Daniel cs/Misteri hilangnya seorang sahabat
Ubah daftar isi
|
|
Ubah daftar isi |
Hari itu para pelajar La Costa nampak bersemangat. Semua wajah nampak berseri-seri dengan menjinjing tasnya masing-masing; semua pada sibuk dengan barang-barangnya kalau belum lengkap atau kalau sudah berlebihan. Lima bus telah menunggu mereka di halaman sekolah. Pak Anton, kepala sekolah mereka dengan kumisnya yang tebal nampak memerintah beberapa siswa mengangkut perlengkapan makanan kedalam bus,
“ Heyy, cepat, cepat..!! time is money! kalian inggat kalau di Amerika, waktu semenit saja yang terbuang kamu bisa kehilangan ribuan dollar?” Perintahnya dengan berkecak pingang dengan gayanya yang khas namun mereka hanya tersenyum karena mereka tahu bahwa Pak Anton memang suka berceloteh.
Di ujung tangga terlihat Dina sedang kepayahan membawa tasnya; waktu sudah menunjukan pukul 7:55, kurang lima menit untuk berangkat namun Daniel terlihat tak tenang, - “sialan…!!” umpatnya. Dari tadi ia hanya berdiri menanti Dina karena inilah kesempatan baginya untuk melakukan lagi pendekatan dengannya.
-“Haii Din..mari kubantu !!” tawarnya, -“wah, hari ini kamu terlihat sangat cantik !” lanjutnya tanpa menghiraukan Dina yang melotot.
-“Thanks bangget buat kamu tapi aku tidak butuh bantuanmu !!” jawabnya dingin, dingin..sedingin es batu, -“lagipula Doni sudah menawarkan untuk membantu saya kapan saja saya butuhkan. Mendingan kamu pergi bantuin si perempuan brensek itu” tandasnya.
-“Lihat…saya tahu bahwa semua ini adalah salah saya namun masih bisa kita bicarakan, bisa kita selesaikan dan kita-kita ini semua tidak akan pernah luput dari kesalahan khan..? setidaknya berikanlah aku kesempatan biar kubuktikan padamu bahwa aku benar-benar mencintaimu.!!” mohon Daniel sambil membelai rambutnya
–“yang jelas aku tidak akan membiarkan kehilanganmu, aku harap kamu pikirin dulu..!” lanjutnya sambil melangkah pergi.
Dina mendongkol tak bergerak, ditatapnya Daniel yang melangkah jauh; tak terasa air-matanya berlinang. Memang dia tidak bisa menyangkal bahwa ia masih mencintainya.
-“ Hei..melamun ya..?” tiba-tiba ia di kagetkan oleh suara Doni yang datang membantunya, Dina hanya tersenyum –“nggak kok..!”.
Setelah semuanya siap merekapun berangkat. Rombongan mereka beriringan menuju luar kota, tujuan mereka adalah lokasi Perkemahan Pemuda Bintang sekitar 50 km dari kota. Semua tampak gembira, ada yang bercanda ria, bernyanyi adapula yang berdiskusi tentang pemandangan yang dilihatnya. Disepanjang jalan terlihat perkebunan kopi yang membentang luas dengan buah siap panen; para petani terlihat sedang membersihkan tanaman liar disekitas kebun. Para siswa semua pada tidur, beberapa menit kemudian merekapun masuk wilayah perkemahan; udara nampak segar dengan tatanan taman yang memberikan suasana sejuk. Disebelah barat tampak bentangan laut dengan pantai yang putih bersih ramai dengan orang-orang. Berdesakan mereka berhamburan keluar, masing-masing membawa barangnya ke pondok yang telah dibagi setelah itu ramai-ramai ke pantai.
Daniel beserta kawan-kawannya sedang duduk bercanda-ria di kantin, Elias bercerita panjang lebar tentang perjalanan tadi disaat ia duduk di antara dua gadis; “waahh enaknya !!” ujarnya sambil mengakhiri ceritanya saat Maman dan komplotannya masuk.
“ Heii pelayan ! bir lima kaleng !!” teriak Maman kepada pelayan dengan kasar dengan kakinya diletakan diatas meja layaknya di rumah sendiri. Merekalah komplotan yang selalu membuat onar di sekolah. Daniel memandang mereka dengan pandangan tak suka sebaliknya Maman juga balik memandangnya dengan pandangan menantang.
“ Hei, apa masalahmu brensek??” nantang Maman sambil bangkit menuju Daniel dan memukul meja..
Daniel hanya tersenyum. Memang itulah kelebihannya, ia selalu terlihat tenang walau ada masalah dan ini bukan menandakan bahwa ia takut. Sejak di SMP ia sudah sering berkelahi dengan gang-gang lain, ia percaya diri karena ia membekali dirinya dengan latihan tinju dan taekwondo oleh karena itu semua kawan-kawannya sangat mengandalkannya.
“ Mau tahu..? inilah yang paling saya sukai dari orang-orang brensek...!! puughh...!!” jawab Daniel dengan tinju mendarat di muka Maman. Maman terhuyung kesakitan, hidungnya berdarah dan dengan sekuat tenaga berusaha meninju Daniel namun dengan gesit Daniel mengelak dan dengan tendangan lurus dihantamnya perutnya. Maman bangkit dan berlari keluar, dengan cepat ia menghubungi seseorang dengan telepon gengamnya.Sementara itu disudut lain Elias, Juan dan Donny melawan empat orang lainnya hingga akhirnya kepala sekolah datang dan melerai mereka.
Tak terasa sudah dua hari mereka tinggal di perkemahan itu, sepanjang hari pantai selalu penuh dengan para siswa, ada yang bermain billiard, pin-pong adapula yang menghabiskannya dengan menonton film.
Pada pagi hari di hari ketiga, setelah selesai sarapan pagi Daniel beserta kawan-kawan seluruh kelas II berhamburan ke pantai untuk mai bola lalu kemudian rencananya mau mandi namun dari pagi hingga sore mereka tidak menemukan Elias. Maereka sudah mencarinya ke segala arah namun tetap tak menemukannya. Mataharipun mulai terbenam Daniel berdiri di tepi pantai sambil memangil-mangil namun tak satupun suara, hanya terdengar deru ombak yang memecah dipingir pantai. sementara itu di sebuah tempat tertentu Elias sedang berusaha mati-matian untuk selamat dari maut.