Aku Ingin Menjadi yang Terbaik Untukmu, Bukan yang Tercantik Bagimu/Berjuang Untuk Setia

Kini hari-hari yang dilalui Neza disekolah terasa ada yang hilang. Karena sekarang Neza dan Akbar tidak lagi satu sekolah. Sekarang tidak ada lagi orang yang dinanti Neza melewat di depan kelasnya. Akbar pun melanjutkan kuliah ke Jakarta. Di Jakarta Akbar tinggal bersama kakak pertamanya.

Neza jadi banyak merenung. Neza pun memutuskan untuk mulai menutupi dirinya dengan kerudung. Neza berusaha menjadi perempuan yang bisa menjaga hati dan perasaannya hanya untuk satu orang yaitu Akbar.

Kini Neza terlihat lebih anggun dengan menggunakan kerudung. Banyak teman-teman Neza yang mendukung Neza untuk menggunakan kerudung. Termasuk Deta, dia juga mulai menggunakan kerudung. Sedangkan Tari, tampakya dia belum mendapat hidayah.

Dari waktu ke waktu Neza bisa lebih mengontrol emosinya. Saat Neza kangen pada Akbar, biasanya Neza bertanya langsung pada Halin. Tapi terkadang juga Neza meng-Sms Akbar hanya sekadar untuk mengetahui kabarnya. Terkadang jarak yang cukup jauh antara Jakarta dan Bandung membuat mereka berhubungan dengan internet. Neza kadang suka mengirim email ke Akbar, tapi Akbar jarang membalas email dari Neza.

Akbar yang kini kuliah di Jakarta kadang sering mendapat kabar dari Halin tentang Neza. Seperti Neza yang mulai menggunakan kerudung dan terlihat anggun. Juga Neza yang selalu setia menanyakan kabar Akbar. Enam bulan berlalu, ada berita yang menyenangkan dari Halin. Saat Neza baru keluar dari mushola dia berpapasan dengan Halin, “Nez..” panggil Halin.

“Hay Halin.. ada apa??” tanya Neza.

“Aku punya berita yang pastinya kamu tunggu-tunggu..” ucap Halin.

“Hm,… pasti ada hubungannya dengan kak Akbar ya..” tebak Neza.

“Dih, kok tahu sih...” ucap Halin.

“Ya iya donk… Neza gitu.. emang ada berita apaan tentang kak Akbar?” tanya Neza.

“Tahu gak, besok kan kak Akbar mau ke sekolah… cieee yang bakalan ketemu nih..” canda Halin.

“Ah, kamu bisa aja deh…” ucap Neza dengan malu-malu.

Keesokan harinya, Neza melihat sosok Akbar ada di dekat ruang Guru. Ternyata Akbar sedang bersilaturahmi dengan guru-gurunya. Neza merasa enggan untuk bertemu dengan Akbar. Neza hanya memandang Akbar dari kejauhan.

Saat pulang sekolah Neza mengira Akbar sudah pulang. Tapi ternyata Akbar sedang ada di kantin. Saat Neza mau membeli air mineral di kantin Neza pun bertemu dengan Akbar. Akhirnya dengan malu-malu Neza menyapa Akbar, “Hay kak Akbar… apa kabar??” sapa Neza.

“Hay Nez.. kabar baik… kamu gimana nih kabarnya??” tanya Akbar.

“Alhamdulillah baik juga kak..” jawab Neza.

Setelah bertegur sapa, Neza pun pamit dari Akbar. Neza merasa senang, karena selama enam bulan tidak bertemu. Akhirnya Neza bisa melihat Akbar lagi dan mendengarkan suaranya. Setelah pertemuan yang singkat itu, Neza kehilangan kontak dengan Akbar. Selama satu setengah tahun lebih Neza tak lagi bertemu dengan Akbar.

Dan hari ini adalah hari kelulusan Neza. Alhamdulillah semua siswa dan siswi si SMA Putih Abu ini lulus semua. Neza sangat berharap hari ini Akbar akan datang. Neza jadi teringat kenangannya dua tahun yang lalu. Saat Akbar akan memberikan jawabannya pada Neza. Neza hanya bisa tersenyum mengingat hal itu.

Sekarang ini Neza merasa senang, bahagia dan sedih. Neza merasa senang karena dia akhirnya bisa menyelesaikan sekolahnya di SMA Putih Abu ini. Neza merasa bahagia karena dia telah mendapat banyak pengalaman selama berada di sekolah ini. Termasuk pengalaman-pengalaman dengan Akbar yang selalu menjadi kenangan manis di hati Neza. Dan Neza merasa sedih karena sebentar lagi dia akan meninggalkan sekolah SMA ini. Tempat kenangan Akbar dan Neza selama setahun. Yang mereka lewati dengan suka maupun duka.

Tanpa terasa air mata Neza pun mengalir dipipinya yang mulus. Mata Neza berkaca-kaca. Deta dan Tari kini sedang berpelukan dengan Neza. “Nez.. akhirnya kita semua lulus.. Alhamdulillah… aku seneng banget..” ucap Deta saat mereka selesai berpelukan.

“Iya Nez, ta.. sekarang kita udah lulus.. apa itu tandanya kita akan terpisah??” tanya Tari.

“Tari.. biar pun kita udah lulus, bukan berarti kita akan berpisah… kalau pun kita tidak satu kampus, tapi kita masih bisa terus saling berhubungan.. lagian kan sekarang teknologi sudah canggih.. iya gak?” ucap Neza.

“Ya juga Nez.. kamu bener juga..”puji Tari.

Neza lagi-lagi meneteskan air matanya, “Kenapa Nez??” tanya Deta.

Neza menghapus air mata yang mengalir dipipinya, “Hm,.. aku jadi keingetan semua kenangan waktu pertama kita MOS disini. Pertama kita kenalan juga saat aku mulai jatuh cinta dengan kak Akbar sampai sekarang” ucap Neza.

“Nez.. emangnya kamu masih suka ma kak Akbar??” tanya Tari.

“Ya..” jawab Neza singkat.

“Bukannya kamu udah hilang kontak dengan dia?” tanya Deta.

“Ya hilang kontak sih gak apa-apa.. itu hanya soal waktu.. asal gak kehilangan dia aja selamanya..” ujar Neza.

“Nez, kok kamu masih aja ngejar-ngejar kak Akbar.. gak ada cowok lain apa??” tanya Tari.

“Hm,.. aku juga gak tahu sih.. tapi perasaan aku mengatakan dialah orang yang pantas untukku” jawab Neza.

“Ngomong-ngomong kamu hebat deh.. sampe sekarang masih setia ma kak Akbar..” puji Deta.

“Ya donk.. tahu gak sih, kalau semakin lama kita untuk mendapatkan cinta itu, maka semakin sulit kita untuk melepasnya. Sebaliknya semakin cepat kita mendapatkan cinta itu semakin cepat juga kita melepaskannya” jelas Neza panjang lebar.

“Oh ya.. Tari, Deta, aku mau keliling sekolah dulu ya.. pengen ngerasain lagi saat-saat pertama menginjakan kaki di sekolah ini” ucap Neza kemudian pergi mengelilingi sekolah. Saat Neza sedang melihat-lihat taman sekolah yang biasanya dijadikan tempat latihan sastra dia melihat ada seorang cowok yang berdiri membelakanginya. Dilihat dari belakang gayanya sudah tidak asing lagi. Neza mencoba mengingat siapa yang memikili gaya seperti itu. Saat cowok itu berbalik, ternyata cowok itu adalah Akbar.

“Kak Akbar!!!!” Neza kaget.

Akbar tersenyum lalu menghampiri Neza, “Hay Nez.. selamat ya udah lulus…” Akbar mengulurkan tangannya.

“Ya kak.. jadi inget dua tahun yang lalu waktu kak Akbar lulus..” ucap Neza kemudian.

“Ngomong-ngomong mau kuliah dimana nih??” tanya Akbar.

“Hm,… Neza didaftarin tante Neza untuk kuliah di Jepang kak.. sebenarnya sih Neza gak mau jauh-jauh kuliah ke luar negeri, tapi karena ternyata Neza di Jepang sudah dapet bea siswa jadi kayaknya Neza bakalan kuliah disana kak..” ucap Neza panjang lebar. Akbar tampak kaget mendengar Neza yang akan kuliah di Jepang.

“Memangnya gak bisa di Indonesia aja??” tanya Akbar.

“Ya bisa aja kak.. kalo Neza gak keterima tadinya Neza mau kuliah di Jakarta. Tapi Neza udah terlanjur keterima di Jepang kak..” ucap Neza.

“Hm,… padahal kita baru aja ketemu, eh udah mau pisah lagi..” celetuk Akbar.

“Kenapa kak? Kangen ya ma Neza…” canda Neza.

“Hm,… emangnya kamu gak kangen??” Akbar balik bertanya.

“Ya kangen lah kak… secara udah satu setengah tahun lebih kita gak ketemu.. hilang kontak pula..”ucap Neza.

“Iya ya… ngomong-ngomong kapan nih berangkat ke Jepangnya??” tanya Akbar tiba-tiba.

“Kayaknya dua minggu lagi deh kak..” jawab Neza.

“Oh ya kak.. tumben ada disini.. kirain gak bakalan kesini..” ucap Neza.

“Ya kebetulan lagi libur tengah semester.. jadi ya mudik deh ka Bandung..” jawab Akbar.

“Oh ya kak.. mau gak nemenin Neza keliling-keliling sekolah.. Neza pengen bernostalgia dengan tempat-tempat yang pernah menjadi kenangan Neza ma kak Akbar..” ajak Neza dengan malu-malu.

“Hm,… boleh…” ucap Akbar sambil berjalan dengan Neza.

“Oh ya kak.. main inget-ingetan ya kak.. siapa di antara kita yang inget banyak tempat kenangannya okey..” Neza menantang Akbar.

“Oh, sip…” Neza mangacungkan jempol tangan kanannya.

Mereka berdua pun berjalan mengelilingi sekolah. Tak jarang terdengar suara tawa di antara mereka berdua. Karena mereka mengingat kembali kenangan-kengangan lucu dua tahun yang lalu. Neza merasa senang bisa berjalan-jalan di sekolah dengan Akbar. Akbar pun merasa bahagia bisa bertemu dengan Neza kembali. Setelah sekian lama mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Walaupun mereka berdua juga tahu sebentar lagi mereka akan berpisah kembali. Untuk itu Akbar memanfaatkan waktu yang ada untuk bisa bertemu dengan Neza. Sepertinya Akbar sudah mulai menunjukan perasaan sukanya yang dulu sempat ia pendam.

Saat acara perpisahan Neza, Akbar pun tampak hadir melihat Neza yang tampak anggun dan cantik dengan balutan kebaya berwarna gold. Pesona Neza begitu terpancar dimata Akbar. Neza tampak tersipu malu saat Halin meminta Akbar dan Neza untuk foto berdua.

Sampailah di puncak acara, dimana hampir semua siswa meneteskan air mata. Neza, Deta dan Tari termasuk di antaranya. Mereka bertiga terutama Deta dan Tari merasa akan kehilangan sahabat terbaik mereka Neza yang akan berangkat ke Jepang sebentar lagi. Walaupun hanya empat tahun Neza di Jepang, tapi waktu empat tahun itu bukanlah waktu yang singkat.

Setelah selesai acara perpisahan. Kini giliran Neza yang sibuk mengurusi keberangkatannya ke Jepang. Walau sebenarnya Akbar merasa berat harus ditinggalkan Neza, tapi dia tetap memberikan semangat pada Neza. Dan sampailah hari dimana Neza harus berangkat ke Jepang. Sekarang Neza sedang berada di bandara Soekarno Hatta. Terlihat kak Gina, Raga, Akbar serta orang tua Neza yang mengantar sampai bandara. Saat akan menaiki pesawat Neza melambaikan tangannya dan melemparkan senyuman manis yang gak mungkin Akbar lupakan.