Asia Barat Kuno/Sejarah/Assyria
<< Sumer | Assyria - Asia Barat Kuno | Kekaisaran Babilonia Baru >> |
Informasi terawal tentang Assyria berasal dari 2300-an SM, ketika Sargon dari Akkad menyerbu kerajaan Assyria yang kecil di utara yang berpusat di Assur. Setelah 2000 SM, Dinasti Ketiga Ur runtuh dan Assyria pun merdeka. Semenjak itu bangsa Assyria menjadi saudagar yang ternama, secara tetap bepergian antara Assur dan Turki selatan bersama banyak keledai, membawa pakaian dari Assur serta timah dari sebelah timur Tigris, dan menjualnya di Turki selatan untuk memperoleh emas, perak, serta logam berharga lainnya. Ketika Het menguasai Turki sekitar 1800-an SM, jalur perdagangan ini pun terhenti. Kafilah terakhir Assyria ke Anatolia kemungkinan datang pada 1789-an SM.
Pada 1700 SM Assyria menaklukan bangsa Amori, dan kemudian mereka dikuasai oleh bangsa Hurri untuk waktu yang lama. Setelah Kerajaan Hurri runtuh sekitar 1360-an SM, gubernur Assyria di Assur, Assur-uballit, melihat kesempatan dan mulai mengambil gelar Raja Assyria. Assyria pertama-tama memerangi bangsa Hurri dan Kass dan berhasil menang sehingga posisinya di Asia Barat menjadi mapan. Assyria juga banyak menjalin persekutuan dengan bangsa Kass, dengan banyak dilangsungkan pernikahan antara pangeran dan putri dari kedua negara ini.
Di bawah raja Tukulti-Ninurta I (dalam Alkitab disebut Nimrod), sekitar 1225 SM, Assyria menaklukan bangsa Kass serta kota Babylon, merampas patung besar dewa Marduk dari sana dan membawanya kembali ke Asur. Namun rakyat tidak suka dengan tindakan ini, sehingga sekelompok orang yang dipimpin putranya membunuh Tukulti-Ninurta dengan membakar istananya, dan membebaskan bangsa Kass. Zaman Kegelapan berlangsung di Asia Barat pada masa ini, dengan penyerbuan Bangsa Laut dan banyak pergerakan di kalangan bangsa Het, Hurri, dan Yahudi, serta keruntuhan bangsa Kass.
Assyria adalah satu-satunya kerajaan besar di Asia Barat yang tidak runtuh pada Zaman Kegelapan, sehingga mereka mampu berkembang dengan pesat. Pada 1115 SM, di bawah raja Tiglath-pileser I, Assyria sukses meluas ke selatan hingga kembali menguasai Babilonia. Kali ini mereka lebih menghormati para dewa. Pada awalnya, ini adalah misi penjarahan. Pasukan Assyria, yang amat ditakuti, berangkat setiap musim semi dan menyusuri sungai Tigris lalu menyerang ke sungai Efrat dan menyusuri alirannya hingga kembali ke Assur pada akhir musim panas.
Sepanjang perjalanan, para tentara mengambil berbagai harta, termasuk pakaian, emas, karya seni, dan budak. Prasasti Assyria menyebutnya sebagai "upeti," namun sebagian merupakan hasil jarahan pasukan Assyria. Ekspedisi ini berlangsung selama ratusan tahun, hingga masa pemerintahan Assurnasirpal pada 800-an SM.
Putra Assurnasirpal, Shalmaneser III, ingin memperluas Kekaisaran Assyria. Ia pun meluaskan cakupan ekspedisi penjarahan lebih jauh ke barat, di mana ia menghadapi kerajaan Yahudi Israel dan Yehuda. Awalnya ia mendapat perlawanan, tapi pada 830-an SM Shalmaneser tampaknya berhasil menempatkan orang Yahudi pro-Assyria di tahta kedua kerajaan ini, sehingga Assyria pun memperoleh upeti.
Akan tetapi pada 827 SM terjadi pemberontakan besar yang berpusat di Nineveh pada akhir pemerintahan Shalmaneser. Akibatnya Assyria terpaksa menghentikan penaklukan ke barat dan menjadi lebih lemah selama beberapa waktu. Ekspedisi penjarahan menjadi lebih jaranng dan cakupannya menjadi lebih sempit, hanya menyusuri daerah selatan dan tidak lagi menyeberangi Efrat.
Seorang raja kuat merebut tahta Assyria pada 744 SM. Namanya Tiglath-pileser III, dan dia amat ambisius. Dia kembali melakukan ekspedisi penjarahan tiap tahun dan melakukan penaklukan ke barat. Ia menguasai Israel, Fenisia, dan berbagai kerajaan kecil lainnya. Pada masa akhir pemerintahannya, terjadi pemberontakan di Babilonia dan berhasil dipadamkan olehnya.
Pada akhir pemerintahan Sennakherib pada 705 SM, pasukan Assyria lagi-lagi berhenti melakukan penjarahan tahunan. Ini karena mereka telah menaklukan cukupa banyak wilayah, bahkan berhasil menguasai Mesir. Kini para raja Assyria berfokus untuk mengurusi negerinya sendiri. Mereka membangun jalan, jembatan, dan sistem pengairan, serta mendirikan pengadilan dan perpustakaan. Ini berlangsung pada masa raja besar Esarheddon dan putranya Assurbanipal (di Nineveh) serta Shamash-shum-ukin (di Babilon). Namun Assurbanipal dan saudaranya saling berperang pada 652 SM, yang dimenangkan Assurbanipal empat tahun kemudian. Perang saudara ini amat melemahkan Kekaisaran Assyria,
Wilayah barat, yakni Israel, Yehuda, Fenisia, dll, mulai memberontak. Wilayah Babilonia di selatan juga ikut memberontak. Pada 612 SM, hanya Mesir yang masih setia pada Assyria, ketika persekutuan besar bangsa Yahudi, Mede, dan Babilonia Judah, bersama-sama mengalahkan raja Assyria terakhir yang lemah. Bantuan dari Mesir untuk Assyria dihentikan oleh Yosia pada Pertempuran Megiddo pada 609 SM. Pada 605 SM, Assyria dan Mesir menyerah kepada Raja Nebukhadnezzar dari Babilon. Dengan ini, Asia Barat dikuasai oleh oleh Babilonia.