Abad Pertengahan/Sejarah/Awal/Franka dan Meroving
<< | Suku Franka dan Dinasti Meroving - Abad Pertengahan | Dinasti Karoling >> |
Suku Franka telah tinggal cukup lama di Jerman utara ketika melemahnya Kekaisaran Romawi membuat mereka menyerbu wilayah Romawi pada 400-an M. Dibandingkan suku Visigoth, Ostrogoth, dan bahkan Vandal, suku Franka tiba relatif terlambat di wilayah Romawi. Karena sebelumnya mereka tidak banyak menjalin kontak dengan Romawi, orang Franka masih menyembah dewa-dewi lama pada 400-an M, dan belum memeluk Kristen.
Pada awalnya mereka tinggal di Prancis utara dan Belgia, tapi sekitar 490 M, di bawah raja baru yang mudah dan ambisius bernama Klovis, suku Franka memeluk Katolik dan mulai bergerak ke selatan. Mereka mungkin ingin tiba di Prancis selatan karena di sana lebih hangat lebih mudah untuk ditinggali. Namun mereka juga berharap untuk mencapai Laut Tengah, untuk kemudian berlayar dan memperoleh berbagai barang yang bagus, misalnya sutra, dari Asia, yang sulit didapat melalui darat. Kemungkinan Klovis bahkan sempat berpikir untuk mendatangi Roma dan menjadi kaisar.
Suku Franka bertempur melawan Visigoth pada Pertempuran Vouille pada 509 M dan berhasil menang, menewaskan raja Visigoth, Alarik II. Suku Visigoth menyerah dan mundur ke Spanyol, sementara suku Franka di bawah Klovis merebut seluruh Prancis (kecuali Burgundia). Bahkan Anastasius, Kaisar Romawi, mengirimkan ucapan selamat kepada Klovis atas kemenangannya.
Klovis meninggal di benteng Romawi di Paris pada 511 M. Keturunan dan penerus Klovis dikenal sebagai Meroving. Mereka memerintah Prancis selama sekitar dua abad selanjutnya.
Sering terjadi pernikahan antara putri Meroving dengan pangeran Visigoth, dan begitu pula sebaliknya. Seorang putri Visigoth bernama Brunhilde menikahi raja Meroving, Sigebert I, pada 567, ketika berusia 24 tahun. Setelah Sigebert meninggal, Brunhilde memerintah selama tujuh tahun sebagai wali bagi putranya. Ia memperbaiki jalan-jalan Romawi, membangun gereja dan kastil, serta mereorganisir keuangan dan pasukan. Beberapa tahun kemudian, pada usia akhir 50-an, Brunhilde meneruskan kekuasaan atas nama cucunya, dan pada 70-an, ia memerintah atas nama cicitnya, tapi pada 623 M, ia dibunuh oleh musuh-musuhnya.
Para raja Merovongia awal cukup kuat, misalnya Brunhilde dan Childebert, yang membangun biara Santo Germain des Pres. Namun seperti paraja raja Visigoth, para raja Meroving melemahkan kekuasaannya sendiri dengan memberikan tanah sebagai hadiah bagi para pendukungnya. lama-kelamaan mereka menjadi lebih lemah daripada menteri-menterinya, dan pada akhirnya para menterinya mengusir penguasa Merovingai terkahir, dan kemudian merebut kekuasaan serta mendirikan dinasti Karoling.