Aku Ingin Menjadi yang Terbaik Untukmu, Bukan yang Tercantik Bagimu/Dialog Cinta

Keesokan harinya, kebetulan hari ini adalah hari sabtu. Setiap ekskul mengadakan latihan bersama dihari ini. Neza masuk ekskul sastra. Karena dia memang suka membuat puisi juga kebetulan ternyata Akbar mengikuti ekskul yang sama dengan Neza.

Hari ini semua siswa tampak bahagia karena mereka tidak belajar. Hanya latihan ekskul. Tak jarang ajang ini sering dijadikan ajang untung mengeceng dan janjian, karena malamnya adalah malam minggu. Dimana para kaula muda keluar untuk bersenang-senang. Baik dengan pacar, sahabat atau pun keluarga.

Saat akan memulai latihan, Neza melihat Akbar yang sedang berbincang bersama kakak senior lain. Entah apa yang sedang mereka rencanakan untuk latihan para anggota baru ini. Dibawah pohon nangka, para kakak kelas itu tengah berdiskusi.

“jadi gimana nih? Atau mau dikasih permainan dulu?” tanya Anna salah satu di antara mereka.

“Hm,… gimana kalo kita jailin aja?? Kan rame tuh.. itung-itung hiburan nih..” Adi memberikan usul.

“Eh, jangan donk.. kasian tahu… entar mereka gak betah lagi dari ekskul ini terus pindah deh ke ekskul yang lain” Lia protes.

“Ya udah deh… biar adil gimana klo qta bikin games, skalian jailin mereka..” kata Akbar.

“Yah, gimana donk nih?” anna bertanya pada Sukma, ketua ekskul.

“Hm,.. oke deh… buat games dan jailin mereka aja.. itung-itung hiburan lah.. kan perkenalan dulu ma mereka biar kita bisa lebih akrab” terang Sukma.

“Ya udah, yuk kita samperin mereka” kata Akbar.

Mereka pun pergi menuju para junior mereka itu yang sedang menunggu di taman sekolah. Dan memulai acara dengan berdoa bersama terlebih dahulu. Sebelum menginjak ke permainan games para kakak kelas memperkenalkan diri dulu. Sebaliknya, para junior juga diperkenankan untuk memperkenalkan nama mereka dan alasan mereka ingin masuk ekskul ini. Satu demi satu para junior telah memperkenalkan dirinya masing-masing. Sampailah pada giliran Neza memperkenalkan dirinya.

“Nama saya Neza Febrianty, alasan saya masuk ekskul ini kerena…” kata Neza masih tergantung, lalu Neza menatap Akbar dengan tajam lalu memalingkan kembali pandangannya pada Sukma yang menanyanya.

“Karena apa??” tanya Sukma.

“Karena saya suka puisi, saya suka musik dan saya yakin dengan masuk ekskul ini saya dapat mengembangkan diri saya dan bisa menjadi diri saya sendiri. Karena saya baru di dunia putih abu ini dan masih mencari jati diri saya, maka saya mohon bantuan para kakak kelas untuk membimbing saya di ekskul ini” alasan Neza panjang lebar.

“Waw!!!! Keren-keren…. Yuk beri uplouse buat kalian semua yang sudah ingin masuk ke ekskul ini” ucap kak Sukma.

Lalu para kakak kelas bercerita sedikit tentang sejarah didirikannya ekskul tersebut. Dalam beberapa menit, mereka telah larut dalam suasana kekeluargaan dan canda tawa. Namun itu belum sampai ke acara inti dimana mereka akan mengikuti games.

“Okey semuanya.. sekarang kita akan masuk ke acara games..” ucap kak Anna.

“Jangan tegang ya, biasa aja.. gak bakalan kita apa-apain kok..” lanjut kak Aji.

“Nah, silakan Akbar.. kasih tahu gamesnya” Sukma memberi perintah ke Akbar.

“Baik semuanya, jadi begini gamesnya. Kalian semua berjumlah 19 orang, cari pasangan kalian masing-masing. Jadi 2 orang 2orang, udah..?” tanya Akbar sekalian memberi perintah.

Sedangkan para junior sibuk mencari teman yang mau dengannya, karena mereka takut tak dapat pasangan mengingat jumlahnya ada 19 orang. Dan yang kali ini tak mendapat pasangan adalah Neza.

“Duh, sial deh gue. Gak dapet pasangan nih.. gimana donk???” Neza bingung dalam hati.

“Kak” Neza memanggil Akbar.

“Ya da apa??” tanya Akbar.

“Saya gak dapet pasangan kak” ucap Neza.

“Owh, iya.. kan ada 19 orang ya..” kata Akbar.

“Ya udah… yang gak ada pasangan ma Akbar aja.. sekalian ngasih contoh gamesnya seperti apa” ucap Sukma.

“Ya udah, kamu pasangannya ma kakak ja” kata Akbar dengan coolnya.

“Hah???! Gak salah nih?? Duh,kirain gue bakalan sial.. tapi untung deh malah jadi pasangannya ma kak Akbar. Senengnya… pengen teriak deh” ucap Neza girang dalam hati.

“Ya kak” kata Neza.

Sebelum games dimulai, para junior disuruh duduk ditanah membentuk lingkaran. Lalu mereka diminta saling berhadapan dengan pasangannya. Juga pastinya Neza dan Akbar pun saling berhadapan. Neza berusaha menahan tawa, pipinya menjadi merah padam. Sementara itu, Akbar yang terlihat cool itu, dalam hatinya sedikit grogi. Entah kenapa Akbar jadi begini dihapadan Neza.

“Duh, ni anak biasanya suka curi-curi pandang ngeliatin gue. Sekarang parahnya lagi dia ada di depan muka gue.. kayanya dia bakalan puas ngeliatin muka gue yang keren ini.” Akbar narsis dalam hati.

“Okey, udah pada duduk berhadapan belum??” tanya Akbar sambil terus menatap Neza. Neza pun jadi malu karena Akbar terus menerus menatapnya. Akhirnya Neza mencoba membuang pandangannya ke arah lain. Dan ketika Neza melihat dilapangan basket, ada Tari yang sedang latihan cheerleaders. Neza pun melambaikan tangannya pada Tari.

“Sstt,. Kamu??” Akbar memelototi Neza yang sedang melambai-lambaikan tangannya.

“Eh, iya kak.. sorry..hehe” ucap Neza lalu tersenyum.

“Dengerin nih instruksinya. Kalian berhadapan muka, lalu tatap mata orang yang ada dihadapan kalian. Coba bayangkan yang ada dihadapan kalian adalah orang yang paling kalian benci, atau paling kalian sayang, atau paling kalian kasihani. Pokonya keluarkan semua unek-unek yang ada dihati kalian. Okey… siap ya…” ucap Akbar panjang lebar.

“Siap kak..” jawab Neza dan anak-anak yang lainnya.

Beberapa detik ke menit suasana tampak hening. Semua tampak fokus menatap orang yang ada didepannya. Ada beberapa yang masih becanda cengengesan ada juga yang tampak serius seperti halnya Neza. Dia begitu fokus menatap mata Akbar yang bewarna coklat itu. Sementara Akbar pun fokus memandang mata Neza yang tampaknya memberikan suatu isyarat.

“Duh, kak Akbar… mata kamu indah bangeeeet…” ucap Neza dalam hati.

“Hm,.. si Neza matanya bercahaya deh… kaya yang berbinar-binar gitu. Pasti gara-gara ngeliat gue.. haha… eh, tapi kalau dilihat-lihat dia lucu juga deh…” ucap Akbar dalam hati.

Beberapa menit berlalu dengan suasana hening, mulailah para junior mengeluarkan unek-unek mereka kepada orang yang ada dihadapan mereka. Ada yang menangis, yang marah-marah juga yang tertawa cekikikan.

“Kenapa sih kamu tega banget ninggalin aku??? Sakit tahu kamu giniin. Tau gak sih, perasaan aku ke kamu itu gimana?? Aku sayang banget ma kamu… hiks..hiks..hiks,…” Gia salah seorang junior kemudian menangis sambil terus mengomeli orang yang ada di depannya.

Sementara orang yang ada di depannya malah tertawa cekikikan.

“hahah…. Dasar lo, gue kerjain mau aja… lo tau gue kan jail, masih aja lo turutin… hahah” ucap Jery sambil terus cekikikan.

Sementara itu, Neza dan Akbar masih saling menatap. Neza ingin sekali mulai mengeluarkan isi hatinya. Tapi rasanya berat untuk mengucapkannya. Tapi tak beberapa lama kemudian, Akbar mulai membuka mulut.

“Kamu kok diam aja sih?? Udah lama aku nungguin kamu.. kemana aja sih gak datang-datang?” Akbar ngomong sambil tetap memandang mata Neza.

“Duh, kak Akbar kok ngomong gitu sih?? Ya udah deh.. aku bales.. skalian aku ngeluarin semua unek-unek aku..” ucap Neza dalam hatinya.

“Bukan maksud aku gak mau bicara sama kamu, tapi aku bingung apa yang harus ku ucapkan?? Tak ada kata yang pantas untuk menggambarkan suasana hatiku..” ucap Neza yang juga masih terus menatap mata Akbar.

“Loh, kok gue ma Neza jadi kayak yang lagi dialog ja sih?? Ah, biarin aja deh.. sekalian gue tanya-tanya aja dia, kan lumayan.. bisa tahu sedikit tentang dia. Walaupun belum tentu semuanya bener.” Ucap Akbar dalam hati.

“Sebenernya gimana sih hati kamu sama aku?? Bencikah, sayangkah atau apakah?? Ku butuh kepastianmu..” ucap Akbar.

“Gimana aku bisa ngomong kalau aku sendiri gak tahu jawabannya. Yang ku tahu, setiap hariku, malamku tak lepas dari bayang tentang dirimu. Aku gak tahu rasa apakah ini. Tapi, kalau boleh bertanya. Bagaimana hatimu padaku??” ucap Neza kemudian meletakkan telapak tangannya didadanya.

“aku pun sama denganmu, setiap saat ku teringat akan dirimu, senyummu yang manis yang slalu melekat dibibirmu.. apakah yang sedang kita rasakan ini??” ucap Akbar.

“Mungkin kah ini yang dinamakan cinta???” ucap Neza sambil menaikan satu alisnya.

“Kalau benar ini cinta?? Katakan padaku siapa yang kau cinta itu??” tanya Akbar.

“Yang aku cinta… mana mungkin aku dapat mengatakannya” kata Neza lalu memejamkan matanya.

“Katakan padaku, mengapa??” ucap Akbar dengan sedikit memelas.

Kemudian Neza kembali menatap mata Akbar lagi. Lalu mereka berdua diam sejenak. Sementara anak-anak yang tadinya tampak seperti orang gila berbicara, nangis bahkan marah-marah. Sempat menjadi pusat perhatian di lingkungan sekitar. Akhirnya menghentikan aksinya, karena mereka rupanya lelah. Dan semuanya hening menatap Akbar dan Neza yang masih saling memandang.

“Duh, kok jadi diem-dieman gini sih??” kata Neza dalam hati.

“Nie anak kok malah diem? Bukannya jawab pertanyaan gue” kata Akbar dalam hati.

“Kak, udahan yukz…hehehe” Neza akhirnya membuka mulut lalu tertawa.

“Eh, ya udahan ah” Akbar juga lalu memalingkan pandangan.

Lalu para junior dan senior memberikan tepuk tangan pada Neza dan Akbar. Mereka berdua bengong. Lalu saling pandang.

“Hebat-hebat…. Kalian berdua cocok banget tadi… keren, seperti yang lagi dialog” ucap Sukma.

“Ah, tu sih udah biasa…” kata Akbar.

Sementara Neza hanya tersenyum tersipu malu. Kemudian mereka kembali berkumpul dan larut dalam canda tawa. Sementara itu, dari ujung lapangan basket Tari memandang tampaknya sedang memperhatikan Neza dan kawan-kawannya.

Saat acara latihan selesai, kebetulan Neza keluar dari gerbang sekolah bersama Akbar. Walau mereka tidak berdua, namun hati Neza begitu senang. Karena hari ini banyak waktu yang telah ia lewati bersama Akbar. Apalagi games tadi, membuat Neza makin tergila-gila.