Dokumenter/Multikulturalisme di Kampung Ketupat
Contoh:
Multikulturalisme di Kampung Ketupat, merupakan film dokumenter singkat yang dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropolinguistik.
Judul dan Informasi Dasar
sunting- Judul Film: Multikulturalisme di Kampung Ketupat, merupakan film dokumenter singkat yang dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropolinguistik.
- Sutradara: Nur Azizah
- Tahun Rilis: 2024
- Durasi: 15-20 menit
- Produksi: Universitas Mulawarman, Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Indonesia, Linguistik B
Sinopsis Singkat
sunting- Deskripsi Umum: Kampung Ketupat di Samarinda adalah sebuah kawasan yang kaya akan warisan budaya, tradisi, dan kehidupan masyarakat lokal. Kampung ini adalah salah permukiman warga di bantaran Sungai Mahakam, berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota di Balai Kota Samarinda. Permukiman di Kampung Ketupat berada di atas Sungai Mahakam. Kiri kanan jalan akan melihat deretan ratusan ketupat dipajang di rumah-rumah warga, sebagai kerajinan warga setempat yang didominasi ibu rumah tangga dan juga remaja putri. Masyarakat yang tinggal di Kampung ketupat memiliki beraneka macam perbedaan mulai dari latar belakang sosial, etnis, pendidikan, budaya, dan agama. Oleh karena itu, dalam rangka mempelajari dan memahami lebih dalam tentang aspek-aspek budaya dan kehidupan masyarakat di Kampung Ketupat, diperlukan sebuah pembuatan dokumenter yang akan kelompok kami lakukan.
- Tujuan Film: Film dokumenter di kampung ketupat mempunyai tujuan untuk mencatat dan mendokumentasikan berbagai aspek kehidupan sehari-hari dan budaya masyarakat di Kampung Ketupat dan memperkenalkan Kampung Ketupat kepada masyarakat luas di Samarinda sebagai bagian dari upaya pemeliharaan dan pelestarian warisan budaya.
Latar Belakang
sunting- Konteks: Masyarakat di Kampung Ketupat adalah masyarakat yang memiliki keberagaman budaya dan sosial yang berbeda karena kebanyakan masyarakat yang tinggal di sana merupakan pendatang dari berbagai wilayah, seperti Sulawesi, Banjar, dan Jawa, dan menjelaskan keberagaman kuliner di Kampung Ketupat yang menjadi makanan khas, serta, mendokumentasikan seni dan kerajinan lokal budaya masyarakat setempat.
- Motivasi Pembuat Film: Salah satu alasan memilih Kampung Ketupat adalah Kampung Ketupat merupakan kampung wisata dan mengangkat Kampung Ketupat dalam dokumenter dapat membantu mempromosikan tempat ini sebagai destinasi wisata kuliner dan budaya, menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Plot dan Struktur
sunting- Alur Cerita: Alur film dokumenter ini dimulai dari kita berkunjung ke kampung ketupat dan mengunjungi tempat pembuatan ketupat. Sesampainya kita di tempat pembuatan kita membuat ketupat dan adapun orang lain yang berkunjung selain kita, serta mewawancarai pengrajin dan ketua sadar wisata yang ada.
- Bab atau Segmen: Jika film dibagi menjadi beberapa bagian atau segmen, jelaskan masing-masing bagian tersebut.
Tokoh dan Subjek
sunting- Subjek Utama: Pak Aziz sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata dan kehidupan masyarakat di Kampung Ketupat, mulai dari kuliner, wisata, pekerjaan yang ada di sana.
- Wawancara dan Narasumber: Pak Aziz sebagai Ketua Kelompok Sadar Wisata, Bu Sita sebagai pengrajin anyaman ketupat, Bu Sabah sebagai orang tertua pengrajin anyaman ketupat
Teknik dan Gaya
sunting- Teknik Sinematografi: Teknik pengambilan gambar yang digunakan, seperti close-up, panning, atau aerial shots.
- Penyuntingan: Gaya penyuntingan yang digunakan, apakah film disusun secara kronologis, atau menggunakan teknik lain seperti montase.
- Musik dan Narasi: Bagaimana musik dan narasi digunakan untuk mendukung cerita.
Pesan dan Tema
sunting- Pesan Utama: Pesan utama yang ingin disampaikan adalah pentingnya melestarikan warisan budaya, dokumenter ini menyoroti betapa pentingnya melestarikan tradisi dan warisan budaya, seperti pembuatan ketupat, yang merupakan bagian integral dari identitas dan sejarah suatu komunitas, mengedukasi penonton tentang proses pembuatan ketupat dan wisata kuliner di Kampung Ketupat.
- Tema-tema Sentral: Multikulturalisme Kebudayaan Kampung Ketupat
Analisis dan Interpretasi
sunting- Analisis Kritis: Tinjauan kritis terhadap cara film menyajikan informasinya. Apakah ada bias? Bagaimana film tersebut mempengaruhi penonton?
- Interpretasi Pribadi: Penilaian pribadi tentang film, termasuk dampak emosional dan intelektual yang ditimbulkan.
Reaksi dan Dampak
sunting- Tanggapan Penonton: Bagaimana penonton dan kritikus merespon film ini?
- Dampak Sosial: Apakah film ini berhasil mempengaruhi opini publik atau kebijakan terkait isu yang dibahas?
Kesimpulan
sunting- Ringkasan Akhir: Kampung Ketupat di Samarinda adalah sebuah kawasan yang kaya akan warisan budaya, tradisi, dan kehidupan masyarakat lokal. Kampung ini adalah salah permukiman warga di bantaran Sungai Mahakam, berjarak sekitar 12 kilometer dari pusat kota di Balai Kota Samarinda. Permukiman di Kampung Ketupat berada di atas Sungai Mahakam. Kiri kanan jalan akan melihat deretan ratusan ketupat dipajang di rumah-rumah warga, sebagai kerajinan warga setempat yang didominasi ibu rumah tangga dan juga remaja putri. Masyarakat yang tinggal di Kampung ketupat memiliki beraneka macam perbedaan mulai dari latar belakang sosial, etnis, pendidikan, budaya, dan agama. Masyarakat di Kampung Ketupat adalah masyarakat yang memiliki keberagaman budaya dan sosial yang berbeda karena kebanyakan masyarakat yang tinggal di sana merupakan pendatang dari berbagai wilayah, seperti Sulawesi, Banjar, dan Jawa, dan menjelaskan keberagaman kuliner di Kampung Ketupat yang menjadi makanan khas, serta, mendokumentasikan seni dan kerajinan lokal budaya masyarakat setempat.
- Rekomendasi: Film ini direkomendasikan untuk ditonton, terutama oleh mereka yang tertarik dengan budaya, tradisi, dan kehidupan masyarakat lokal Indonesia.
Referensi dan Sumber
sunting- Daftar Referensi: Sebutkan sumber-sumber yang digunakan dalam pembuatan ringkasan ini, jika ada. Ini termasuk artikel, buku, atau wawancara yang relevan.
Pranala film
suntingCantumkan link film dokumenter.
Anggota
suntingNatalia Putri Ratnawati, Dhella Patrichia Chandra, Nur Azizah, Fasya Isfi Nur