Daftar bahasa di Kepulauan Maluku
Bahasa Alune dituturkan oleh masyarakat di Desa Rambatu, Desa Manusa, Desa Rumberu, Desa Hukuana Kota, dan Desa Huku Kecil, Kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Di sebelah timur berbatasan dengan Desa Hukuana Kota, sebelah barat berbatasan dengan Desa Rumberu, sebelah utara berbatasan dengan Desa Manusa, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Hunitetu yang merupakan wilayah tutur Bahasa Wemale.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Alune merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81--85%, misalnya dengan Bahasa Luhu dan Bahasa Wemale.
<makan>
Di Provinsi Maluku
sunting</noinclude> Bahasa Ambalau dituturkan oleh masyarakat di Desa Ulima, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Ulima. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan isolek Ambalau merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Buru.
Bahasa Asilulu dituturkan oleh masyarakat beberapa desa di Kabupaten Maluku Tengah, Kota Ambon, dan Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itu memiliki lima belas dialek, yaitu
- dialek Hatuhaha yang dituturkan di Desa Pelauw, Kailolo, Kabauw, Rohomoni, dan Hulaliu, Kecamatan Pulau Haruku, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Siri Sori yang dituturkan di Desa Siri Sori, Kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tanah Titawai yang dituturkan di Desa Titawaai, Kecamatan Nusa Laut, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Asilulu Leihitu yang dituturkan di Desa Larike, Kecamatan Leihitu Barat, dan Desa Asilulu, Negeri Lima, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Hitu yang dituturkan di Desa Hitulama, Hitumessing, Mamala, Morella, Wakal, dan Hila, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tulehu yang dituturkan di Desa Tulehu, Tial, Tengah Tengah dan Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Amahai yang dituturkan di Desa Amahai dan Rutah, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Sepa yang dituturkan di Desa Sepa, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tamilow yang dituturkan di Desa Tamilouw, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Tehoru yang dituturkan di Desa Tehoru, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Huaulu yang dituturkan di Desa Huaulu, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Koa (Manusela) yang dituturkan di Desa Air Besar, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Kaitetu yang dituturkan di Desa Kaitetu dan Seith, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah;
- dialek Laha yang dituturkan di Desa Laha, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon; dan
- dialek Elpaputih yang dituturkan di Desa Elpaputih, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Persentase perbedaan dialektometri antardialek tersebut berkisar 52%--77%. Berdasarkan hasil perhitungan dialektometri, isolek Asilulu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Luhu dan Bahasa Saleman.
Bahasa Balkewan dituturkan oleh etnik Balakeu di Dusun Balakeu, Desa Atiahu, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Wilayah penggunaan Bahasa Balkewan tidak sebatas di wilayah ini, tetapi juga dituturkan di Dusun Ihtonam, Horen, Mainkem, dan Belam yang ada di sebelah utara Dusun Balakeu. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Balkewan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Kali-Kali di sebelah timur, yaitu Dusun Manlea; berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Liang Botam di sebelah barat; dan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Elnama di sebelah selatan, yaitu Desa Werinama. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan isolek Balkewan merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81--100%, misalnya dengan Bahasa Leinam 91%, dan Bahasa Elnama 98%.
Bahasa Banda dituturkan oleh masyarakat di Desa Banda Eli, Kecamatan Kei Besar Utara Timur, dan Desa Elat, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Pulau Kei Besar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Banda dituturkan juga di Desa Banda Elat.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Banda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya Bahasa Kei dan Bahasa Kur.
Bahasa Barakai dituturkan oleh masyarakat di Desa Gomo-Gomo, Lorang, Mariri, Kobasel Timur, dan Kobasel Fara, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa ini mempunyai empat dialek, yaitu
- dialek Gomo-Gomo yang dituturkan di Desa Gomo-Gomo, Kecamatan Aru Tengah Selatan;
- dialek Lorang yang dituturkan di Desa Lorang, Kecamatan Aru Tengah;
- dialek Mariri yang dituturkan di Desa Mariri, Kecamatan Aru Tengah Timur; dan
- dialek Koba yang dituturkan di Desa Kobasel Timur dan Kobasel Fara, Kecamatan Aru Tengah.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 60--79%. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Barakai merupakan sebuah bahasa dengan persentase berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya Bahasa Karey dan Bahasa Kola.
Bahasa Batuley dituturkan oleh masyarakat di Desa Batuley, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa Batuley juga dituturkan di Desa Kabalsiang, Benjuring, Kumul, Waria, Jursiang, dan Sewer, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru. Menurut pengakuan penduduk, Desa Batuley berbatasan dengan Desa Kumul di sebelah barat; Desa Jursiang di sebelah timur; Desa Benjuring dan Kabalsiang di sebelah utara; dan dengan Desa Waria dan Sewer di sebelah selatan. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Batuley merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 99%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan Bahasa Barakai 99,25% dan Bahasa Kompane 99%.
Bahasa Bobat dituturkan oleh masyarakat di Desa Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Werinama, Bahasa Bobat dituturkan juga di sebelah timur dan barat Desa Werinama. Wilayah tutur Bahasa Bobat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Wahai di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Bobat merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya Bahasa Elnama dan Bahasa Balkewan.
Bahasa Boing dituturkan oleh masyarakat di Desa Dawang, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Boing berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Salas, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Seran, dan sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Elnama.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Boing merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 86%--89%, misalnya dengan Bahasa Elnama 87% dan Bahasa Salas 86%.
Bahasa Buru dituturkan oleh masyarakat di Desa Wamlana dan Waereman, Kecamatan Fena Leisela, Kabupaten Buru dan Desa Fogi, Kecamatan Kepala Madan, Kabupaten Buru Selatan, Provinsi Maluku. Bahasa Buru dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan kedua desa itu.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan bahasa berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya Bahasa Ambalau dan Bahasa Kayeli.
Bahasa Damar Timur dituturkan oleh masyarakat yang berada di Desa Kumur dan Kuaimelu, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu
- dialek Damar Timur Kumur yang dituturkan di Desa Kumur, Kecamatan Damer dan
- dialek Kuaimelu yang dituturkan di Desa Kuaimelu, Kecamatan Damer.
Persentase perbedaan antardialek tersebut sebesar 79%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Damar Timur merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, misalnya Bahasa Oirata dan Bahasa Letti.
Bahasa Dawelor dituturkan oleh etnik Alkuki, Bwera, dan Tomreli di Desa Wiratan, Kecamatan Dawelor Dawera Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, Bahasa Dawelor dituturkan juga di Desa Watuwei, Nurnyaman, Ilmarang, Welora, dan Letmasa. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Dawelor tidak berbatasan dengan wilayah tutur bahasa lain karena bahasa yang dituturkan masyarakat di sebelah barat desa itu, yaitu Desa Watuwei dan utara, yaitu Desa Nurnyaman adalah Bahasa Dawelor juga, sedangkan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dawelor merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di Maluku, seperti Bahasa Yatoke dan Bahasa Serili.
Bahasa Dobel dituturkan oleh masyarakat Desa Dobel, Kecamatan Aru Tengah, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Baun, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur dan utara wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Barakai (dialek Koba), di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Tarangan Timur, dan di sebelah selatan wilayah tutur Bahasa Mesian.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Dobel merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain di Maluku sebesar 81--100%, misalnya Bahasa Lola dan Bahasa Kola.
Bahasa Elnama dituturkan oleh masyarakat di Desa Werinama, Kecamatan Werinama, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bagian timur dan barat Desa Werinama, yakni Desa Hatuimeten dan Desa Bemo, juga merupakan wilayah tutur Bahasa Elnama. Sementara itu, di sebelah utara wilayah tutur Bahasa Elnama berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Balkewan dan di sebelah selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Elnama isolek Dobel merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya Bahasa Bobat dan Bahasa Balkewan.
Bahasa Emplawas dituturkan oleh masyarakat Emplawas di Desa Emplawas, Kecamatan Pulau-Pulau Babar Timur¸ Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa Emplawas dituturkan juga di Desa Tela, Lawawang, dan Iblatmuntah. Sementara itu, di Desa Emplawas juga dituturkan Bahasa Marsela selain Bahasa Emplawas. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Emplawas berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Masbuar, yaitu di Desa Masbuar; di sebelah utara berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu dialek Melayu Ambon, yaitu di Desa Tutuawano; dan di sebelah timur dan selatan berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Emplawas merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 96%--99%, misalnya dengan Bahasa Marsela Barat 96% dan Bahasa Marsela Timur 97%.
Bahasa Fordata (Iyaru) dituturkan oleh masyarakat Desa Ritabel, Pulau Larat, Kecamatan Tanimbar Utara, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Fordata (Iyaru) berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Yamdena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Fordata (Iyaru) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Yamdena dan Bahasa Selaru.
Bahasa Hoti dituturkan oleh masyarakat di Desa Hote, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Hoti berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Banggoi.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Hoti merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Seram dan Bahasa Kaham.
Bahasa Illiun dituturkan oleh masyarakat di Desa Ilwaki, Uhak, Lurang, dan Ustutun, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu
- dialek Talur (Galoleng) yang dituturkan di Desa Ilwaki, Kecamatan Wetar,
- dialek Perai yang dituturkan di Desa Uhak, Kecamatan Wetar Utara,
- dialek Aputai yang dituturkan di Desa Lurang, Kecamatan Wetar Utara, dan
- dialek Ustutun yang dituturkan di Desa Ustutun, Kecamatan Wetar Barat.
Persentase perbedaan keempat dialek tersebut berkisar 69%--76%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Illiun (Il'iiuun) diidentifikasi sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Letti dan Bahasa Damar Timur.
Bahasa Kaham dituturkan oleh masyarakat di Desa Aketernate dan Seti, Kecamatan Seram Utara Timur, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Kaham berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Banggoi di sebelah timur (Desa Banggoi) dan wilayah tutur Bahasa Pantai di sebelah utara (Desa Pantai). Adapun sebelah selatan dan barat juga merupakan wilayah tutur Bahasa Kaham.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kaham merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Piru dan Bahasa Loon.
Bahasa Kayeli pada masa dahulu dituturkan oleh masyarakat Kayeli di Desa Kaiely, Kecamatan Teluk Kaiely¸ Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Kayeli berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Gunung di sebelah timur Desa Kayeli, yaitu Desa Masarete; wilayah tutur Bahasa Bugis di sebelah barat, yaitu Desa Kaki Air; dan berbatasan dengan pegunungan dan laut di sebelah utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kayeli merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, seperti Bahasa Tagalisa dan Bahasa Buru.
Bahasa Karey dituturkan oleh masyarakat Desa Karey, Kecamatan Aru Selatan Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Karey berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu dialek Tarangan Timur di sebelah timur, barat, utara, dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Karey merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Barakai dan Bahasa Tarangan Barat.
Buut
Di Provinsi Maluku
sunting</noinclude> Bahasa Kei dituturkan oleh masyarakat di Desa Rahareng, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara; Desa Yamtel, Kecamatan Kei Besar dan di Desa Debut, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara; Desa Tam Ngurhir, Kecamatan Tayando Tam, Kabupaten Kota Tual; dan Desa Tanimbar Kei, Kecamatan Kei Kecil Barat, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Bahasa ini diidentifikasi memiliki empat dialek, yaitu
- dialek Kei Evav yang dituturkan di Desa Rahareng, Kecamatan Kei Besar;
- dialek Kei Yamtel yang dituturkan di Desa Yamtel, Kecamatan Kei Besar dan di Desa Debut, Kecamatan Manyeuw;
- dialek Taam yang dituturkan di Desa Tam Ngurhir, Kecamatan Tayando Tam;
- dialek Tanimbar Kei yang dituturkan di Desa Tanimbar Kei, Kecamatan Kei Kecil Barat.
Persentase perbedaan antardialek tersebut berkisar 53%--65%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kei dikategorikan sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Yamdena dan Bahasa Banda.
Bahasa Kola dituturkan oleh masyarakat Desa Kolaha, Manombai, dan Ujir, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa itu mempunyai tiga dialek, yaitu
- dialek Kola Kolaha yang dituturkan di Desa Kolaha, Kecamatan Sir-Sir,
- dialek Manombai yang dituturkan di Desa Manombai, Kecamatan Aru Tengah, dan
- dialek Ujir yang dituturkan di Desa Ujir, Kecamatan Pulau-Pulau Aru.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 71%--74%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kola merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Dobel dan Bahasa Karey.
Bahasa Kompane dituturkan oleh masyarakat Desa Kompane, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa ini juga dituturkan di Desa Kabalsiang yang terletak di sebelah timur Desa Kompane. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Kompane di sebelah barat, selatan, dan utara berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Kola, yakni Desa Berdafan, Desa Masina, dan Desa Kobamar. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Kompane merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan Bahasa Batuley 99,75% dan Bahasa Kola 91,75%.
Bahasa Kur dituturkan oleh masyarakat Desa Lokwirin, Kecamatan Pulau-Pulau Kur, Kabupaten Kota Tual, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Kur dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Lokwirin.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kur merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 85%--100%, misalnya Bahasa Kei dan Bahasa Yamdena.
Bahasa Leinam dituturkan oleh etnik Alifuru di Desa Adabai, Kecamatan Siwalalat, Kabupaten Seram Bagian Timur, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Leinam tidak hanya dituturkan di Adabai, tetapi dituturkan di Desa Elnusa, Sabuai, Naiwel Ahinulin, Nayet, Lapela, Liliama, dan Dihil. Selain itu, Bahasa Leinam dituturkan oleh masyarakat di Dusun Kamu-Kamu yang terletak di sebelah utara |Kampung Adabai. Wilayah tutur Bahasa Leinam berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Kali-Kali di sebelah timur (Desa Bemo Perak) dan sebelah barat (Desa Atiahu); dan berbatasan dengan laut di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Leinam merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, seperti Bahasa Balkewan, Bahasa Kaham, dan Bahasa Elnama.
Bahasa Letti dituturkan oleh masyarakat di Desa Tutukey, Kecamatan Pulau Leti, Kabupaten Maluku Barat Daya; Desa Wonreli, Kecamatan Pulau-pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya; Desa Jerusu, Kecamatan Kepulauan Romang, Kabupaten Maluku Barat Daya; dan Desa Arwala, Kecamatan Wetar Timur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Bahasa itu terdiri atas empat dialek, yaitu
- dialek Letti Tutukey yang dituturkan oleh masyarakat Desa Tutukey, Kecamatan Pulau Leti;
- dialek Meher yang dituturkan di Desa Wonreli, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan;
- dialek Roman Ryomna/Roma yang dituturkan di Desa Jerusu, Kecamatan Kepulauan Romang; dan
- dialek Tugun yang dituturkan di Desa Arwala, Kecamatan Wetar Timur.
Persentase perbedaan keempat dialek itu berkisar 73%--79%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Letti tergolong sebagai sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Damar dan Bahasa Oirata.
Bahasa Lola dituturkan oleh masyarakat Desa Lola, Kecamatan Aru Tengah Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Lola berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Dobel di sebelah barat, wilayah tutur Bahasa Barakai (Bahasa Barakai dialek Mariri) di sebelah utara, dan wilayah tutur Bahasa Warabal di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Lola merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Barakai dan Bahasa Dobel.
Bahasa Loon dituturkan oleh masyarakat Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Wilayah tutur Bahasa Loon berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Buton di sebelah timur, yaitu Desa Gale-Gale; dengan Desa Lisabata Timur di sebelah barat; Laut Seram di sebelah utara; dan daerah pegunungan di sebelah selatan.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Loon merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 85%--99%, yaitu 85% jika dibandingkan dengan Bahasa Kayeli, 88% jika dibandingkan dengan Bahasa Samasuru, 90% jika dibandingkan dengan Bahasa Piru, 91% jika dibandingkan dengan Bahasa Kaham, 94% jika dibandingkan dengan Bahasa Leinam, 96% jika dibandingkan dengan Bahasa Dawelor dan Bahasa Pepra, 97% jika dibandingkan dengan Bahasa Emplawa, Bahasa Tagalisa, Bahasa Balkewan, dan Bahasa Marsela Barat, 98% jika dibandingkan dengan Bahasa Elnama dan Bahasa Yatoke, 99% jika dibandingkan dengan Bahasa Serili dan Bahasa Marsela Timur.
Bahasa Luhu dituturkan oleh masyarakat di Desa Luhutuban, Boano Utara, Waesala, Kaibobu dan Kamarian, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas lima dialek, yaitu
- dialek Manipa yang dituturkan Desa Luhutuban, Kecamatan Kepulauan Manipa, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Boano yang dituturkan di Desa Boano Utara, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Luhu Waesala yang dituturkan di Desa Waesala, Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Kaibobu yang dituturkan di Desa Kaibobu, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Kamarian yang dituturkan di Desa Kamarian, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
Persentase perbedaan kelima dialek tersebut berkisar 67%--75%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Luhu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 90%--100%, misalnya dengan Bahasa Loon, Bahasa Naulu, Bahasa Piru, dan Bahasa Samasuru.
Bahasa Makatian, disebut juga Bahasa Matine, dituturkan oleh masyarakat Desa Makatian, Kecamatan Wermaktian, Pulau Yamdena, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Desa ini berbatasan dengan hutan di sebelah timur, Pulau Kesbui di sebelah barat, Desa Abat di sebelah utara yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Fordata, dan dengan desa Warmatan di sebelah selatan yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Seluwarsa. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Makatian merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 95,75%--99% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan Bahasa Seluwarsa 95,75% dan Bahasa Yamdena 97,25%.
Bahasa Marlasi dituturkan oleh masyarakat Desa Marlasi, Kecamatan Aru Utara, Kabupaten Kepulauan Aru, Pulau Marlasi, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Marlasi berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Kolomar di sebelah timur; wilayah tutur Bahasa Kabufin di sebelah barat wilayah tutur Bahasa Tasin Waha di sebelah utara dan wilayah tutur Bahasa Masidang di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marlasi merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Lola, Bahasa Dobel, dan Bahasa Kola.
Bahasa Marsela Barat (Masela Barat) dituturkan oleh masyarakat di Desa Latalola Besar (LTB), Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah timur Desa Latalola Besar adalah Desa Latalola Kecil yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Marsela Timur (Masela Timur). Sementara itu, di sebelah utara Desa Latalola Besar adalah Desa Serili yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Serili, dan di sebelah selatan adalah Desa Telalora, Iblatmuntah, dan Babiotang yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Telalora. Jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, Bahasa Marsela Barat (Masela Barat) mempunyai perbedaan 93% dengan Bahasa Serili, 98% dengan Bahasa Dawelor, 90% dengan Marsela Timur (Masela Timur), 90% dengan Marsela Tengah (Masela Tengah), dan 99% dengan Bahasa Yatoke.
Bahasa Marsela Tengah (Masela Tengah) dituturkan oleh masyarakat di Desa Bululora, Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela (Masela), Provinsi Maluku. Bahasa Marsela Tengah (Masela Tengah) dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Bululora.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Marsela Tengah (Masela Tengah) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 85%--100%, misalnya dengan Bahasa Marsela Timur (Masela Timur), Marsela Barat (Masela Barat), dan Serili.
Bahasa Marsela Timur (Masela Timur) dituturkan oleh masyarakat di Desa Marsela, Kecamatan Pulau Masela, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela (Masela), Provinsi Maluku. Masyarakat di desa lain yang menuturkan Bahasa Marsela adalah Desa Bululora, Latalola Kecil, dan Babiotang. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah barat Desa Marsela adalah Desa Nura (Lawawang) yang masyarakatnya bertutur dalam Bahasa Uiwily (Latalola Besar) dan sebelah selatan adalah Desa Ilbutung yang masyarakatnya bertutur dalam Bahasa Ilbutung.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Marsela Timur (Masela Timur) mempunyai perbedaan sebesar 92% dengan Bahasa Marsela Barat (Masela Barat); Bahasa Serili 96%; Bahasa Yatoke 98%; dan Bahasa Dawelor 99%.
Bahasa Masarete dituturkan oleh masyarakat di Desa Masarete, Kecamatan Teluk Kaiely, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaiely, sebelah timur berbatasan dengan Desa Seit yang merupakan wilayah tutur Bahasa Buru, sebelah utara berbatasan dengan laut, dan sebelah selatan berbatasan dengan hutan. Bahasa Masarete mempunyai satu dialek, yaitu dialek Maksela yang dituturkan di Dusun Waifefa, Desa Masarete dengan persentase perbedaan 77%.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Masarete merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--85%, misalnya dengan Bahasa Buru 81% dan Bahasa Ambalau 85%.
Terimakasih sayang
Di Provinsi Maluku
sunting</noinclude> Bahasa Moa dituturkan oleh masyarakat di Desa Moain, Tounwawan, Klis, Patti, Kaiwatu, Kecamatan Moa, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Sebelah barat dan timur berbatasan dengan Desa Tounwawan, sebelah selatan berbatasan Desa Klis, dan sebelah utara berbatasan dengan laut.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Moa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 80%--95%, misalnya dengan Bahasa Leti 81%, Bahasa Werinama 87%, dan Bahasa Salas 86%.
Bahasa Naulu dituturkan oleh masyarakat di Desa Sepa (Rohua), Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Melayu Ambon di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Sepa (Rohua).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Naulu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Luhu, Bahasa Nila, dan Bahasa Loon.
Bahasa Nila dituturkan oleh masyarakat di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele, Ameth, Bumey, Sifluru, dan Wotay, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur bahasa itu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Teon di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Kura Lele Nila di sebelah barat, dan wilayah tutur Bahasa Bumai di sebelah utara.
Bahasa Nila mempunyai dua dialek, yaitu
- dialek Kokroman di Desa Kokroman, Usliapan, Kuralele, dan Ameth; dan
- dialek Bumey di Desa Bumey, Sifluru, dan Wotay.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Nila merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Sawai, Bahasa Saleman, dan Bahasa Samasuru.
Bahasa Oirata dituturkan oleh masyarakat di Desa Oirata Timur, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Kisar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Oirata dituturkan juga di sebelah barat Desa Oirata Timur. Sementara itu, di sebelah selatan Desa Oirata Timur masyarakatnya merupakan penutur Bahasa Kisar (dialek Meher).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Oirata merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81--100%, misalnya dengan Bahasa Letti, Bahasa Oroyliye, dan Bahasa Illiun.
Bahasa Oroyliye dituturkan oleh masyarakat di Desa Kroing, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur, Kabupaten Maluku Barat Daya, Pulau Babar, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Oroyliye berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Dauro di sebelah timur Desa Kroing, wilayah tutur Bahasa Yatoke di sebelah barat, wilayah tutur Bahasa Emplawas di sebelah utara, dan wilayah tutur Bahasa Telaah (dialek Imroing) di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Oroyliye merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Oirata, Bahasa Illiun, dan Bahasa Letti.
Bahasa Piliana dituturkan oleh masyarakat di Desa Piliana, Desa Mangga Dua, Desa Waelumatan, Desa Ekano, dan Desa Salamahu, Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Desa ini berbatasan dengan Desa Hulosa di sebelah timur yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Upa'a, hutan di sebelah barat, Desa Wahai di sebelah utara yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Upa'a, dan Desa Yaputi di sebelah selatan yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Sounama. Bahasa Piliana memiliki satu dialek, yaitu dialek Koa yang dituturkan oleh masyarakat di Desa Air Besar, Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah dengan persentase perbedaan dialektometri 67,75%. Hasil perhitungan dialektometri yang menunjukkan bahwa isolek Piliana merupakan sebuah bahasa sendiri berkisar antara 86--94% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Maluku Tengah, misalnya dengan Bahasa Saleman 93%, Bahasa Yalahatan 93%, dan Bahasa Naulu 94%.
Bahasa Piru dituturkan oleh masyarakat di Desa Piru, Kecamatan Seram Barat, Kabupaten Seram Bagian Barat, Pulau Seram, Provinsi Maluku. Batas Bahasa Piru di sebelah timur adalah Bahasa Alune yang dituturkan oleh masyarakat Desa Eti; di sebelah barat adalah Bahasa Luhu yang dituturkan oleh masyarakat Desa Luhu; di sebelah selatan dengan Bahasa Alune yang dituturkan oleh masyarakat Desa Murkaw, dan sebelah utara merupakan wilayah yang berupa lautan.
Berdasarkan penghitungan dialektometri, isolek Piru merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 90% jika dibandingkan dengan Bahasa Loon dan Bahasa Samasuru; 91% jika dibandingkan dengan Bahasa Kayeli; 92% jika dibandingkan dengan Bahasa Kaham.
Bahasa Salas dituturkan oleh masyarakat di Desa Salas, Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Salas berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Dawang di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Hoti di sebelah barat, dan wilayah tutur Bahasa Elnama di sebelah selatan Desa Salas.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Salas merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Seram, Bahasa Balkewan, dan Bahasa Elnama.
Bahasa Saleman dituturkan oleh masyarakat di Desa Sawai, Kecamatan Seram Utara dan Desa Saleman, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Saleman merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa-bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Piru, Bahasa Loon, dan Bahasa Seram. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa antara Bahasa Saleman yang terdapat di Desa Sawai, Provinsi Maluku dan Bahasa Sawai yang terdapat di Provinsi Maluku Utara merupakan dua bahasa yang berbeda karena persentase perbedaan kedua isolek itu mencapai 99%.
Bahasa Samasuru dituturkan oleh masyarakat di Negeri Samasuru, Kecamatan Teluk Elpaputih, Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Seram, Provinsi Maluku.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Samasuru merupakan bahasa yang berbeda dengan bahasa lain yang terdapat di Pulau Seram. Bahasa Samasuru berbeda sebesar 88% dengan Bahasa Loon, 90% dengan Bahasa Piru, dan 96% dengan Bahasa Balkewam.
Bahasa Selaru dituturkan oleh masyarakat di Desa Namtabung, Kecamatan Selaru, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Pulau Selaru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Selaru dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Namtabung. Akan tetapi, di sebelah utara Desa Namtabung wilayah tutur Bahasa Selaru berbatasan dengan Bahasa Yamdena.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Selaru merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Oirata, Bahasa Seluwarsa, dan Bahasa Letti.
Bahasa Seluwarsa dituturkan oleh masyarakat di Pulau Yamdena Barat, tepatnya Desa Marantutul (Otemmar), Kecamatan Wer Maktian, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Berdasarkan pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Seluwarsa berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Yamdena di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Fordata di sebelah barat, wilayah tutur Bahasa Makatian di sebelah utara, dan wilayah tutur Bahasa Selaru di sebelah selatan Desa Marantutul (Otemmar).
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seluwarsa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Selaru, Bahasa Oirata, dan Bahasa Yamdena.
Bahasa Seram dituturkan oleh masyarakat di Desa Waru, Kecamatan Teluk Waru, Kabupaten Seram Bagian Timur; Desa Geser, Kecamatan Seram Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur; dan Desa Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom, Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas tiga dialek, yaitu
- dialek Waru yang dituturkan oleh masyarakat Desa Waru, Kecamatan Teluk Waru;
- dialek Geser yang dituturkan oleh masyarakat Desa Geser, Kecamatan Seram Timur;
- dialek Gorom yang dituturkan oleh masyarakat Desa Kataloka, Kecamatan Pulau Gorom.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 55--77%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Seram merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Samasuru, Bahasa Loon, dan Bahasa Piru.
Bahasa Serili dituturkan oleh masyarakat di Desa Serili, Kecamatan Pulau Masela, Kabupeten Maluku Barat Daya, Pulau Marsela, Provinsi Maluku. Desa Serili dikenal juga sebagai Desa Lohir Herilie atau Serili Herilie. Menurut pengakuan penduduk, di sebelah selatan Desa Serili adalah Desa Latalola Kecil dan Latalola Besar yang masyarakatnya menuturkan Bahasa Latalola Besar. Sementara itu, sebelah timur, barat, dan utara Desa Serili adalah Pulau Babar, Pulau Dawera, dan Pulau Dawelor yang masyarakatnya menuturkan bahasa yang berbeda dengan Bahasa Serili.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, Bahasa Serili mempunyai perbedaan leksikon dan fonologi pada kisaran 93--99%. Bahasa Serili mempunyai perbedaan sebesar 96% dengan Bahasa Serili; Bahasa Marsela Timur sebesar 96%; serta Bahasa Yatoke dan Bahasa Dawelor sebesar 99%.
Bahasa Serua dituturkan oleh masyarakat di Desa Waru, Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, bahasa itu dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Waru, tetapi berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Saparua di sebelah utara Desa Waru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Serua merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Loon, Bahasa Luhu, dan Bahasa Samasuru.
Bahasa Tagalisa dituturkan oleh etnik Tasijawa di Desa Skikilale, Kecamatan Waplau¸ Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, Bahasa Tagalisa dituturkan juga di Desa Tupanaliang, Wailese, Raheriat, Namsina, dan Miskoko. Berdasarkan pengakuan penduduk, masyarakat Desa Raheriat di bagian timur, Desa Waenibe di bagian barat, Desa Waidaha di bagian Utara, dan Desa Waipote bagian selatan Desa Skikilale menuturkan Bahasa Buru.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tagalisa merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Buru, Bahasa Kayeli, dan Bahasa Ambalau.
Bahasa Tarangan Barat dituturkan oleh masyarakat di Desa Utta, Kecamatan Wakate, Kabupaten Seram Bagian Timur; Desa Kilmoy, Kecamatan Tutuk Tolu, Kabupaten Seram Bagian Timur; dan Desa Fatural, Kecamatan Aru Selatan, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Bahasa itu terdiri atas tiga dialek, yaitu
- dialek Uta (Kesui) yang dituturkan di Desa Utta, Kecamatan Wakate;
- dialek Bati yang dituturkan di Desa Kilmoy, Kecamatan Tutuk Tolu;
- dialek Tarangan Barat Vatural yang dituturkan di Desa Fatural, Kecamatan Aru Selatan.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 75%--79%. Persentase perbedaan antara dialek Bati dan Tarangan sebesar 76%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tarangan Barat merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Barakai, Bahasa Karey, dan Bahasa Dobel.
Bahasa Tarangan Timur dituturkan oleh masyarakat di Desa Beltubur, Batu Goyang, Jorang, Meme, Gomar Meti, Gomar Sungai, Juring, Meror, Erersin, Salarem, Jelia, Kecamatan Aru Selatan Timur, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Desa Beltubur berbatasan dengan Desa Jelia di sebelah barat, sebelah timur Laut Arafura, sebelah selatan Desa Sia yang merupakan wilayah tutur Bahasa Barakai, dan sebelah utara Desa Gomar Meti.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tarangan Timur merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 82%--88%, misalnya dengan Bahasa Barakai 82%, Bahasa Tarangan Barat 85%, Bahasa Karey 85%, dan Bahasa Marlasi 88%.
Bahasa Telaah Babar Barat dituturkan oleh masyarakat di Desa Tela dan Imroing, Kecamatan Pulau-Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Bahasa Babar Barat terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Tela yang dituturkan di Desa Tela, Kecamatan Pulau-Pulau Babar dan dialek Imroing yang dituturkan di Desa Imroing, Kecamatan Pulau-Pulau Babar.
Persentase perbedaan kedua dialek tersebut sebesar 69%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Telaah Babar Barat merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Emplawas, Bahasa Damar Timur, dan Bahasa Yatoke.
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Isu yang merupakan penutur Bahasa Wetang, sebelah timur berbatasan dengan Desa Trana yang merupakan wilayah tutur Bahasa Serua, sebelah utara berbatasan dengan Desa Leslulu yang merupakan wilayah tutur Bahasa Serua, dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa Makariki.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Teon merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 83%--89%, misalnya dengan Bahasa Nila 83%, Bahasa Serua 85%, dan Bahasa Damar Timur 89%.
Bahasa Wemale dituturkan oleh masyarakat di Desa Waraloin, Kecamatan Taniwel Timur, Desa Hunitetu, Kecamatan Kairatu, dan Desa Elpaputih, Kecamatan Elpaputih, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Di sebelah timur berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Wemale, sebelah barat berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Alune, sebelah utara berbatasan dengan laut, dan di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Alune.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Wemale merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 82%--85%, misalnya dengan Bahasa Alune dan Bahasa Luhu.
Bahasa Woda-Woda dituturkan oleh masyarakat di Desa Goda-Goda, Kecamatan Sir-Sir, Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Woda-Woda berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Kola di sebelah barat, timur, dan utara, yakni Desa Ujir, Desa Wakua, dan Desa Jerwatu, sedangkan di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Londe. Hasil penghitungan dialektometri menunjukkan bahwa isolek Woda-Woda merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar antara 81%--100% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Kabupaten Aru, misalnya dengan Bahasa Kola 86,75% dan Bahasa Kompane 83,25%.
Bahasa Yalahatan dituturkan oleh masyarakat di Desa Yalahatan, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Yalahatan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Haya di sebelah timur dan dengan wilayah tutur Bahasa Tamilou di sebelah barat Desa Yalahatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yalahatan merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Samasuru, Bahasa Loon, dan Bahasa Piru.
Bahasa Yamdena dituturkan oleh masyarakat di Desa Woraloin, Taniwel, Hulung, Uweh, dan Banggoi, Kabupaten Seram Bagian Barat dan Desa Olilit Raya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.
Bahasa ini terdiri atas enam dialek, yaitu
- dialek Wemale yang dituturkan di Desa Woraloin, Kecamatan Taniwel Timur, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Nakaela dituturkan di Desa Taniwel, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Hulung dituturkan di Desa Hulung, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Alune dituturkan di Desa Uweh, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat;
- dialek Banggoi dituturkan di Desa Banggoi, Kecamatan Bula Barat, Kabupaten Seram Bagian Timur;
- dialek Yamdena Olilit Lama yang dituturkan di Desa Olilit Raya, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Persentase antardialek tersebut berkisar 60--80%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yamdena merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Kei, Bahasa Fordata (Iyaru), dan Bahasa Banda.
Bahasa Yatoke dituturkan oleh masyarakat di Desa Yatoke, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur¸ Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Selain di desa itu, Bahasa Yatoke dituturkan juga di Desa Nakaramto (sebelah barat) dan Iliwari. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Yatoke hanya berbatasan dengan wilayah tutur satu bahasa, yaitu Bahasa Kroing yang dituturkan di sebelah selatan Desa Yatoke. Di sebelah timur, barat, dan utara tidak berbatasan dengan laut.
Bahasa Yatoke mempunyai dua dialek, yaitu dialek Yatoke dan Pepra. Hal itu didasarkan hasil penghitungan dialektometri bahwa persentase dialektometri antara isolek Yatoke dan Pepra adalah 53%.
- Dialek Yatoke dituturkan oleh masyarakat Yatoke, Kecamatan Pulau-pulau Babar Timur, sedangkan dialek Pepra dituturkan oleh masyarakat Letsiara, Kecamatan Pulau-pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya.
- Dialek Pepra dituturkan juga di Desa Tepa dan Yaltubung, Wetang, dan Manuwai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Yatoke merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 96--98% jika dibandingkan dengan bahasa lain di Maluku, seperti Bahasa Yatoke dengan Bahasa Emplawas 98% dan Bahasa Serili 96%.
Bahasa Bacan dituturkan oleh masyarakat di Desa Amasing Kota, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Bacan, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, selain di Desa Amasing Kota, Bahasa Bacan dituturkan juga di sebelah timur, barat, dan utara Desa Amasing Kota.
Berdasarkan hasil perhitungan dialektometri, isolek Bacan merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Gane.
Bahasa Buli dituturkan oleh masyarakat di Desa Buli Asal, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Buli berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Patani dialek Maba di sebelah utara dan selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Buli merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Modole dan Bahasa Makian Dalam.
Bahasa Galela dituturkan oleh masyarakat di Desa Wangeotek, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kao, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kira, Kecamatan Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara; Desa Kedi, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat; Desa Laba Besar, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat; dan Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Bahasa ini terdiri atas enam dialek, yaitu
- Dialek Pagu dituturkan oleh masyarakat Desa Wangeotek, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Pagu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Makian di sebelah timur, barat, utara, dan selatan.
- Dialek Kao dituturkan oleh masyarakat Desa Kao, Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Kao berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo di sebelah timur dan utara, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Pagu dan Bahasa Malpan di sebelah barat, serta wilayah tutur Bahasa Galela dialek Pagu dan Bahasa Makian di sebelah selatan.
- Dialek Galela Kira dituturkan oleh masyarakat Desa Kira, Kecamatan Galela Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Galela dialek Galela Kira dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Kira.
- Dialek Loloda dituturkan oleh masyarakat Desa Kedi, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Galela dialek Loloda dituturkan juga oleh masyarakat di sebelah timur, utara, dan selatan Desa Kedi. Wilayah tutur Bahasa Galela dialek Loloda berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah timur dan wilayah tutur Bahasa Ternate di sebelah barat.
- Dialek Laba dituturkan oleh masyarakat di Desa Laba Besar, Kecamatan Loloda, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Laba berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Loloda di sebelah barat dan selatan, dan wilayah tutur Bahasa Melayu dialek Gorap di sebelah utara.
- Dialek Tobaru dituturkan oleh masyarakat Desa Goal, Kecamatan Sahu Timur, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo dan Bahasa Galela di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Sahu dialek Sahu Taraudu di sebelah barat, wilayah tutur Bahasa Sahu dialek Wayoli dan Bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah utara, serta wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru dan Bahasa Ternate di sebelah selatan.
Persentase perbedaan keenam dialek tersebut berkisar 63%--79,75%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Galela merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Sahu dan Bahasa Ternate.
Bahasa Gane dituturkan oleh masyarakat di Desa Gane Luar, Kecamatan Gane Timur Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Gane dituturkan juga di sebelah barat Desa Gane Luar. Wilayah tutur Bahasa Gane berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo di sebelah utara dan wilayah tutur Bahasa Makian di sebelah selatan.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gane merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Makian dan Bahasa Tobelo.
Bahasa Gorap dituturkan oleh masyarakat di Desa Bobaneigo, Kecamatan Kao Teluk, Kabupaten Halmahera Utara dan Desa Bobaneigo, Kecamatan Jailolo Timur, Kabupaten Halmahera Barat. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Gorap berasal dari bahasa kreol atau pijin yang merupakan campuran antara Bahasa Melayu setempat dan bahasa pendatang dari Sulawesi Tenggara. Wilayah tutur dialek Gorap sebelah timur dan selatan berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo, sebelah barat dengan wilayah tutur Bahasa Ternate, dan sebelah utara dengan wilayah tutur Bahasa Makian.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Gorap merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya dengan dengan Bahasa Buli, Bahasa Ibu, Bahasa Tobelo, dan Bahasa Melayu (Melayu Ternate).
Bahasa Ibu (Ibo) dituturkan oleh masyarakat di Desa Gamlamo, Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Ibu (Ibo) berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Ternate di sebelah timur dan selatan dan wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah barat dan utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ibu (Ibo) merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Galela dan Bahasa Sahu.
Bahasa Kadai dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Kadai berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Sula Buton di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Taliabu Buton di sebelah barat, dan wilayah tutur Bahasa Taliabu Bajo di sebelah utara.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Kadai merupakan sebuah bahasa karena dengan persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya Bahasa Buru, Bahasa Bacan, dan Bahasa Sula.
Han loe Han Lawe
Di Provinsi Maluku Utara
sunting</noinclude> Bahasa Makian Dalam dituturkan oleh masyarakat di Desa Matentengin, Kecamatan Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Makian, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, Bahasa Makian Dalam disebut juga sebagai Bahasa Makian Timur atau Bahasa Taba.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makian Dalam merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 90%--100%, seperti dengan Bahasa Buli 90,75%; Bahasa Maba 91,25%; dan Bahasa Bacan 95%.
Bahasa Makian Luar dituturkan oleh masyarakat di Desa Sebelei, Kecamatan Makian Barat, Kabupaten Halmahera Selatan, Pulau Makian, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Makian Luar berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Makian Dalam di sebelah timur dan dengan wilayah tutur Bahasa Makian di sebelah barat Desa Sebelei.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Makian Luar merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 94%--98%, seperti dengan Bahasa Makian Dalam 94%; Bahasa Buli 97,5%; dan Bahasa Bacan 95%.
Bahasa Modole dituturkan oleh masyarakat di Desa Pitago, Kecamatan Kao Barat, Kabupaten Halmahera Utara, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Modole berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo di sebelah timur dan selatan Desa Pitago serta wilayah tutur Bahasa Galela dialek Kao dan Bahasa Tobelo di sebelah utara Desa Pitago.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Modole merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan lain di Maluku Utara sebesar 98%, seperti dengan Bahasa Maba 98%; Bahasa Patani 98,25%; Bahasa Bacan 98,75%; dan Bahasa Gane 98,5%.
Bahasa Patani dituturkan oleh masyarakat di Desa Tepeleo, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah dan Desa Soa Sangaji, Kecamatan Kota Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu dialek Patani Tepeleo dan dialek Maba. Persentase perbedaan antar dua dialek tersebut sebesar 75,25%.
Dialek Patani Tepeleo itu dituturkan oleh masyarakat Desa Tepeleo, Kecamatan Patani Utara, Kabupaten Halmahera Tengah, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Patani Tepelo berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Patani di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Tepeleo.
Sementara itu, dialek Maba dituturkan di Desa Soa Sangaji, Kecamatan Kota Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Maba berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Buli di sebelah utara dan selatan Desa Soa Sangaji.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Patani merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa di sekitarnya berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Buli, Bahasa Sawai, dan Bahasa Gane.
Bahasa Sahu dituturkan oleh masyarakat di Desa Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat dan Desa Taraudu, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu
- Dialek Wayoli dituturkan di Desa Tosoa, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Wayoli berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Galela dialek Kao di sebelah timur, wilayah tutur Bahasa Sahu dialek Wayoli di sebelah barat, wilayah tutur Bahasa Sahu dialek Wayoli, Bahasa Ternate dialek Gamkonora, dan Bahasa Galela dialek Tobaru di sebelah utara Desa Tosoa, dan wilayah tutur dialek Bahasa Galele dialek Tobaru dan Bahasa Sahu di sebelah selatan Desa Tosoa.
- Dialek Sahu Taraudu dituturkan di Desa Taraudu, Kecamatan Sahu, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Sahu Taraudu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Sahu di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Taraudu.
Persentase perbedaan antardua dialek tersebut sebesar 69,5%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sahu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Ibu (Ibo), Bahasa Galela, dan Bahasa Ternate.
Bahasa Sawai dituturkan oleh masyarakat di Desa Lililef Sawai, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Tengah, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Sawai berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Sawai di sebelah barat dan selatan Desa Lililef Sawai.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sawai merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 84%--98%, seperti dengan Bahasa Maba 84,75%; Bahasa Patani 86,75%; Bahasa Bacan 98%; dan Bahasa Gane 90,25%.
>o
Di Provinsi Maluku Utara
sunting</noinclude> Bahasa Sula dituturkan oleh masyarakat di Desa Fatcei, Kecamatan Sanana dan Desa Malbufa, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara. Bahasa ini terdiri atas dua dialek, yaitu
- Dialek Sula Fatcei dituturkan di Desa Fatcei, Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula, Pulau Sulabesi, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, dialek Sula Fatcei dituturkan juga di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Fatcei.
- Dialek Mangole dituturkan di Desa Malbufa, Kecamatan Sanana Utara, Kabupaten Kepulauan Sula, Pulau Sulabesi, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur dialek Mangole di sebelah timur Desa Malbufa berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Fagudu; di sebelah barat, utara, dan selatan Desa Malbufa berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Fagudu dan Bahasa Sula.
Persentase perbedaan antara dialek Sula Fatcei dan dialek Mangole sebesar 70,5%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Sula merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara sebesar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Tobelo, Bahasa Galela, dan Bahasa Buru.
Bahasa Taliabu dituturkan oleh masyarakat di Desa Kawadang, Kecamatan Taliabu Timur Selatan, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara. Menurut pengakuan penduduk, wilayah tutur Bahasa Taliabu berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Sula dan Bahasa Buton di sebelah timur; wilayah tutur Bahasa Taliabu dan Bahasa Buton sebelah barat; wilayah tutur Bahasa Taliabu dan Bahasa Bajo di sebelah utara Desa Kawadang.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Taliabu merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 86,75%--97,75%, seperti dengan Bahasa Sula 97%; Bahasa Gane 97,75%; dan Bahasa Mangole 86,75%.
Bahasa Ternate dituturkan oleh masyarakat di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate; Kelurahan Ome, Kecamatan Tidore Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan; dan Desa Gamkonora, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Bahasa Ternate terdiri atas tiga dialek, yaitudialek Ternate Togafo, Tidore, dan Gamkonora.
Persentase perbedaan ketiga dialek tersebut berkisar 59,5%--76,25%.
Dialek Ternate Togafo dituturkan di Kelurahan Togafo, Kecamatan Pulau Ternate, Kabupaten Kota Ternate, Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Ternate Togafo berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Ternate dan Bahasa Melayu dialek Melayu Ternate di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Desa Togafo.
Dialek Tidore dituturkan di Kelurahan Ome, Kecamatan Tidore Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan, Pulau Tidore, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Tidore berbatasan juga dengan wilayah tutur Bahasa Ternate dialek Tidore di sebelah timur, barat, utara, dan selatan Kelurahan Ome.
Dialek Gamkonora dituturkan di Desa Gamkonora, Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Gamkonora berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Galela dialek Tobaru dan Bahasa Sahu dialek Wayoli di sebelah timur dan utara Desa Gamkonora dan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo di sebelah selatan desa Gamkonora.
Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Ternate merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Sahu, Bahasa Buli, dan Bahasa Sawai.
Baca
Di Provinsi Maluku Utara
sunting</noinclude> Bahasa Tobelo dituturkan oleh masyarakat di Desa Pale, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara dan Desa Tayawi, Kecamatan Oba Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Bahasa itu terdiri atas dua dialek, yaitu
- Dialek Tobelo Pale dituturkan di Desa Pale, Kecamatan Tobelo Selatan, Kabupaten Halmahera Utara, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Wilayah tutur dialek Tobelo Pale berbatasan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo di sebelah timur, barat, dan selatan Desa Pale dan dengan wilayah tutur Bahasa Tobelo dan Bahasa Melayu di sebelah utara Desa Pale.
- Dialek Tugutil dituturkan di Desa Tayawi, Kecamatan Oba Utara, Kabupaten Kota Tidore Kepulauan, Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara.
Persentase perbedaan antarkedua dialek tersebut sebesar 63,5%. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, isolek Tobelo merupakan sebuah bahasa karena persentase perbedaannya dengan bahasa lain di Maluku Utara berkisar 81%--100%, misalnya dengan Bahasa Galela, Bahasa Ibu (Ibo), dan Bahasa Buli.
Referensi dan pranala luar
sunting- https://dapobas.kemdikbud.go.id/search?q=bahasa+di+Kepulauan+Maluku
- https://dapobas.kemdikbud.go.id/homecat.php?show=url/petabahasa&cat=&page=1
- https://dapobas.kemdikbud.go.id/category?cat=Persebaran+Bahasa+Daerah+Berdasarkan+Provinsi
- https://dapobas.kemdikbud.go.id/homecat.php?show=url/regbahasa&cat=5&page=3&listby=1
- https://dapobas.kemdikbud.go.id/category?cat=Registrasi+Bahasa
- https://petabahasa.kemdikbud.go.id/databahasa.php
- https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php
- https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/daftarbahasa
- https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/vitalitas