BAB XII.

Pemerintahan Kapten Elliot.

26 Januari sampai 10 Agustus 1841.

Pada bab sebelumnya, kami memberikan penjelasan peristiwa politik terkait pendudukan Hongkong oleh Mahkota Inggris. Kini, kami mengalihkan perhatian pada sejarah internasional.

Charles Elliot

Pada hari kala Perjanjian Chuenpi diadakan (20 Januari 1841), Kapten Elliot mengeluarkan edaran di Makau, ditujukan kepada warga Yang Mulia Britania, memberitahukan mereka bahwa Pulau dan Pelabuhan Hongkong diduduki Mahkota Inggris. Kabar pendudukan Hongkong diterima Inggris lewat kapal uap Enterprise yang meninggalkan Tiongkok pada 23 Januari 1841. Kapten Elliot menjelaskan dalam edarannya tertanggal 20 Januari 1841, bahwa Pemerintahan Yang Mulia diusahakan tanpa hak di Tiongkok untuk pergerakan khusus kapal-kapal dan para pedagang Inggris, dan bahwa sehingga ia hanya menjalankan tugasnya dalam jaminan perlingungan bendera Inggris pada para warga dan kapal kekuatan asing yang dapat bergerak ke wilayah pendudukan Yang Mulia di Hongkong. Undangan umum kemudian diberikan pada seluruh pedagang negara lain untuk memakai persinggahan dagang Inggris baru yang dicetuskan untuk keperluan dagang. Pada saat yang sama, Kapten Elliot secara khusus menyatakan bahwa seluruh barang dan jasa kepada Kekaisaran Tiongkok dibayarkan jika perdagangan dilakukan di Whampoa. Pemerintah Tiongkok meninggalkan kebebasan untuk kesepakatan dengan Hongkong lewat penyewaan, di luar pelabuhan dan perbatasan Koloni, barang dan jasa pada ekspor dari atau impor ke wilayah Tiongkok. Ini semua mungkin niat Elliot, dan dalam mewujudkannya, ia menyerahkan posisi yang sama terhadap Hongkong dengan posisi yang lama dipegang oleh Makau.

Pulau Hongkong resmi diduduki, untuk keperluan persinggahan dagang, atas nama Yang Mulia Ratu Victoria (20 Januari 1841), Kapten Elliot, sebagai Pemimpin Tertinggi perdagangan warga Inggris di Tiongkok, dan memegang kekuasaan penuh di bawah Segel Besar Britania Raya, untuk melaksanakan tugas Komisioner, Prokurator, dan utusan berkuasa penuh Yang Mulia di Tiongkok, dikeluarkan pada 29 Januari 1841, proklamasi lokal pertamanya (namun, aslinya tertanggal 2 Februari 1841). Dalam proklamasi tersebut, Kapten Elliot melakukan penghimpunan hak, royalti dan pemberian Yang Mulia, lewat orang yang menjalankan jabatan Kepala Petinggi perdagangan warga Inggris di Tiongkok. Langkah berikutnya dalam proklamasi Kapten Elliot tertanggal 29 Januari 1841, bahwa dua sistem pemerintahan berbeda dan dua kitab hukum terpisah dihimpun untuk pemerintahan kehakiman di Hongkong. Penduduk asli Pulau tersebut, dan seluruh penduduk asli Tiongkok yang singgah di Hongkong, diatur, disamping hak tambahan Yang Mulia, menurut hukum dan adat Tiongkok, setiap deskripsi penyiksaan dikecualikan. Namun seluruh orang selain penduduk asli Pulau atau Tiongkok, harus berada di bawah naungan yurisdiksi Kriminal dan AL pada saat berada di Tiongkok dan menikmati perlinfungan dan keamanan penuh menurut prinsip dan praktek Hukum Inggris. Percabangan alami tersebut merefleksikan, pada pembentukan pemukiman pertama, ketidakkompakkan mutlak sistem peradaban Tiongkok dan Eropa, dengan menciptakan dua bentuk pemerintahan terpisah dan dua kitab hukum terpisah, seturut dengan dua komunitas terpisah, Tiongkok dan Eropa, yang nayris bermukim di Hongkong dan secara langsung tergerak untuk membagi kota tersebut menjadi wilayah Eropa dan Tiongkok yang terpisah. Namun terkait percabangan tersebut, yang diperkenalkan semantara, hak Yang Mulia kemudian diketahui, dari waktu ke waktu, secara bertahap meluas, lewat Perintah Khusus dan Aturan eksekutif, lingkup bentuk pemerintahan Inggris dan penerapan Hukum Inggris. Namun, ini dilakukan secara hati-hati dan bertahap, dalam pembagian sesuai dua komunitas lokal, Eropa dan Tiongkok, lewat proses lambat interaksi cara pemikiran ,kehidupan dan pendidikan Inggris dan Tiongkok, membawa sedikit lebih dekat pada satu sama lain. Proses tersebut (walau nampak sulit) masih terjadi sampai masa sekarang, namun aturan eksekutif dan pemberlakuan hukum sepenuhnya terbukti sangat sia-sia kala mereka terlalu jauh dari langkah berturut-turut yang dicapai lewat proses amalgamasi ras yang sangat lambat yang lebih bergantung pada pengaruh diam dari pendidikan Inggris, penuturan Inggris dan cara hidup Inggris alih-alih pemberian hak dan kuasa Mahkota. Tiongkok, walau kebanyakan orangnya di dunia berada di bawah pemerintahan adil, diberlakukan sangat bersinggungan kala Eksekutif atau Legislatur Koloni menghadapi konflik tak terelakkan dengan adat nasional bangsa Tiongkok yang mendalam.

Lewat proklamasi kedua—yang secara bersamaan dikeluarkan oleh Sir J. J. Gordon Bremer, Kepala Panglima, dan oleh Kapten Elliot, selaku utusan berkuasa penuh Yang Mulia, pada 1 Februari 1841—seluruh penduduk asli Tiongkok, yang bermukim di Hongkong, memberitahukan bahwa mereka semua, yang pada kenyataannya bermukim di Pulau tersebut, kini menjadi bagian dari Wilayah Kekuasaan Yang Mulia, warga Ratu Inggris, yang pegawainya harus membayar tugas dan kepatuhan. Selain itu, pernyataan tersebut menambahkan, bahwa 'para penduduk disini menjanjikan perlindungan, atas nama Yang Mulia, melawan seluruh musuh apapun dan mereka kemudian diamankan dalam keputusan bebas ritus keagamaan, upacara dan kebiasaan sosial mereka, dan dalam menikmati harta benda dan kepentingan pribadi sah mereka.' Harus dinyatakan bahwa, dalam kasus penentuan tersebut, tak hanya menjadi penyajian lazim 'sampai hak lebih lanjut Yang Mulia' diterima, namun karena hal ini menaungi pernyataan positif bahwa janji tersebut diberikan 'atas nama rahmat Yang Mulia.' Bagaimanapun, Yang Mulia tak pernah, dalam seluruh sejarah Koloni, membuat haknya diketahui berseberangan dengan prinsip dan toleransi agama dan sosial yang dipandu pada pagan semi-berabad Tiongkok, yang sehingga, melebihi hal lainnya, diterapkan pada Hongkong dan ditetapkan di Pulau tersebut. Proklamasi yang sama menambahkan, dengan pernyataan proklamasi sebelumnya terkait kekuasaan yang dipegang Tiongkok di Hongkong, sampai hak lebih lanjut Yang Mulia, diatur seturut hukum, adat dan pemakaian Tiongkok (setiap deskripsi penyiksaan dikecualikan), (menjelaskan tujuan bahwa, menunda hak lebih lanjut Yang Mulia, warga Tiongkok di Hongkong harus diatur oleh para tetua desa (Tipo), yang tunduk pada kendali Magistrat Inggris. terkait hak tersebut, hak lebih lanjut Yang Mulia diketahui dibuat beberapa tahun setelahnya (Perintah 8 tahun 1858), kala upaya dibuat untuk menunjang pelaksanaan sistem Tipo dengan memberikan gaji resmi pada mereka. Beberapa tahun kemudian, kala tindakan tersebut tak membuahkan hasil, Pemerintah mencabut sistem Tipo. Sehingga, walau sistem tersebut kini secara resmi tak diakui dan digantikan oleh Jawatan Umum Pnedaftaran, warga Tiongkok diam-diam mengikuti sistem mereka sendiri yang lebih terpercaya. Orang Tiongkok di kota yang ada pada saat ini di bawah naungan kepala mereka sendiri (Komite Rumah Sakit Tungwa), dan orang di desa diatur oleh para tetua mereka, sememungkinkannya.

Terkait perdagangan, proklamasi yang sama menyatakan bahwa 'kapal dan pedagang Tiongkok yang singgah di pelabuhan Hongkong untuk keperluan dagang, berada dalam pengecualian, atas nama Ratu Inggris, dari barang dan jasa jenis apapun pada Pemerintahan Inggris,' namun menambahkan bahwa hak Pemerintah akan dideklarasikan dari waktu ke waktu lewat proklamasi tambahan.

Menurut sebuah pernyataan (yang tampanya keliru) yang diserahkan pada otoritas Panglima J. Elliot Bingham, yang kala itu menjadi Letnan Satu H.M.S. Modeste, keputusan Perjanjian Chuenpi juga meliputi penyerahan oleh Tiongkok, sebagai tempat netral, 'semenanjung Kowloon' yang artinya mungkin hanya Tsimsbatsui. Mr. Bingbam juga menyatakan bahwa, kala Perjanjian Chuenpi ditarik oleh Pemerintah Kekaisaran, tindakan tersebut dibalas oleh pasukan Inggris 'lewat hak pendudukan,' sebuah garisun ditempatkan di 'Benteng Victoria' (mungkin pada tempat Barracks saat ini). Disana, beberapa komisariat dan pengerahan lainnya dikerahkan.

Sepanjang Februari 1841, sejumlah pihak dagang dan misionaris Inggris dan asing datang dari makau untuk melirik kemampuan Hongkong dan memilih tempat untuk gudang dan kediaman. Pada akhir Maret dan permulaan April 1841, rumah toko berbentuk bundar (disebut godown), tempat penjaga toko Tiongkok, bungalow Eropa dan rumah-rumah dari seluruh deskripsi yang mulai dimunculkan. Bangunan pertama yang didirikan di Hongkong dikatakan (pada penuturan Mr. W. Rawson) disebut godown Albany (dekat Spring Gardens) Lindsay & Co. Kemudian, bangunan didirikan di East Point, tempat Jardine, Matheson & Co. mendirikan perusahaan mereka sendiri. Kemudian, bangunan didirikan di Happy Valley dan di sepanjang pinggir bukit sepanjang pusat kota tersebut pada saat ini. Walau Otoritas Militer dan AL berniat bermukim di West Point, mendirikan bangunan-bangunan kanton di pinggir bukit (di lahan Reformatory saat ini dan kemudian di atas Fairlea) dan Persinggahan AL besar (dekat pesisir di wilayah lahan Gas Company saat ini), Happy Valley mula-mula ditujukan oleh pedagang Inggris untuk pusat bisnis utama. Namun, prasangka pedagang Tiongkok terhadap Fungshui (aspek geomantik) Happy Valley dan wabah demam yang ganas yang mengkosongkan seluruh rumah Eropa di wilayah tersebut nyaris kemudian disewa, menyebabkan pemukiman bisnis bergerak secara bertahap ke barat. Tempat-tempat bukit, yang secara bebas membenteng sampai barat daya dan tenggara, serta utara, kemudian didapati kurang terdampak pada jenis terburuk demam malaria, pdan layak ditempati rumah-rumah Eropa yang kebanyakan mula-mula ditutupi dengan dedaunan kelapa. Sejumlah rumah kayu diimpor dari Singapura dan didirikan pada bagian bawah berbahan bata atau batu. Namun mula-mula, hanya bangunan layak yang didirikan oleh pihak swasta menjadi rumah dan godown dibangun di East Point atas perintah Mr. A. Matheson yang memandang kepermanenan Koloni pada suatu masa kala kebanyakan orang meragukannya. Penduduk asli yang bekerja sebagai pengukir batu, pelapis bata, tukang kayu, dan tukang bangunan, diwajibkan untuk pembangunan jalan raya dan barak (oleh korps ekspedisi insinyur) dan untuk pendirian bangunan dagang, langsung disusul oleh sejumlah diler Tiongkok (yang menetap di dekat lahan Central Market, kemudian dikenal sebagai 'the Bazaar'), dan oleh diler perabotan Tiongkok, penjalin kerjasama, pembuat kabin dan toko, singgah berseberangan dengan lahan Naval Yard saat ini, dan di sepanjang Queen's Road East saat ini, yang kala itu dikenal sebagai 'Canton Bazaar.' Para pekerja harian tinggal di dalam gubuk-gubuk di Taipingshan, Saiyingpun dan Tsimshatsui. Namun jumlah terbesar populasi Tiongkok yang disebut Tanka atau orang perahu, kasta paria dari Tiongkok Selatan, berhubungan dekat dengan kehidupan sosial pedagang asing di pabrik-pabrik Kanton yang dipakai untuk memajukan proklamasi tahunan pada pihak Otoritas Kanton yang memperingatkan warga asing melawan pengikisan pengaruh moral dari orang-orang tersebut/ Orang Tan-ka, yang dilarang oleh hukum Tiomngkok (sejak 1730) untuk bermukim di pesisir atau bersaing dalam ujian tulis, dan dilarang menikah dengan penduduk lainnya, dari masa terawal Perusahaan Hindia Timur selalu menjadi sekutu terpercaya warga asing. Mereka yang menjadi pengemudi dan penyuplai pasukan perang, kapal pasukan dan kapal dagang Inggris, yang berkali-kali dinyatakan oleh Pemerintah Tiongkok melakukan pengkhianatan, dihadapkan dengan hukuman mati. Mereka bergantung pada pabrik-pabrik asing Kanton dan perkapalan Inggris di Lintin, Kamsingmoon, Tungku dan Teluk Hongkong. Mereka menginvasi Hongkogn kala pemukiman dimulai, mula-mula tinggal di perahu-perahu di pelabuhan dengan sejumlah keluarga mereka dan secara bertahap menetap di pesisir. Mereka telah ada setidaknya sejak monopoli suplai pengemudi dan awak kapal, dari perdagangan ikan dan perdagangan ternak, namun malangnya juga memperdagangkan gadis dan wanita. Aneh untuk dikatakan, kala pemukiman mula-mula dimulai, diperkirakan bahwa sekitar 2.000 orang Tan-ka telah tersebar di Hongkong, namun pada saat ini mereka nyaris berjumlah sama, sebuah penekanan yang ditujukan pada kalangan mereka yang bermukim di pesisir alih-alih di atas air atau pelepasan orang-orang Tan-ka dalam rangka pemberian perlakuan setara dengan masyarakat komunitas Tiongkok. Populasi separuh kasta tersebut di Hongkong, dari masa terawal pemukiman Koloni dan sampai saat ini, nyaris secara khusus tertuju pada orang-orang Tan-ka. Namun, seperti orang-orang Tan-ka sendiri, mereka merasa senang berada di bawah pengaruh proses pelepasan berkelanjutan dalam masyarakat pemukim Tiongkok di Koloni tersebut.

Selain pengerahan spotan terhadap diler, pelukis, tenaga kerja dan orang perahu Tiongkok, perdagangan pada awal 1841 juga menjadi pergerakan dagang alami, yang, jika masa-masa perang timbul atau jika para Mandarin Tiongkok dan kebijakan Pemerintah Hongkong memperkenankan kelanjutannya, yang akan dihasilkan dalam pengalihan bertahan sejumlah besar pedagangan jung Makau dan Kanton ke Hongkong dan membuat Hongkong menjadi pusat pedaagngan seluruh pesisir Provinsi Kanton dan depot besar seluruh perdagangan Tiongkok. Pada titik ini, kami mendapati pernyataan berharga dari Mr. A. Matheson (yang diberikan ke hadapan Komite Pemilihan Dewan Rakyat pada 4 Mei 1847). 'Sebelum kami menduduki Hongkong, dan untuk beberapa masa setelah itu, seluruh pedagang penduduk asli antara Kanton dan Pesisir Timur disahkan melewati pelabuhan tersebut, dan umumnya berlabuh disana. Kala warga Eropa pertama bermukim di Hongkong, Tiongkok menunjukkan setiap ketidaksepakatan untuk penerusan penempatan tersebut; dan ini adalah hal adil yang menjadikannya tempat perdagangan menonjol. Kapal-kapal jung dari pesisir menempatkan kargo mereka disana, menggantikan Kanton dan Makau; kargo-kargo tersebut berisi candu, pakaian sutra, beberapa potong camlet, dan bahan wol lainnya, dan hasil bumi Negeri-negeri Selat, seperti lada, kacang kenari, rotan, dll' Mr. William Scott, bekas pedagang Kanton dan Hongkong lainnya, memberikan pernyataan serupa (18 Mei 1847) yang menyatakan bahwa, dalam contoh pertama, tak ada pembedaan apapun pada pihak penjaga toko tiongkok yang dihormati, dan orang-orang lainnya yang dipakai, yang datang ke Koloni. Pernyataan Letkol Malcolm (June 1, 1847) menyatakan pernyataan paling menonjol. 'Dalam beberapa bulan.' ujarnya, 'perdagangan khsuus timbul dan sejumlah barang dijual di pulau tersebut, yang dibawa ke daratan utama memakai perahu penduduk asli. Kapal-kapal kecil yang sementara melintasi Kanton dan Hongkong membawa barang-barang yang dijual lewat contoh di tempat asalnya, dan kaapl-kapal harian datang dari utara untuk mengangkut suplai ke pelabuhan lain.' Mr. A. Matheson dan Letkol Malcolm kemudian menyatakan bahwa keadaan makmur tersebut, yang terjadi secara mendadak, berlanjut sampai reaksi yang sama-sama mendadak timbul pada sekitar dua tahun kemudian (pada 1843). Dalam opini kami sendiri, pergerakan dagang awal tersebut singkatnya merupakan hasil alami dari campur tangan yang disebabkan oleh perang tahun 1841 dengan perdagangan jung sungai Kanton. Perdagangan jung sekali lagi diarahkan ke Hongkong, yang dilakukan beberapa kali, usai deklarasi perdamaian pada 1842, untuk kembali ke saluran aslinya. Namun, tentunya, kebijakan perdagangan bebas diutamakan di Hongkong, sebuah bagian besar dari perdagangan jung yang bertahan di Koloni tersebut.

Dengan pemulangan pasukan dari Chusan, pelabuhan Hongkong mulai dikerumuni lagi dengan pasukan perang dan kapal pasukan, Dewan Penyelidikan AL dihimpun di Hongkong, (25 April 1841) untuk mengurusi persoalan tingkat kematian luar biasa yang menimpa pasukan yang singgah di Chusan pada 1840.

Pertanda pergerakan cepat yang dibuat pemukiman Hongkong baru, adalah kemunculan (1 Mei 1841) surat kabar pemerintah Hongkong pertama. Dalam edisi pertama surat kabar tersebut (yang dicetak di Makau) Kapten Elliot, selaku pegawai Pemerintah Hongkong, menunda hak tambahan Yang Mulia, ia mengangkat (30 April 1941) Kapten W. Caine (Resimen Kamerun ke-26) Kepala Magistrat Pulau Hongkong untuk memegang otoritas, untuk pelestarian perdamaian dan perlindungan kehidupan dan harta benda, atas seluruh penduduk non-Tiongkok (kecuali orang-orang dari AD dan AL) sesuai kebiasaan dan pemakaian hukum kepolisian Inggris, dan atas seluruh penduduk Tiongkok menurut hukum, kebiasaan dan pemakaian Tiongkok, sedekat mungkin, kecuali setiap deskripsi penyiksaan. Namun, seluruh kasus yang mewajibkan hukuman mencapai denda $400, atau kurungan lebih dari 8 bulan, atau, dalam kasus pencambukan, lebih dari 100 cambukan, atau hukuman mati, diganti dengan keputusan Kepala Pemerintahan. Kapten Caine pada waktu yang sama mengangkat Petinggi Goal, yang sangat terbangun, namun selaku dakwaan kecil yang dilakukan oleh orang Tiongkok dihukum dengan cambukan bambu dengan jumlah bebas, Gaol, sedikit mungkin, tak pernah dikerumuni walaupun sistem kehakiman yang siap dan diantrikan yang diatur lewat pemakaian bambu masih diberlakukan.

Surat kabar berikutnya (15 Mei 1841) menerbitkan Sensus Hongkong pertama. Namun, oleh sejumlah rohaniwan blunder terhadap wilayah terpencil Stanley, yang tak pernah terhitung lebih dari beberapa ratus penduduk, dihuni 2.000 penduduk Tiongkok, dan sehingga mendapatkan deskripsi palsu 'ibukota (Hongkong), sebuah kota besar.' Tak pernah ada hal apapun dari kejadian tersebut. Sehingga, kala tabel sensus pertama ini dikoreksi, kami mendapati itu ada di Hongkong, pada Mei 1841, bersama dengan 5.650 pemukim Tiongkok, yang terdiri dari 2.550 penduduk desa dan nelayan, yang tersebar di lebih dari 20 dusun yang direbut selaku tempat berpengaruh oleh Shaukiwan dan Wongnaichung, 800 orang Tiongkok di Bazaar, 2.000 orang Tiongkok tinggal di perahu-perahu pelabuhan, dan 300 tenaga kerja dari Kowloon. Sensus juga menyatakan bahwa pada masa itu, populasi Tsimshatsui (yang tak dicantumkan dalam Sensus) terdiri dari 800 orang Tiongkok.

Salah satu tindakan paling berpengaruh dari rezim Kapten Elliot adalah deklarasi kebebasan pelabuhan yang mengatur tindakan paling mempan untuk mengirim perdagangan ke Hongkong. Lewat prokalamsi yang dikeluarkan di Makau (7 Juni 1841), Kapten Elliot memberitahu para pedagang dan peniaga di Kanton dan di seluruh belahan Kekaisaran, bahwa mereka dan kapal mereka memiliki ijin bebas untuk singgah dan berdagang di pelabuhan Hongkong. Disana, mereka akan diberi perlindungan penuh dari para pegawai tingkat tinggi negara Inggris dan bahwa, 'Hongkong berada di pesisir Kekaisaran TIongkok, takkan ada penarikan apapun terhadap pembayaran impor dan ekspor kepada Pemerintah Inggris.' Dengan pernyataan tersebut, Kapten Elliot nampak yakin, sebagai alasan pendirian pelabuhan Hongkong, fakta topografi bahwa Hongkong berada di peraira Tiongkok. Ini sangat memungkinkan, walau mereka tak memiliki dasar lebih lanjut untuk campur tangan, bahwa Elliot menekankan pernyatana bahwa Pemerintah Tiongkok berhak dalam penyewaan, di luar perbatasan Honkong, di perairan Tiongkok, penarikan-penarikan terhadap seluruh barang yang memasuki dan meninggalkan pelabuhan Hongkong. Jika benar, ia memperlakukan Hongkong sebagai pelabuhan terbuka Tiongkok, sesambil menyerahkan Pulau tersebut menjadi wilayah pendudukan Yang Mulia. Sir Henry Pottinger kemudian menyatakan kembali pernyataan tersebut lewat kekhasan yang jelas dari Pendudukan Inggris terhadap Hongkong dari lima pelabuhan Tiongkok, yang dibuka oleh Perjanjian Nanking.

Elliot kini memiliki alasan untuk meyakini bahwa pemukiman permanen di Pulau Hongkong kemudian akan meraih sanksi resmi dari Pemerintah Dalam Negeri, nampak dari kenyataan bahwa ia kini memajukan (7 Juni 1841) penjualan, lewat lelang publik, 'dari penyewaan tahunan 100 bidang lahan, yang memiliki kandungan air, pada Sabtu tanggal 12, seperti juga 100 kota atau lahan dataran rendah kota.' Sehingga, banyak pedagang membeli lahan dari penduduk asli. Kapten Elliot menekankan mereka pada waktu yang sama bahwa kesepakatan dengan penduduk asli untuk pendudukan lahan hanya dibuat melalui pegawai yang ditugaskan oleh pemerintah dan bahwa seluruh pemukim asli lahan akan terhalang untuk menghimpun hak mereka. Tindakan tersebut awalnya hanya ditujukan untuk ditiadakan lewat penjualan lahan pertama dari sejumlah besar lahan yang layak, yang kini terletak di utara dan selatan Queen's Road, yang nyaris terkikis pada masa itu. Namun hal tersebut tak memungkinkan untuk memantau dan menetapkannya, dalam waktu penjualan (walau ditunda dari 8 sampai 14 Juni), lebih dari 40 lahan, semuanya terletak di sepanjang pesisir, utara Queen's Road, dan memiliki setiap garis depan laut 100 kaki. Enam lahan diserahkan untuk Mahkota, satu masih tak terjual, namun 33 lahan sisanya, yang ditetapkan dengan harga mencapai £10, dijual (14 Juni 1841) dengan tingkat rata-rata £71, harga beragam dari £20 sampai £265 per petak. 33 lahan tersebut terhitung berlebihan untuktak terlalu mencapai sembilan hektar. Tawaran pembayaran tahunan untuk mereka berjumlah £3.032. Ini terhitung sampai rata-rata £7 8s. 6d. per 1.000 kaki persegi, sebuah harga yang setara dengan peringkat lebih dari £323 per annum untuk sehektar. Prinsip penjualan terkadang tak ditentukan, namun dipahami menjadi peringkat penyewaan tahunan, jika ketetapan tersebut harus disanksi oleh Pemerintah Dalam Negeri, dipasangkan dengan kondisi prapembayaran penyewaan satu tahun, dan deposit $500 (yang, namun, tak pernah diklaim oleh Pemerintah) sebagai panduan agar penjual akan, dalam enam bulan, mendapatkan setidaknya $1.000 dalam bentuk bangunan atau pemakaian lahan lainnya. Terdapat sejumlah catatan kritikan terhadap penjualan lahan pertama tersebut. Sir H. Pottinger menyatakan (27 Maret 1841) bahwa keputusan Kapten Elliot yang diusulkan untuk diberlakukan sepenuhnya tak berdasar dan tak berketetapan, dan kemudian (19 November 1844) ia menambahkan bahwa Kapten Elliot tak dilengkapi dengan otoritas untuk mengenyahkan lahan-lahan umum. Mr. A Matheson (4 Mei 1847) memberikannya sebagai wacananya agar, dengan jumlah lahan garis depan laut dijual, peringatnya takkan mencapai lebih dari seharga £10, namun bahwa, dengan memiliki sejumlah lahan menjadi sangat bergesekan dengan sejumlah pesaing, sebuah persaingan keras meningkatkan harganya mencapai £100 atau lebih, untuk beberapa lahan, dan bahwa rata-ratanya setelah itu (secara tak pasti) diberlakukan oleh Pemerintah sebagai standar nilai. Para pembeli, yang selaku sesama namun sejujurnya meyakini diri mereka sendiri berhak untuk kemudian menerima harga lahan yang sebetulnya didapatkan oleh mereka, karena Kapten Elliot menulis (17 Juni 1841) kepada Jardine, Matheson & Co. dan kepada Dent & Co., menyatakan keperluannya 'untuk mendorong Pemerintah Yang Mulia untuk mengesahkan lahan dengan harga murah untuk satu atau dua tahun penjualan pada tingkat akhir atau memberlakukan mereka pada masa mendatang dengan tak lebih dari harga sewa nominal, jika pemberlakuan tersebut masih terjadi.' Kala kemudian (10 April 1843) hal tersebut dipahami bahwa Pemerintah hanya akan memberikan sewa selama 75 tahun, para pedagang Hongkong memiliki hak nyata yang didapatkan oleh mereka sehingga dipertahankan secara berkelanjutan sampai mereka membawanya ke hadapan Parlemen pada 1847.

Para penjual lahan tersebut, yang dapat dianggap sebagai pemukim Inggris pertama di Hongkong, adalah firma-firma atau orang-orang berikut ini: Jardine, Matheson & Co.; Heerjeebhoy Rustomjee; Dent & Co.; Macvicar & Co.; Gemmel & Co.; John Smith; D. Rustomjee; Gribble, Hughes & Co.; Lindsay & Co.; Hooker and Lane; Holliday & Co.; F. Leighton & Co.; Innes, Fletcher & Co.; Jamieson and How; Fox, Rawson & Co.; Turner & Co.; Robert Webster; R. Gully; Charles Hart; Kapten Larkins; P. F. Robertson; Kapten Morgan; Dirom & Co.; Pestonjee Cowasjee; dan Framjee Jamsetjee. Penjualannya disusul oleh pendirian godown dan rumah, dan bangunan tembok laut, jalan raya yang membentang sehingga (meniru perlintasan Makau) disebut Praya. Tempat-tempat berikut ini yang mula-mula dipakai uintuk bangunan perdagangan, dan kediaman pribadi para pedagang: West Point, Happy Valley, Spring Gardens, wilayah saat ini dari Naval Yard (Canton Bazaar); tempat-tempat yang kini diduduki oleh Butterfield and Swire, oleh Hongkong Hotel, oleh China Mail, oleh Hongkong Dispensary (yang sejarahnya dapat ditelusuri sampai 1841); bagian hilir Wyndham Street; Pottinger Street, Queen's Road Central (Bazaar); tempat di bawah Gough Street yang ditutup oleh lapisan cincin (Gibb, Livingston & Co.); Jervois Street (tempat perdagangan barang Tiongkok dilakukan), yang berakhir di Upper Bazaar; tempat Civil Hospital; dan Saiyingpun.

Kapten Elliot, yang perhatian dan keberadaannya terpikat oleh peningkatan ketegangan di Kanton, kemudian menarik Traktat Chuenpi, mengangkat Mr. A. R. Johnston, Petinggi Perdagangan Kedua, menjadi Pelaksana Jabatan Gubernur Pulau Hongkong. Sehingga, Mr. Johnston amemegang penugasan Pemerintah lokal atas perantara Kapten Elliot (22 Juni 1841), dibantuk oleh Mr. J. R. Morrison, Jurutulis Tiongkok. Tiga sosok tersebut, yang berdagang dalam penugasan Perusahaan Hindia Timur, memahami pengaruh yang menonjolkan prinsip-prinsip perdagangan bebas memiliki kesejateraan mendatang Koloni baru, dimunculkan dari fakta bahwa dalam salah satu pengerahan terawalnya, Mr. Johnston memajukan (28 Juni 1841), dengan kesepakatan Kapten Elliot, sebuah rekomendasi yang dihimpun oleh Mr. Morrison untuk memberlakukan di Inggris sebuah bayaran berbeda dari satu penny per pound teh yang diimpor dari Hongkong. untungnya, permohonan tersebut dihiraukan. Namun, waktu berkabung kini berlangsung di Hongkong. Dengan pergerakan yang dibuat dalam menterasering sisi-sisi bukit, membuat jalan raya, dan mengekskavasi tempat-tempat untuk perumahan, demam malaria menyebar dimana-mana, sehingga dikenal sebagai demam Hongkong. Demam tersebut berkembang di tempat manapun, dibuka untuk pertama kalinya, timbul untuk beberapa waktu pada panas matahari dan kemudian hujan lebat. Pasukan yang berkemah di West Point, di atas wilayah saat ini dari Fairlea (tempat jalur-jalur kanton masih dapat ditelusuri) dan di bawahnya, sangat mengalaminya. Namun, pemukim Tiongkok di kaki bukit yang sama di wilayah yang disebut Saiyingpun (artinya Kamp Inggris Barat) juga sangat mengalaminya. Kematian kini menjadi peristiwa yang sering menimpa komunitas Eropa, rumah-rumah sakit banyak dibangun, dan pemakaman pertama (dekat wilayah saat ini dari St. Francis' Chapel, di atas Queen's Road East) mulai terisi. Kematian, akibat demam, yang dialami oleh Perwira AL Senior, Sir H. le Fleming Senhouse (13 Juni 1841) menimbulkan kehebohan di seluruh kalangan.

Selain itu, wabah penyakit tersebut hanyalah pendahuluan dari topan mengerikan yang kemudian setelah itu menyapu Koloni tersebut. pada malam dari 21 sampai 22 Juli 1841, pelabuhan dan pemukiman baru di pesisir mengalami kejadian bencana besar yang menyayat hati. Rumah-rumah sakit yang dibangun dengan buruk dan penuh sesak seluruhnya berada di lahan, rumah tikar, gerai dan lapak dihimpun dan sisa-sisanya terhempas di udara. Nyaris setiap bungalow atau rumah di pesisir tak diatapi, 6 kapal asing sepenuhnya tiada, 4 digerakkan ke pesisir, 22 ditiadakan atau tercederai hal lain, dan kehilangan nyawa di kalangan penduduk perahu Tiongkok sangat besar. Penekanan umum di kalangan pemukim asing pada malam mengerikan menjadi 'hari-hari terakhir Hongkong yang nampak menonjol.' Meskipun demikian, tak lama usai topan berakhir, setiap orang bekerja dengan tenaga tak kenal lelah untuk memperbaiki kerusakan. Penyakit menimpa rumah-rumah sakit apung, barak, rumah tikar, bungalow, godown, gerai dan gubuk dengan cepat timbul lagi. Kala topan kembali dan, pada malam 25 sampai 26, bencana kembali menimpa Hongkong, dan merangseki lagi setiap struktur rapuh sampai rata dengan tanah, para pemukim Hongkong mendapatkan pelajaran berharga: mereka kini memutuskan untuk membangun gaya godown baru, sehingga kokoh menghadapi topan, dan rumah-rumah dipadukan dengan beranda selain juga tembok yang kuat dan atap yang layak. Sedikit kehilangan nyawa pada dua topan tersebut di kalangan Eropa. Orang perahu Tiongkok mengalami dampak yang besar. Selain itu, Yang Mulia yang dicintai, Kaisar Tiongkok, terhentak kala ia mendengar kabar tersebut. Kikung dan Eliang, Waliraja dan Gubernur Kanton, memberikan peringatan keras ke Peking, menyatakan bahwa kapal-kapal asing tak terhitung di Hongkong telah hancur berkeping-keping, prajurit asing tak terhitung dan pengkhianat Tiongkok telah tersapu ke laut, bahwa seluruh tenda dan hunian tikar mereka, Praya baru, dan seterusnya, telah benar-benar tersingkirkan dan bahwa laut secara harfiah dipenuhi dengan jasad-jasad. Kala menerima kabar tersebut, Kaisar mengadakan perayaan ke kuil dewa naga laut, dan memberikan ucapan terima kasih atas penghancuran Hongkong. Sebuah Edik Kekaisaran, yang diterbitkan di seluruh belahan Kekaisaran, juga menyatakan pembenaran atas keruntuhan di Hongkong, dengan pernyataan tak berperikemanusiaan yang sama, berbserangan dengan prinsip etika Konghucu utama yang mendeklarasikan kemanusiaan merupakan ciri khas kemanusiaan beradab.

Topan tersebut, yang menempatkan Kapten Elliot dan Komodor Bremer pada perjalanan mereka (menggunakan kapal Louise) dari Makau ke Hongkong, dan kapal itu sendiri mengalami karam dan kemudian direbut oleh Tiongkok, disusul beberapa pekan kemudian oleh pembakaran (12 Agustus 1841) yang menghancurkan sebagian besar Bazaar. Periode paling pertama dalam sejarah Hongkong kemudian dihadapkan pada tiga musuh besar kemakmuran lokal, demam, topan dan pembakaran. Meskipun demikian, para pemukim terkesan dan sejumlah penduduk dengan cepat tetap meningkat dari bulan ke bulan. Pemerintahan sementara juga meneruskan penyempurnaan organisasinya. Petinggi Pelabuhan dan Magistrat Kelautan kini diangkat, atas nama Letnan W. Pedder, R.N., dengan Mr. A. Lena sebagai Asisten Petinggi Pelabuhan, Bukit tempat Petinggi Pelabuhan mendirikan kawasannya, sejak itu dikenal sebagai Pedder's Hill. Departemen Kepegawaian Negeri dihimpun lewat pelantikan Mr. J. R. Bird menjadi Pramuniaga Pekerajaan. Terakhir, penghimpunan dibuat untuk pendirian Rumah Sakit Sipil untuk pelaut asing. Ini dilakukan di bawah pengaruh tawaran sumbangan $12,000 oleh Mr. Herjeebhoy Rustomjee (23 Juni 1841), dan penghimpunan tersebut dilakukan di bawah arahan Komite yang meliputi Messrs. A. Anderson (Asisten Ahli Bedah untuk para petinggi), James Matheson dan J. R. Morrison. Namun malangnya, Komite tersebut terhambat untuk melakukan pembayaran sumbangan.

Pada 29 Juli 1841, H.M.S. Phlegeton datang ke Hongkong dengan pengerahan memberitahukan Kapten Elliot soal ketidaksepakatan Perjanjian Chuenpi oleh Pemerintah Yang Mulia dan pelantikan Sir H. Pottinger sebagai utusan berkuasa penuh. Pemerintahan Kapten Ellio berakhir apda 10 Agustus 1841. Keesokan malamnya, ia meninggalkan Makau, dengan keluarganya, didampingi oleh Sir J. J. Gordon Bremer, untuk perjalanan menuju Eropa (24 Agustus 1841). Kala ia berlabuh di Atalanta, sebuah benteng Portugis yang menembakkan penghormatan tiga belas meriam, namun mereka tak membacakan pernyataan publik yang ditujukan kepadanya, maupun penghormatan apapun yang dilakukan oleh masyarakat atau pemerintahan Hongkong dalam kaitannya dengan sikap Elliot terhadap perdagangan candu dan UU Perbendaharaannya yang tak dihormati, dan kemudian penarikan penjualan lahannya oleh Pemerintah, tak dapat dilakukan pada saat itu untuk membenarkan pengabdian Elliot yang sebenarnya. Sehingga, mereka memberikan apa yang sempat menjadi sikap paling mesra terhadap Pulau yang dinamai 'Elliot's Vale,' namun pada tahun-tahun berikutnya, kala pulau tersebut memiliki banyak keindahan, pulau tersebut disebut 'Glenealy.' Pada awal 1842, Sir Robert Peel, yang tak lama usai mengangkat Elliot sebagai Konjen untuk texas (1 Juni 1842), menyatakan beberapa hal terhadap kenangan Elliot dengan menyatakannya di Dewan Rakyat, 'bahwa, tanpa memberikan wacana apapun atas tindakan atau sifat Kapten Elliot, pada kedudukan posisi sulit dan mengusiknya di Kanton, ia tak pernah dilengserkan, dari hubungannya dengannya semenjak ia kembali pulang, untuk memberlakukan pemberlakuan tertinggi dalam integritas dan kemampuannya.'