Yunani Kuno/Filsafat/Epikureanisme
Kelompok filsafat lainnya yang berkembang pada periode Hellenistik, pada masa yang sama dengan Skeptisisme, adalah aliran Epikrueanisme. Filsafat ini dinamai dari nama pendirinya, Epikuros, yang hidup sekitar 300 SM. Orang Epikurean percaya bahwa alasan utama untuk belajar filsafat adalah tujuan praktis, yaitu untuk memperoleh hidup bahagia. Mereka menyatakan bahwa hidup akan bahagia jika orang sering bersenang-senang dan jarang bersedih. Karena kesedihan disebabkan oleh ketidakmampuan untuk memperoleh sesuatu, maka agar tidak merasa sedih, orang tidak boleh menginginkan apapun.
Keinginan berujung pada rasa sakit. Jika orang terus menginginkan sesuatu yang tak mereka miliki, maka mereka tak dapat menikmati apa yang telah mereka miliki karena mereka selalu menderita kesedihan karena tak memiliki sesuatu. Oleh karean itu, orang Epikurean menasehati orng lain untuk tidak memiliki kawan dekat atau jatuh cinta, karena hal tersebut dapat menyebabkan kesedihan, yakni ketika sang kawan atau orang tercinta meninggal. Semakin sedikit yang diinginkan, maka hidup akan semakin bahagia. Gagasan ini, seperti halnya gagasan Skeptik, mungkin sebagian dipelajari dari para filsuf India.
Orang Epikurean juga menasehati untuk tidak takut terhadap para dewa, karena para dewa tidak ikut campur dalam kehidupan manusia. Segala sesuatu terjadi karena sebab alami dan ilmiah, tidak ada hubungannya dengan para dewa.
Epikureanisme, seperti Stoikisme, terus bertahan pada masa Kekasiaran Romawi. Lucretius adalah seorang Epikurean Romawi terkenal pada masa Julius Caesar. Ia menulis sebuah buku mengenai topik ini, berjudul De Rerum Natura (Mengenai Sifat Alami Segala Sesuatu). Epikureanisme bahkan masih berlangsung hingga akhir 200-an M.
Epikureanisme barangkali memberikan pengaruh terhadap agama Kristen. Gagasan Kristen bahwa orang-orang suci harus memisahkan diri dari dunia, tidak boleh memikirkan badan mereka atau segala sesuatu yang mereka meiliki maupun kawan atau keluarga, dan harus berfokus hanya pada surga, kemungkinan dipengaruhi oleh Epikureanisme. Meskipun demikian, orang Kristen membenci Epikureanisme karena tak meyakini keberadaan surga, neraka, dan keabadian jiwa, serta karena Epikureanisme menganggap bahwa kesenangan adalah sesuatu yang baik. Oleh karena itu, kemunduran Epikureanisme sebagian disebabkan oleh bangkitnya agama Kristen.