Abad Pertengahan/Pengetahuan/Pelayaran
Selama Abad Pertengahan Awal, kapal layar di Laut Tengah terus menggunakan layar segi tiga yang dikembangkan selama Kekaisaran Romawi. Seiring waktu, pembuat kapal bereksperimen menggunakan lebih dari satu tiang. Pada 1000-an M, para pedagang Italia dari Venesia, Genoa, dan Pisa menggunakan kapal dengan tiga tiang, masing-masing dengan layar segi tiga atau lateen. Menggunakan tiga layar, para pelaut lebih mudah menyesuaikan kapal dalam perubahan arah angin.
Akan tetapi, para pelaut Laut Tengah pada Abad Pertengahan masih memiliki permasalahan yang belum terselesaikan. Mereka ingin berlayar ke selatan menyusuri pesisir Atlantik Afrika, untuk berdagang dengan Afrika Barat menggunakan kapala alih-alih melintasi Sahara. Akan lebih murah membawa emas Afrika dengan kapal daripada dengan unta. Mereka memang bisa berlayar ke Afrika Barat namun tidak dapat berlayar kembali karena angin di sepanjang pesisir hampir selalu bertiup ke selatan dan bukannya utara. Selain itu, para pelaut Abad Pertengahan tidak mampu berlayar lebih jauh lagi ke selatan karena aliran air mengalir ke utara di sepanjang pesisir. Untuk berlayar di sana, mereka harus menggerakan layar ke depan dan ke belakang agar bisa berlayar melawan angin. Para pembuat kapal Portugis pada akhirnya menemukan cara menggabungkan layar segi empat dan lateen untuk berlayar melawan arah angin.
Setelah para pembuat kapal Portugis berhasil menemukan cara melayari pesisir Afrika, mereka menjadi tertarik untuk berlayar melintasi Saumdra Atlantik, ingin mencari jalan menuju Tiongkok. Para pelaut Portugis baru saja memperoleh temuan Tiongkok, kompas. Kompas, ditambah dengan astrolab, memungkinkan untuk mengetahui arah perjalanan di lautan meski sedang jauh dari daratan.
Akan tetapi untuk bersiap-siap melintasi Atlantik, para pembuat kapal juga merancang ulang layar mereka. Vasco da Gama dan Kolumbus menggunakan tiga tiang, dua tiang dengan dengan layar segi empat, dan satu tiang belakang dengan layar lateen.