BAB 9—Skema Rahasia Pius-Spellman-Dulles

Pembayar Pajak AS Mendanai Pembentukan “Kediktatoran Katolik” di Vietnam Selatan

Tujuan-tujuan mutlak dari operasi tersebut, selain yang telah dideskripsikan, terdiri dari dua:


1) Pembentukan komunitas Katolik homogen solid usai Diem dan AS dapat menuntaskan perang melawan Utara, dan melawan unit-unit gerilya domestik.

2) Pendirian negara yang dikuasai Katolik, yang membuat Vatikan dapat mengoperasikan banyak cabang administrasi keagamaannya di Asia.


Sebagai sekutu utama Vatikan, AS mendukung kedua tujuan tersebut sejauh pihaknya menganggapnya sebagai alat yang dibutuhkan agar dapat mengambil strategi utamanya. Pada tahap ini, tujuan-tujuannya dipercepat pada akhir perang Vietnam, pasifikasi masa depan dan kemudian stabilitasi seluruh wilayah tersebut.

Sementara bagi Vatikan, tujuan-tujuan tersebut, dalam bidang politik dan militer, sangat didukung, baik di belakang dan depan layar, mereka memiliki skema yang lebih dimajukan, sepanjang kebijakan global keagamaan jangka panjangnya diperhatikan. Skema tersebut dapat dijelaskan sebagai rangkaian negara model Katolik di jantung Asia Tenggara. Pembentukannya mengikat pemerintahan yang sepenuhnya Katolik, yang terinspirasi oleh nukleus Katolik yang 100% layak, secara keagamaan dan ideologi, yang berdiri pada kenyataan bahwa mereka mengatur penduduk mayoritas yang menerapkan agama Buddha. Pencapaian dari tujuan ini mula-mula membutuhkan netralisasi terhadap orang-orang yang menentang skema tersebut; kedua penyingkiran orang-orang yang aktif menentangnya; dan secara mutlak menyingkirkan siapapun atau hal apapun yang tak menerima Katolikisasi Vietnam Selatan.

Skema tersebut telah menjadi cabang otak dari Paus Pius XII, dan didukung oleh Kardinal Spellman, dan dilandaskan oleh John Foster Dulles. Skema tersebut disepakati oleh para politikus AS dari lingkar dalam lobi Katolik di Washington, yang tak disebutkan oleh unsur-unsur tertentu di CIA, yang kebanyakan adalah non-Katolik. Selain oleh para pakar strategi politik tertentu di Pentagon, yang perhatian utamanya sepanjang skema yang menyajikan tujuan-tujuan strategi Amerika, segala hal berdatangan.

Operasi Resettlement mulai dilakukan. Badan-badan dari segala jenis dibentuk untuk keperluan tersebut. Pemerintah Diem mengawasinya setiap hari. Lebih efisien dan lebih efektif yang diberikan oleh AS, atau tepatnya oleh para pembayar pajak Amerika, yang mayoritas adalah Protestan. Uang AS dipakai sesaat. AS memberikan 40 juta dolar untuk memukimkan kembali orang-orang Katolik. Ini menandakan bahwa setiap Katolik yang meninggalkan Vietnam Utara masing-masing diberi sekitar 89 dolar oleh setiap Protestan Amerika untuk mengerahkan pemerintahan Katolik Diem. Perlu diingat, pendapatan rata-rata orang Buddha di negara tersebut hanya berjumlah 85 dolar per tahun.

Pembayar pajak AS mendukung orang-orang Katolik selama lebih dari dua tahun. Selain mencurahkan jutaan dolar, AS juga mengirim jutaan ton makanan, alat pertanian surplus, kendaraan dan barang-barang bagus yang tak terhitung, yang setiap hal ditutup dan dibayar oleh AS dalam “Program Pemulihan.” Pemberian tiada akhir Amerika tersebut didistribusikan dan kemudian dikendalikan oleh “Badan Pemulihan Katolik,” sebuah cabang dari perlengkapan Diem. Pemerintahan dan hierarki Katolik bekerja dari tangan ke tangan.

Para pejabat negara berkonsultasi kepada para imam Katolik soal dimana pemulihan atau uang AS seharusnya diberikan, atau siapa yang harus diberikan. Hasilnya adalah bahwa orang-orang Katolik diberi segalanya, sementara orang-orang yang bukan Katolik beruntung jika mereka mendapatkan makanan atau sedikit sen. Ini berseberangan dengan komunitas Katolik, yang mendapatkan sumbangan AS sepenuhnya.

Orang-orang atau desa-desa Buddhis mengabaikannya, entah mereka yang datang dari utara atau asli di wilayah selatan. Hasilnya bahwa sumbangan, makanan, teknisi dan bantuan umum AS nyaris diberikan khusus untuk orang-orang Katolik. Untuk menghibur American Relief Fund Authorities, mereka menghimpun diri mereka sendiri menjadi militan paramiliter “untuk melawan komunis dan semua orang yang mendukung mereka,” yang artinya adalah orang-orang Buddha.

Kelompok Katolik bersenjata tersebut didukung oleh personil Amerika, dengan bantuan uskup-uskup Katolik Vietnam. Mereka menginspirasi dan memberkati kelompok-kelompok Katolik pertahanan diri yang tak terhitung. Mereka kemudian dikenal sebagai “Unit Katolik Bergerak, untuk Pertahanan Dunia Kristen”—yang bertujuan untuk pertahanan Gereja Katolik. Mereka tersebar dimanapun dan kemudian dicap “Burung Layang-layang Laut.”

Selain yang disebutkan di atas, Diem memerintahkan agar para imigran baru diberi jabatan-jabatan penting dalam pemerintahan, pasukan reguler, dan kepolisian, dari jabatan papan atas sampai tingkat provinsi dan distrik. Kemudian, kebanyakan perwira dan pejabatan yang bukan Katolik digantikan atau diturunkan, jika tak dibubarkan bersamaan. Perlu diingat, Katolikisasi pengendalian negara dipromosikan sepanjang waktu dengan persetujuan aktif AS.

AS berada di balik operasi sektarian besar ini ditonjolkan oleh kenyataan bahwa misi AS sendiri yang menghimpun Biro Penyelidikan Vietnam. Unit para-militer terbuka ini didukung oleh militan Katolik pedesaan yang terdiri lebih dari 40.000 pasukan.

Setiap anggota pemerintahan baru Diem diisi dengan penganut Katolik. Untuk mewujudkan agar hanya Katolik yang memegang segala jabatan penting, Diem mencanangkan tradisi demokratik 500 tahun terhadap desa-desa lokal yang pemimpinnya dipilih oleh rakyat dan menggantikan mereka dengan orang-orang Katolik yang datang dari Utara. Semboyan pribadinya: “Tempatkan perwira Katolikmu pada tempat-tempat sensitif. Mereka dapat dipercaya.”

Untuk menambahkan bobot lebih terhadap struktur tak demokratis semacam itu, Diem kemudian menugaskan para imam Katolik dengan administrasi lahan milik Gereja, yang menandakan bahwa nyaris di setiap desa, imam Katolik lokal menjadi pejabat semi-publik, yang didukung dengan kekuatan keagamaan, pemerintahan dan politik.

Disamping itu, Diem kemudian menyerahkan bantuan pemerintah ke organisasi-organisasi Katolik dari segala jenis. Ia memberikan bantuan tambahan untuk unit-unit Katolik dengan pekerjaan bagus. Pihak-pihak dan kelompok-kelompok para-militer, termasuk bagian-bagian ketentaraan dikerahkan untuk membangun dan memperbaiki bangunan-bangunan Katolik. Propaganda Katolik disiarkan lewat radio nasional. Orang-orang Katolik sangat dipromosikan pada pangkat-pangkat tertinggi dalam ketentaraan dan birokrasi. Uskup-uskup diperlakukan sebagai pelayan negara dalam setiap upacara publik.

Hasil utama dari keberpihakan terbuka ini untuk segala hal atau segala badan yang Katolik adalah banyak orang yang memutuskan untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Lebih dari 33.000 orang menjadi Katolik pada akhir 1954. Pejabat dalam pemerintahan lokal atau nasional berpindah agama agar tak membahayakan karir mereka. Orang-orang ambisius melakukan hal yang sama. Yang leinnya menjadi Katolik, menemukan bahwa orang-orang Katolik mendapatkan makanan, pakaian dan uang terbaik, yang didapatkan ketika AS mengirimkan pemulihan—makanan untuk masyarakat Vietnam secara keseluruhan, hanya orang Katolik yang diberikan bantuan; orang-orang Buddha seringkali tak mendapatkan apapun.

Keberpihakan terbuka tersebut kemudian terbongkar di AS ketika akhirnya ditemukan bahwa seluruh bantuan yang dikirim ke Vietnam Selatan dan sebagian besar didistribusikan oleh “Badan Pemulihan Katolik” selama dua tahun, dipakai untuk membujuk orang-orang Buddha untuk menjadi Katolik. Menyadari kesalahan penanganan dari bantuan Amerika, para pejabat AS pada akhirnya enggan memberikan bantuan lagi untuk Badan Pemulihan Katolik.

Kelompok-kelompok militer dan Katolik dalam di Vietnam Selatan dan AS memutuskan untuk mendorong Capitol Hill agar pemerintahannya diganti. Sehingga, dalam upaya menyembunyikan skandal tersebut karena kekhawatiran akan reaksi Protestan di dalam negeri, peristiwa tersebut menyoroti ratusan ribu ton makanan yang dikirim oleh AS, dan seharusnya diberikan untuk sekitar 700.000 orang—“dari seluruh kepercayaan”—hanya diberikan untuk 270.000 orang.

Seorang jenderal Amerika yang terlibat dalam permintaan untuk makanan yang diberikan kepada Badan Pemulihan Katolik tak lain adalah Jenderal William Westmoreland. Tanda diduga, jenderal utama itu sendiri berpindah ke Gereja Katolik Roma ketika melakukan operasi-operasi militer di Vietnam Selatan, seorang korban dari pengembangan Katolik Diem. Kemudian ditemukan bahwa, ketika orang-orang Katolik mendapatkan makanan mereka secara gratis, orang-orang Buddha harus membayarnya. Ini tak hanya diterapkan untuk pendanaan yang dikirim oleh organisasi-orhanisasi Katolik dari AS, namun juga dana yang dikirim oleh pemerintah AS yang dipakai untuk pemulihan dari segala afiliasi agama mereka secara independen.

Dampak dari diskriminasi semacam itu adalah ribuan orang, keluarga dan bahkan, dalam banyak peristiwa, seluruh desa menjadi Katolik, didorong oleh otoritas Katolik atau pemerintah Diem. Kebanyakan mengubah agama mereka tak hanay untuk mempertahankan pekerjaan mereka namun untuk menghindari pemindahan, yang lebih dikenal sebagai ‘pemukiman ulang.’ Pemukiman ulang, yang lebih sering dilakukan, memerintahkan perampasan rumah, dan/atau lahan dari orang-orang yang dimukimkan ulang. Dengan dipindahkan ke tempat lainnya, mereka meninggalkan seluruh aset fisik mereka dan hubungan sosial, keluarga dan agama.

Tujuan utama Diem bersifat fundamental sepanjang kebijakan jangka panjang dan pendeknya diterapkan. Ia ingin memperkuat komunitas katolik dengan komunitas Katolik tambahan, untuk mengubah mereka menjadi pusat yang layak untuk mempromosikan tujuan agama dan politiknya.