari komunisme—sebagian besar pendukungnya, secara keseluruhan, adalah orang Katolik utama.
Dubes baru tersebut bukanlah satu-satunya orang yang memimpin badan semacam itu. Dubes Amerika yang pada awal 1950 menyambut patung ziarah Bunda dari Fatima di Moskwa, Laksamana Kirk, kemudian menjadi ketua Komite Amerika untuk Pembebasan Rakyat Rusia.
Ketika Pius XII menyatakan dalam misa-misa Katolik bahwa Bunda Maria berkomunikasi dengannya terkait Rusia, dan ketika para jenderal dan dubes Amerika bersiap untuk “pmebebasan,” peristiwa spektakuler lainnya terjadi. Pada Oktober 1951 (dirilis tepat dua pekan usai Pius mengungkapkan mukjizat-mukjizatnya), gerai-gerai buku Amerika dan Eropa dibanjiri dengan lebih dari empat juta salinan majalah AS papan atas, Colliers. Seluruh edisi tersebut, yang terdiri dari lebih dari 130 halaman cetak, didedikasikan . . . untuk apa? Untukperang atom melawan Rusia Soviet. Diprediksi, perang tersebut akan dimulai pada 1952. Rusia akan kalah dan diduduki. Setelah “pembebasan,” yang terjadi pada 1955, ketika rekonstruksi ekonomi akan ditangani pada perusahaan-perusahaan AS, kebebasan beragama akan diproklamasikan.
‘Kebebasan beragama,’ secara keseluruhan, menandakan bahwa Gereja katolik, yang mempersiapkan hal tersebut, akan memiliki kesempatan besar, yang dengan pertolongan Bunda dari Fatima dan Katolik Amerika, akan mengalihkan monopoli. “Pertobatan” Rusia, sesuai yang diprediksi oleh Bunda Maria, kemudian akan menjadi kenyataan.
Di Eropa Timur, gereja-gereja Katolik diisi dengan orang-orang yang berdoa untuk “perang pembebasan.” Di Barat, orang-orang Katolik melakukan hal yang sama. “Terdapat hal mengejutkan soal doa untuk perang,” ujar seorang Katolik utama, “namun kita tak memahami sejarah kontemporer jika kita melupakan bahwa ini yang dilakukan jutaan Kristen [Katolik] yang baik.”
Untuk memajukan angan-angan Katolik untuk “perang pembebasan,” beberapa bulan usai “mukjizat” Pius XII, badan resmi Vatikan, Osservatore Romano, berkaitan dengan seluruh otoritas masifnya soal bagaimana Pius XII benar-benar menyaksikan “mukjizat matahari,” seperti yang disebutkan oleh Kardinal Tedeschini ketika ia mengisahkan cerita di Fatima, Portugal, pada 13 Oktober 1951.
Dan surat kabar Paus, untuk menunjukkan keotentikan mukjizat tersebut, menerbitkan dua foto-foto yang “benar-benar otentik” di halaman depannya yang menampilkan keajaiban asli Fatima. Keterangannya bahkan memberikan penjelasan:
“Pada pukul 12, penglihatan dimulai. Selama dua puluh menit usai pukul 12, cuaca hujan lenyap dan kemudian tak lama setelah itu sebuah suara terdengar: ‘Lihatlah matahari!’ Dua foto ‘otentik’ memperlihatkan dengan jelas titik hitam di matahari yang disebabkan oleh pergerakan cepatnya, dan posisinya dicapai oleh matahari nyaris setingkat dengan horizon, meskipun foto-foto diambil pada pukul 12:30.” “Posisi ini,” ujar Osservatore Romano, “akan secara tak memungkinkan pada jam ketika gambar-gambar tersebut diambil pukul 12:30.”
Dalam kata lain, matahari tersebut berada pada horizon ketika seharusnya matahari tersebut berada di tempat semestinya, saat siang pada umumnya. Sebuah mukjizat yang lebih besar, yang Osservatore ujar tak didukung, tak disebutkan fotografer, orang-orang lainnya tak pernah menyaksikan matahari jatuh ke horizon saat siang pada 13 Oktober 1917.
Osservatore kemudian menyebut “fakta mengejutkan lainnya” yang terjadi di Vatikan pada tiga puluh tahun kemudian (yakni, pada 1950): “Pada waktu ketika seluruh keluarga Katolik dipasangkan dengan Vikar Yesus Kristus, dalam definisi dogmatik Kenaikan Bunda Maria ke surga” (yakni dogma kenaikan ragawi Maria, yang dinyatakan oleh Pius XII pada 1950)—dalam penjelasan otoritatif, Osservatore menyatakan: “Ini bukanlah tugas kali untuk menggambarkan deduksi dari peristiwa analog tunggal tersebut . . . namun campur tangan Bunda Maria seringkali terjadi pada hari-hari besar dalam sejarah Gereja, bahkan dengan tanda-tanda yang diarahkan secara pribadi kepada penerus Petrus.”