Yunani Kuno/Sastra/Sophokles
Aiskhylos adalah penulis drama yang karyanya masih ada, namun Sophokles (sek. 496-406 SM) adalah yang kedua. Sophokles hidup sezaman dengan Aiskhylos, namun ia lebih muda dan hidup lebih lama. Ia meninggal pada usiA 100-an, tepat sebelum Perang Peloponnesos.
Sophokles berasal dari keluarga kaya yang tinggal di Kolonos, sebuah kota kecil di dekat Athena. Ayahnya, Sophillos, mengirim Sophokles ke sekolah di Athena, di mana dia memperoleh pendidikan yang baik.
Ketika berusia enam tahun, pasukan Athena mengalahkan pasukan Persia di Marathon. Ketika berusia enam belas tahun, pasukan Athena mengalahkan pasukan Persia di Salamis. Sophokles tidak ikut bertempur namun ia menyaksikan rumahnya beserta rumah-rumah penduduk Athena, termasuk kuil Pathenon, dibakar oleh pasukan Persia sebelum mereka dikalahkan oleh pasukan Athena.
Setelah dewasa, Sophokles aktif dalam politik Athena, dan bekerja bersama Perikles. Ia mengenal Herodotos dan Thukydides serta Aiskhylos dan penulis drama muda Euripides. Sokrates hanya sedikit lebih muda daripada Sophokles. Ia menyaksikan pembangunan Parthenon baru.
Sandiwara Sophokles umumnya amat optimis, dipenuhi semangat Athena pada periode Klasik. Ia memandang manusia sebagai makhluk yang kuat, rasional, dan kreatif, pengendali segala sesuatu di sekelilingnya, dan ciptaan dewa yang bangga.
Sophokles juga mengenang teror perang dan barbarisme, yang terkadang lebih kuat daripada manusia. Dalam sandiwaranya, ia mengharapkan adanya kemenangan pemikiran atas emosi liar dan amarah. Berikut ini adalah potongan dari drama Antigone karyanya:
“ |
Ada banyak keajaiban, tapi tak ada yang lebih menakjubkan dariada manusia; Manusia menerjang samudra yang mengambuk berbadai, melayari lautan melalui gelombang yang menghantam; Dan manusia menggali ke dalam Bumi, sang dewa yang paling tua, yang abadi, yang tak pernah lelah; Manusia mengolah tanah dengan bagal, seiring mereka membajak bolak-balik di banyak ladang selama bertahun-tahun. Dan burung yang ramah, dan kawanan hewan buas, dan makhluk laut yang asin, manusia menangkapi semuanya dalam jaring yang ia tenun, manusia menangkapi mereka, manusia teramat cerdas. Dan manusia mengetahui cara menangkap hewan liar, yang berkelana di perbukitan; Manusia mengendalikan kuda liar yang berbulu kasar, manusia menjinakkan banteng yang perkasa dan memasang kuk pada leher mereka. Dan manusia saling mengajari cara bertutur, serta cara berpikir lebih cepat daripada angin, serta semua hal yang mengubah desa menajdi kota. Dan menusia menemukan cara membebaskan diri dari panah beku, ketika terlalu dingin jika berdiam di luar di bawah langit jernih, serta cara keluar dari hujag yang mengguyur; ya, manusia dapat melakukan apa saja. Tak ada yang dapat membuat manusia putus asa, hanya di hadapan Maut manusia menjadi tak berdaya; akan tetapi bahkan bagi penyakit-penyakit misterius manusia menemukan penyembuhnya. Kemampuan manusia yang luar biasa merupakan kecerdasan di luar batas impian kecerdasan; kecerdasan manusia membawanya terkadang kepada keburukan, terkadang kepada kebaikan. |
” |
Sandiwara Sophokles yang paling terkenal di antaranya Antigone, Oidipus Tyrannos, dan Oidipus di Kolonos.
Sophokles menulis lebih dari 100 sandiwara sepanjang hidupnya, tapi hanya tujuh yang masih ada. Ini karena sekitar tahun 200 M, ketika Yunani dikuasai oleh Romawi, ada yang memilih tujuh drama Aiskhylos dan tujuh drama Sophokles serta sepuluh drama Euripides, lalu meyertakannya dalam sebuah buku yang digunakan di sekolah. Drama-drama yang terdapat dalam buku tersebut diajarkan di sekolah-sekolah Romawi sehingga masih ada hingga saat ini.