SEJARAH HONGKONG.

BAB I.


Permulaan Perdagangan Inggris dengan Tiongkok.

1625 sampai 1834.

Sejarah Perdagangan Inggris dengan Tiongkok, yang mendahului hubungan Britania Raya dengan India, timbul dari permulaan pertamanya sampai tahun 1834, dalam sejarah Honourable East India Company. Namun malangnya, kisah hubungan perusahaan tersebut dengan Tiongkok merupakan salah satu catatan tergelap dalam seluruh sejarah perdagangan Inggris. Perusahaan kuat nan besar tersebut, yang berhasil mengatur para raja dan pangeran Asia, dan menutupi dirinya dengan kejayaan pemerintahan keuangan dan bahkan militer, terutama di India, sepenuhnya ditolak oleh pendirian dan anggapan pergesekan ketuanan oleh Tiongkok, dan kejayaan, kehormatan, penghormatan dirinya ditempatkan di bawah kaki oleh para Mandarin Tiongkok.

Dewan Direktur, menjadi contoh Kapten J. Sares (sejak 1613) mendirikan pabrik di Firando, Jepang, di bawah perjanjian dengan Pemerintah Jepang, juga (tahun 1625) membuka badan-badan cabang tentatif di Tywan (pulau Formosa) dan kemudian di Amoy (di seberang daratan utama Tiongkok). Pergerakan tersebut dibuat pada beberapa tahun terakhir masa kekuasaan Dinasti Ming Tiongkok yang secara sistematis menyambut para pedagang asing. Didorong oleh hasilnya, para Direktur Perusahaan Hindia Timur memutuskan (1627) untuk juga membuka perdagangan dengan Knaton, melalui Makau. Namun Portugis, yang telah menghimpun diri mereka sendiri di sana (sejak 1557), sangat menentang pendirian kekuatan semacam itu untuk berbagi laba perdagangan Tiongkok, dan upaya tersebut gagal.

Namun, tak ada Dewan Direktur yang dimajukan (1634) menegosiasikan Perjanjian dengan Gubernur Portugis Goa, yang menguasai Makau, dan lewat hasil perjanjian tersebut, kapal Inggris London (Kapten Weddell) memasuki pelabuhan Makau. Setelah bombardemen Benteng Bogue di bagian utama Sungai Kanton, panglimanya menjalin hubungan pertemanan dengan Waliraja, yang memberikannya (Juli 1655) keikutsertaan penuh dalam perdagangan Kanton, kepada pihak pedagang Makau besar. Kemudian, perdagangan Inggris dimulai di Kanton, namun melalui kedengkian internasional pada pihak Portugis dan kepentingan lain yang timbul, sampai akhirnya Oliver Cromwell, dengan mengekspresikan prinsip timbal balik, mengadakan Perjanjian (1654) dengan Raja Yohanes IV dari Portugal, memberikan akses bebas kepada kapal kedua bangsa tersebut ke pelabuhan Hindia Timur manapun.

Sepuluh tahun kemudian, Perusahaan Hindia Timur, yang pada akhirnya menghimpun sebuah rumah di Makau, terdorong juga untuk membentuk pabrik reguler di Kanton. Namun pada masa itu, penduduk asli Dinasti Ming diserang oleh pasukan invasi Manchu yang mendirikan (1644) Dinasti Tatsing saat ini dan termanifestasikan dari pertama sampai terakhir pada perhatian besar terhadap semua orang yang terlibat dalam perdagangan dan perseteruan sengit melawan seluruh pengusik asing.

Kala merebut Amoy (1681), pasukan Manchu menghancurkan agensi perusahaan tersebut disana dan di Zelandia (Formosa), namun Portugis di Makau, menjadikan diri mereka sendiri berguna bagi Dinasti baru tersebut dengan memberikan bantuan militer kepada pasukan invasi, dengan rasa toleransi kala mereka, tanpa pengakuan formal apapun yang dibuat pada mereka. Manchu, yang membedakan antara Portugis dan Inggris, sebagai sesama barbar di mata mereka, memperkenankan perdagangan asing di Kanton untuk berlanjut, meskipun berada di bawah batasan yang menyakitkan dan menjengkelkan.

Superkargo Perusahaan Hindia Timur kemudian mendapati bahwa, sepanjang mereka secara tak langsung dan merendahkan diri mengetahui ketunan yang Dinasti Manchu kini klaim atas seluruh dunia, secara khusus juga melipuati seluruh barbar asing, para pejabat Tiongkok dipersiapkan penuh untuk menerima biaya yang diberikan dan mendorong perdagangan asing yang menyediakannya akan sangat mengajukan pungutan tak biasa mereka. Sehingga, Perusahaan mulai (1681) mengirim kapal-kapal langsung dari Inggris ke Makau, dan kemudian (1685) mereka meneruskannya dengan membuka ulang agensi mereka di Amoy dan (1702) juga pabrik di pulau Chusan.

Sampai masa itu, perdagangan dilakukan dengan tindakan yang sedikit dan tak biasa. Kala kedatangan kapal di perairan Kanton, kapal tersebut diisi oleh pejabat Hoppo (Petinggi Kekaisaran Pajak Maritim Asli), yang sempat memberikan persembahan (disebut cumshaw) atas penghargaan yang menggantungkan cara penindakan kapal, kemudian disusul (dalam ketiadaan tarif pasti) penawaran tak terhormat dan penawaran terhadap tingkat pemberlakuan pelabuhan, pungutan linguis dan tugas perpajakan untuk menyewakannya. Kala seluruh negosiasi tersebut, kekhawatiran seringkali lewat ancaman terhadap bagian Superkargo untuk mengambil kapal atau ditangguhkan sementara dengan tindakan penerapan pada pihak pejabat Hoppo, telah dilakukan, kapal diijinkan untuk bergerak ke Whampoa (pelabuhan Kanton) dan tempat tersebut ditujukan untuk perdagangan terbuka dengan pedagang atau broker penduduk asli yang diakui secara resmi.

Penugasan serius dilakukan pada tahun 1702. Perusahaan Hindia Timur mengirim (1699) Kepala Superkargo (Mr. Catchpoole) yang memberlakukan aturan selaku Menteri atau Konsul Raja untuk seluruh kekaisaran Tiongkok dan pulau-pulau terdekat, para pejabat Tiongkok menanggapinya dengan tindak balasan. Sementara komisi kerajaan Kepala Superkargo menghiraukannya dan istilah tai-pan (kepala pengurus) ditugasi menjadi Menteri Raja, seorang pedagang Tiongkok, bergelar 'Pedagang Kaisar' namun di kalangan Superkargo Perusahaan tersebut dikenal sebagai 'Monster dalam Perdagangan', kini (1702) diangkat oleh Pemerintah Tiongkok untuk menaungi perdagangan asing. Pedagang Kaisar tersebut memiliki monopoli khusus perdagangan asing dan, selain para pejabat Hoppo yang ditugasi dengan persembahan dan pungutan seperti sebelumnya, Monster dalam Perdagangan tersebut kini diperlakukan dengan cara yang sama. Seluruh impor dan ekspor dilalui melalui tangannya, seluruh transaksi perdagangan dari pedagang asing ditetapkan melalui agensinya. Selama beberapa kali, ia biasanya menjadi perantara tunggal antara pedagang asing dan penduduk asli, dan seperti saluran komunikasi antara pedagang asing dan nakhoda (termasuk para Agen Perusahaan Hindia Timur dengan Menteri Raja) di satu sisi dan Pemerintah Tiongkok di sisi lain. Sehingga, perdagangan bebas berakhir dan monopoli Perusahaan Hindia Timur menuruti kebijakan Tiongkok dipertemukan dengan perpaduan berkekuatan setara dari monopolis Tiongkok, yang secara periodik menagih laba mereka kepada Otoritas Provinsial (Waliraja dan Gubernur Kanton), dan kepada Hoppo, seorang pejabat Rumah Tangga Kekaisaran. Hal tersebut diperjualkan lewat penagihan besar sepanjang lima tahun monopoli pengumpulan tugas-tugas perpajakan asing Kanton, dan kala ia kembali ke Peking, ia diperas seperti spons oleh Rumah Tangga Kekaisaran. Sehingga, perdagangan asing kemudian menurun antara pihak atas dan bawah Otoritas Tiongkok dengan Pedagang Kaisar dan para penerusnya.

Dengan demikian, Superkargo Perusahaan Hindia Timur dengan cepat memutuskan untuk mengadaptasi kebijakan mereka dengan pemberlakuan baru tersebut. Perdagangan terus berkembang. Kapal-kapal berlayar setelahnya mula-mula semuanya ke Makau, kemudian mengirim para agen ke Kanton untuk memperlakukan, sesuai yang dapat dilakukan, sejumlah persembahan, memberikan bayaran, penarikan, penugasan dan pembrokeran pelabuhan, dan kemudian, kala semuanya yang diberlakukan sesuai, kapal akan berlayar ke Bogue (tempat masuk menuju Sungai Kanton, dijaga oleh dua benteng, Chuenpi di timur dan Taikoktau di barat) dan, setelah membayar bayaran dan tugas disana, sebuah chop (perijinan berstempel) akan diberikan pada setiap kapal yang menuju ke Whampoa untuk berdagang. Pada tahun 1715, rutinitas biasa dijalin dan kapal-kapal Inggris kini mulai diperkenankan berkunjung ke Makau dan melanjutkan, pada kedatangan di perairan Tiongkok, perlintasan ke Bogue, di tempat, usai berlabuh selama beberapa hari, setiap hal ditempatkan oleh Superkargo seperti di atas.

Perubahan baru dibuat dalam pemberlakuan perdagangan asing pada tahun 1720, kala penugasan ad valorem berkisar 4 persen dijalankan pada seluruh impor dan ekspor dan Komite pedagang Tiongkok, sehingga dikenal sebagai Co-Hong, yang tunduk pada satu Pedagang Kaisar. Namun, komite tersebut nampaknya ditempatkan di bawah naungan Hoppo, dan, seperti sebelumnya, membuat jawaban kepada Waliraja dan Gubernur untuk segala penarikan pada perdagangan. Pedagang Co-Hong sebagai badan tunggal bertanggung jawab untuk pendataan setiap anggota Co-Hong, keduanya dianggap tak berutang pada pedagang asing dan seperti halnya terkait pembagian Otoritas Provinsial dalam laba mereka. Selain itu, selaku badan, mereka bertanggung jawab atas pembayaran seluruh tagihan dan tugas oleh setiap kapal asing, dan bahkan untuk dakwaan atau kejahatan apapun yang dilakukan oleh para awak atau kru kapal tersebut. Melalui Edik Kekaisaran (1722), mereka juga ditugaskan untukmengurusi tugas impor candu, yang berjumlah sampai 3 tael per picul.

Sistem tersebut secara nominal ditunjang lewat pemberlakuan (1725) tarif tetap. Pada jumlah tersebut, Otoritas Kekaisaran di Peking memutuskan untuk memperkenankan mereka lebih baik untuk menyerahkan jumlah yang sebnarnya dari pembagian mereka sendiri dalam laba dagang asing yang berkembang tersebut. Meskipun demikian, pemberlakuan tarif gagal untuk dilakukan dengan sistem perampokan dan korupsi pada masa sebelumnya, sebagaimana para pejabat Hoppo dan Co-Hong melirik tarif tersebut hanya sebagai dasar minimum dari catatan mereka sendiri dengan Pemerintahan Provinsi dan Kekaisaran. Akibatnya, mereka secara sistematis memeras kapal-kapal asing sebanyak mungkin dan di atas bayaran tarif yang memungkinkan dapat mereka peras dari kapal-kapal asing.

Pajak khusus 10 persen diberlakukan pada setiap impor dan ekspor asing pada tahun 1727, namun setelah membuat (1728) banding penyatuan kuat untuk Takhta, dalam bentuk paling sederhana dari penyuplai yang dituju, Superkargo Perusahaan diberikan, pada kesempatan pengangkatan Kaisar Kienlung (1786), pengecualian dari pajak ini. Pada waktu itu, sekitar empat kapal Inggris, dua kapal Prancis, satu kapal Denmark dan satu kapal Swedia datang setiap tahun untuk berbagi dalam perdagangan Kanton. Perdagangan Portugis dipercayakan kepada Makau. Namun, pada tahun 1754, metode baru pengeluaran diperkenankan, dengan mewajibkan setiap kapal, pada kedatangannya, untuk mula-mula memberikan semua, lewat negosiasi khusus, pengamanan dua anggota Co-Hong, sebelum kesepakatan lazim diberikan terkait bayaran, penarikan, bayaran linguis, dan bea cukai dapat dimasukkan. Sampai masa itu, monopoli Co-Hong hanya berkaitan dengan penurunan kargo dan penjualan ekspor. Namun dari tahun 1755, seluruh kesepakatan warga asing dengan pedagang kecil dan pemasok barang kapal sangat dilarang, dan secara khusus seluruh kesepakatan kapal-kapal tersebut dengan jung dan perahu penduduk asli, sementara pendaratan di luar dan sebelum memasuki sungai, diberlakukan dengan hukuman berat. Karena terkadang malpraktek penyeludupan pada pihak penduduk asli, yang diperhitungkan oleh nahkoda asing, sebuah Edik Kekaisaran melarang (1757) seluruh transaksi komersial dengan kapal-kapal asing, entah di luar Bogue atau di Whampoa, dan memberlakukan perdagangan ketat ke Kanton. Karena tindakan tersebut tak hanya menghambat operasi perdagangan di perairan Kanton, namun mengancam kepunahan agensi Amoy yang berkembang, Komite Superkargo mengirim Tuan Harrison, bersama dengan penerjemah paling handal, Tuan Flint, ke Amoy (1759) untuk mengadakan kelanjutan perdagangan Amoy pada ketentuan khusus dengan otoritas lokal. Kala negosiasi tersebut gagal, Tuan Flint, yang menyepakati wacana Superkargo bahwa Edik Kekaisaran yang berlaku diberlakukan oleh Otoritas Kanton melalui keterwakilan palsu, dilayangkan (dengan dukungan rahasia Otoritas Amoy) kepada Tientsin dan diteruskan dalam mendatangkan pandangannya, melibatkan dakwaan serius melawan Hoppo dan Otoritas Kanton, dibawakan pada catatan Takhta. Seorang Komisioner Kekaisaran, yang ditugaskan untuk mencabut Hoppo dari penugasannya dan meniadakan seluruh penarikan ilegal, dikirim ke Kanton dengan Tuan Flint untuk menyelidiki dakwaan melawan Otoritas Provinsial. Hasil yang membuktikan pun menyusul. Hoppo dan Otoritas Kanton membuat kesepakatan mereka dengan Komisioner, Tuan Flint diperintahkan untuk mengajukan ke Waliraja Yamen untuk menjawab penarikan yang, kala di Amoy, memberlakukan Edik Kekaisaran 1757. Tuan Flint datang, didampingi seluruh Superkargo, namun kala mereka kemudian mendatangi kantor Waliraja, mereka diputuskan dengan keputusan yang sangat brutal, dilemparkan ke tanah, dipaksa untuk melakukan tindakan resmi dalam negeri (berlutut dan merundukkan kepala di tanah) yang disebut kotow dan dikirim balik dengan penghirauan, dengan pengecualian Tuan Flint. Ia dijebloskan ke penjara dan, karena Dewan Direktur enggan membayar tebusan $1.250 yang ditagih oleh para petugas penjaranya, ia dibiarkan di bawah ruang tamu di Casa Branca sampai November 1762, kala ia dibebaskan dan dideportasi ke Inggris.

Dewan Direktur, yang lewat tindakan pelayannya menghentikan setiap bentuk perampokan dan korupsi Tiongkok, dan meneymatkan setiap pengecaman yang diterapkan pada para peerwakilan mereka secara setara, pada akhirnya, diberi perlakuan buruk pada Superkargo mereka, agar Tiongkok bergerak lebih jauh. Sehingga, mereka mengirim utusan khusus ke Kanton (1760), dengan surat kepada Waliraja, melakukan protes melawan sistem Co-Hong dan meminta pembebasan Tuan Flint. Namun, utusan tersebut diperlakukan sama oleh Pemerintah Manchu dan gagal memberikan dampak apapun. Namun dengan memberikan peningkatan persembahan rahasia, Superkargo membuat hal-hal bergerak lebih halus, dan sepuluh tahun kemudian (1771) Superkargo Perusahaan tersebut terus membeli ijin untuk singgah pada bulan-bulan musim dingin (musim bisnis) di Kanton, alih-alih datang dan berlayar dengan kapal mereka masing-masing. Kapal-kapal dipakai untuk datang menjelang akhir muson barat daya (April sampai September) dan kembali lagi ke Eropa kala muson timur laut (Oktober sampai Maret). Namuntanpa ijin khusus yang sedikit lebih panjang yang diterima, Superkargo, yang kini pada akhirnya didirikan di pabrik terpisah (dilakukan pada banyak bangsa) di Kanton, yang setiap tahun, pada perubahan musim, diberlakukan dengan paspor dan diperingatkan untuk berlayar ke Makau. Sehingga, pada akhir musim panas, kami mengadakan petisi untuk paspor lagi, untuk memperkenankan kami untuk kembali ke Kanton pada musim berikutnya.

Pada akhirnya (13 Februari 1771), pembubaran Co-Hong, yang menjadi blunder paling menonjol pada masa itu, dilakukan oleh pemukim Superkargo di Knaton, sebuah kemenangan yang sebelumnya pada setiap bentuk tekanan dan setiap bentuk diplomasi dikerahkan untuk mengamankannya. Namun bayaran yang diberlakukan berkenaan dengan pemanfaatan tersebut terhitung seratus ribu tael, yang menerima penarikan Otoritas, karena Co-Hong telah bangkrut dan terrombak dengan kontribusi mereka karena para petinggi resmi mereka masing-masing.

Selain itu, hak tersebut tak dinikmati terlalu lama, karena sepuluh tahun kemudian (1782) sistem Co-Hong sebelumnya, dengan nama baru, didirikan ulang lewat pelantikan dua belas (kemudian meningkat menjadi tiga belas) 'Mandarin,' yang singkatnya merupakan broker penduduk asli, sehingga dikenal sebagai pedagang Hong. Seperti Co-Hong pada masa sebelumnya, ini merupakan monopoli perdagangan asing, yang tunduk pada naungan Hoppo dan Otoritas Provinsial. Mereka ditugaskan untuk pembayaran dan tindakan pribadi terhadap seluruh warga asing. Para pedagang Hong tersebut memegang posisi yang sama, dan memiliki hak dan penugasan yang sama seperti Co-Hong. Satu-satunya perbedaannya adalah mereka memakai sebutan lain dan penugasan solider mereka sebelumnya dalam hal keuangan kini dinaungi penarikan keamanan, yang dikenal sebagai dana Consoo (Asosiasi atau Perserikatan). Namun, dana tersebut dibuat pada pengeluaran perdagangan asing, yang sehingga pajak khusus diterapkan untuk keperluan tersebut. Kala Perusahaan Hindai Timur dan pedagang kebangsaan lainnya mengajukan perubahan dalam sistem tersebut, perdagangan terus berlanjut seperti sebelumnya. Sehingga, Tiongkok memberlakukan (1805) pajak khusus tambahan, seperti Li-kin modern, untuk menyediakan kebutuhan pertahanan pesisir dan persiapan serupa perang lainnya melawan kapal-kapal asing. Tindakan tersebut dilakukan oleh Tiongkok karena mereka mengamati bahwa kapal-kapal asing mengalami peningkatan nilai kargo yang secara bertahap meningkatkan persenjataan mereka.

Namun, perdagangan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun kemudian bak udara di atas awan, yang ditujukan untuk berkembang dalam ranah perdagangan dalam bentuk pertanyaan 'ekspor bullion' dan meningkatkan warga asing secara umum. Dengan peningkatan perdagangan candu secara bertahap, Tiongkok mengamati dengan curiga bahwa keseimbangan perdagangan, walau masih menguntungkan Tiongkok, dengan cepat mengikis dari tahun ke tahun kala perdagangan asing meluas. Sehingga, pada tahun 1818, aturan dibuat untuk membatasi ekspor perak oleh kapal manapun sampai tiga persepuluh dari pengeluaran impor atas ekspor oleh kapal tersebut. Sehingga, perdagangan teh dengan sangat cepat meningkat, sampai penyelarasan besar pejabat Tiongkok, khususnya pada teh dimulai (1824) untuk diangkut langsung dari Tiongkok ke Koloni-koloni Australia. Namun, kecepatan ekspor teh meningkat, imporcandu melebihi ambang batas dalam persaingan. Seturut pada tahun 1831, Otoritas Tiongkok, dalam keinginan mereka dalam meningkatkan laju pengeluaran perak dari Tiongkok, diberlakukan pada para pedagang asing dengan batasan tambahan yang berat, agar Komite Seleksi Superkargo Perusahaan Hindia Timur, yang dikepalai oleh Tuan H. H. Lindsay, diancam untuk menangguhkan seluruh hubungan perdagangan. Namun, kemudian kala persoalan tersebut mendatangkan krisis (27 Mei 1831), Komite Seleksi diurungkan dan menekan pengajuan mereka, menyerahkan hal-hal penting dari Pabrik Inggris kepada Brigadir dalam penugasan Pengamanan Provinsial (Kwong-hip).

Melalui kemanangan pada kesempatan itu, para pejabat Tiongkok tak dapat membantu mencatat pada kesempatan itu bahkan lebih dari sebelumnya, agar penarikan menonjol didatangkan terhadap kepentingan pedagang asing. Para pemimpin Perusahaan Hindia Timur nampaknya kehilangan sejumlah bekas kendali mereka atas komunitas asing, dan takkan diajukan saat ini, seperti dulu, kepada seluruh pihak Otoritas Tiongkok; mereka kini memperbincangkan tanggung jawab internasional dan timbal balik, dan sedikit demi sedikit menentang monopoli perdagangan sebagai kepentingan komersial.

Selain batasan yang diberlakukan pada kapal candu, dari Otoritas Provinsial yang melakukan panen terkaya mereka, yang dibawakan oleh kapal-kapal yang berlabuh di pulau Lintin atau di tanjung Kapsingmoon, di luar Bogue, di tempat, dengan dukungan Otoritas, para pedagang asing mendirikan tempat pemberhentian kapal, melayani keperluan gudang-gudang mengambang untuk segala jenis barang. Tindakan tersebut mendorong kesepakatan penyeludupan besar pada pihak pedagang swasta Tiongkok, dan pergesekan berkelanjutan dari monopoli perdagangan resmi menutupi pembagian yang didapatkan oleh Otoritas Provinsial dalam seluruh perdagangan.

Para pejabat Tiongkok kini secara jelas menyaksikan bahwa jiwa berbeda telah terhimpun di kalangan warga asing di Kanton, sehingga sikap mantan para pejabat Perusahaan Hindia Timur dengan cepat memberikan klaim atas penghormatan diri nasional, sebuah hal paling menonjol, seperti yang nampak pada Tiongkok, pihak barbar luar, dan pada akhirnya kebanyakan pedagang swasta cerdik dengan bebas menyatakan keluhan mereka agar, dengan meniadakan monopoli Tiongkok oleh Perusahaan Hindia Timur, seluruh perdagangan asing dengan Tiongkok akan ditempatkan pada basis internasional berbeda pada tahun 1834. Waliraja kini bergerak dan melapor ke Peking bahwa krisis serius terjadi. Sehingga, Edik Kekaisaran yang dikeluarkan (19 September 1832) memerintahkan seluruh provinsi maritim untuk menempatkan benteng dan kapal perang mereka dalam perbaikan 'dalam rangka mengamankan laut dan mengusir kapal-kapal (perang) Eropa manapun yang dapat muncul di pesisir.' Kala dipersiapkan, Tiongkok dengan tenang menunggu pada tahun 1834, untuk tetap mendorong perdagangan asing dan menyewakannya seperti pada banyak penarikan, reguler dan tak reguler, kala hal tersebut disematkan. Apa yang Pemerintah Inggris gagal untuk melakukannya, Kaisar Tiongkok memajukannya agar perang timbul dari penyangkalan ketuanan Tiongkok.