Vietnam: Why Did We Go?/Kata pengantar

KATA PENGANTAR

Cikal bakal politik dan militer perang Vietnam telah dideskripsikan dengan jutaan kata yang ditulis dan dibicarakan. Namun, tidak ada yang berkata soal salah satu unsur paling signifikan yang berkontribusi pada promosinya, yakni, peran yang dimainkan oleh agama, yang dalam kasus ini, bagian yang dimainkan oleh Gereja Katolik, dan oleh manipulator diplomatiknya, Vatikan.

Partisipasi aktif mereka bukanlah sekadar spekulasi. Ini adalah fakta sejarah sekonkrit keberadaan AS, atau pemberontakan gerilya masif dari komunisme Asia. Kegiatan keduanya disinggung oleh ribuan buku, namun keberadaan AS tak pernah disertakan, bahkan tidak dalam bentuk yang menjelaskan.

Gereja Katolik harus dianggap sebagai promotor utama dalam cikal bakal, puncak dan pendakwaan konflik Vietnam. Dari paling permulaan motivasi keagamaan tersebut didukung dalam pergerakan yang menyebabkan penderitaan tiada akhir di benua-benua Asia dan Amerika.

Harga yang harus dibayar: ribuan miliar dolar; perpindahan massal seluruh penduduk; anarki politik; kerentanan militer pada skala yang tak terkira; hilangnya ribuan per ribuan nyawa Asia dan Amerika muda. Terakhir namun bukan setidaknya, pencederaan, mutilasi dan kematian ratusan ribu pria, wanita dan anak-anak. [CHCoG – Perkiraan total jumlah korban tewas terhitung dari 1.3 sampai 3.9 juta, dengan kebanyakan korban jiwa adalah warga sipil. Dan orang-orang yang masih sekarat disini setiap hari akibat ranjau dan amunisi yang belum meledak yang tertinggal.]

Tragedi Vietnam masuk dalam sejarah sebagai salah satu peristiwa paling memilukan dari aliansi kontemporer antara politik dan agama terorganisir.

Faktor-faktor unsur politik, ideologi, ekonomi militer tak memainkan peran berarti dalam kemunculan perang tersebut, namun agama Gereja Katolik merupakan salah satu pemicu utamanya. Dari permulaan, perannya diminimalisasi ketika tak diterangkan bersamaan. Namun, fakta-fakta pasti tak dapat disingkirkan dengan sangat mudah, dan itu yang harus diteliti, bahkan jika secara singkat.