Yunani Kuno/Filsafat/Sokrates

Sokrates adalah yang pertama dari tiga filsuf besar Athena (dua lainnya adalah Plato dan Aristoteles). Sokrates lahir di Athena pada 469 SM, jadi dia hidup pada masa Perikles dan Kekaisaran Athena, meskipun ia masih amat muda saat Pertempuran Marathon ataupun Salamis. Ia tak berasal dari keluarga kaya. Ayahnya kemungkinan adalah seorang pemahat batu, sehingga Sokrates juga pernah bekerja bersama bebatuan meski tak pernah menjadi seorang pemahat yang baik. Ibu Sokrates adalah seorang bidan. Ketika Perang Peloponnesos dimulai, Sokrates ikut bertempur untuk Athena.

Patung Sokrates

Ketika mulai mnginjak usia empat puluhan, ia mulai merasakan dorongan untuk memikirkan dunia di sekitarnya, dan berupaya mencari jawaban untuk sejumlah pertanyaan sulit. Ia bertanya, "Apa itu kebijaksanaan?", "Apa itu keindahan?", "Apa yang yang harus dilakukan?". Ia tahu bahwa semua pertanyaan ini sulit dijawab, dan ia merasa bahwa akan lebih baik jika ada banyak orang yang mendiskusikan jawabannya bersama-sama, supaya bisa lebih banyak ide yang muncul. Akhirnya ia mulai berkelilingi Athena dan bertanya kepada orang-orang, "Apa itu kebijaksanaan?", "Apa itu kebaikan?", dsb. Terkadang orang berkata bahwa mereka sedang sibuk, namun terkadang ada pula yang menjawabnya. Lama-kelamaan Sokrates mulai mengajari mereka untuk berpikir lebih baik dengan menanyakan lebih banyak pertanyaan yang menunjukkan permasalahan dalam pemikiran mereka. Terkadang, ini membuat orang marah, bahkan ada yang sampai memukuli Sokrates.

Sokrates dengan cepat berhasil mengumpulkan sekelompok pemuda yang mendengarkan kata-katanya dan belajar cara berpikir darinya. Plato adalah salah satunya. Sokrates tak pernah menarik bayaran dari mereka. Pada 399 SM, sejumlah orang Athena marah kepada Sokrates atas tindakannya mengajari para pemuda. Mereka menggugatnya di pengadilan atas tuduhan penghinaan kepada para dewa dan penghasuran generasi muda. Orang mengira bahwa Sokrates menentang demokrasi, dan mungkin memang begitu - ia berpendapat bahwa orang yang paling cerdaslah yang berhak menentukan keputusan bagi semua orang.

Sokrates diadlili dalam sebuah pengadilan besar di hadapan para juri Athena. Ia kemudian divonis bersalah dan dijatuhi hukuman mati. Sokrates menjalani hukumannnya dengan meminum racun.

Sokrates tak pernah menuliskan gagasan-gagasannya semasa masih hidup. Namun setelah meninggal, muridnya, Plato, menuliskan beberapa perkataan Sokrates.

Dialog

sunting

Berikut ini adalah beberapa dialog yang dituliskan oleh Plato. Semua dialog ini merupakan intisari yang diingat Plato dari ajaran dan perkataan Sokrates. Sebagian besar diberi judul dari nama orang yang pernah bercakap-cakap dengan Sokrates mengenai gagasan tertentu.

  • Euthyphro merupakan percakapan mengenai apa itu kesalehan. Apakah itu adalah suatu tawar-menawar, di mana orang melakukan sesuatu untuk membuat para dewa senang sehingga para dewa memberikan hal yang baik kepada kita? Euthyphro merasa bahwa ia mengetahui apa itu kesalehan, namun Sokrates, dengan memberikan banyak pertanyaan kepada Euthyphro, dan menunjukkan bahwa Euthyphro tidak memiliki dasa alasan yang logis untuk pemikirannya.
  • Apologi adalah pidato pembelaan yang ditujuan Sokrates kepada juri Athena pada pengadilan dirinya. Ia berkata bahwa ia tak bersalah, dan bahwa ia hanya menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka tidak memiliki alasan yang logis untuk segala yang mereka percaya. Namun pada akhirnya dia dihukum mati.
  • Krito adalah percakapan Sokrates dengan kawannya Krito seusai pengadilan, ketika ia sedang menanti racun yang harus diminumnya. Krito berusaha meyakinkan Sokrates untuk melarikan diri dari penjara dan pergi ke kota lain. Krito sendiri telah menyuap penjaga penjara agar rencana ini berhasil. Akan tetapi Sokrates menolak. Ia bilang bahwa melarikan diri itu salah. Ia adalah warga Athena yang baik, dan ia mematuhi hukum, Jika hukum menyatakan bahwa ia harus mati, maka Sokrtes akan mematuhinya. Jika hukum ternyata salah, maka kematiannya akan menunjukkan hal tersebut.