BAB XIII.

Pemerintahan Sir Henry Pottinger.

10 Agustus 1841, sampai 8 Mei 1844.

Sir Henry Pottinger datang (10 Agustus 1841) di Makau usai apa yang disebut 'perlintasan pendek' enam puluh tujuh hari, lewat jalur darat. Kedatangannya dikatakan disambut hangat oleh seluruh warga Inggris. Tak mengejutkan, karena pergerakannya sebagai utusan berkuasa penuh tunggal Yang Mulia dan Utusan Luar Biasa untuk Istana Peking (juga ditugasi dengan penugasan Kepala Petinggi Perdagangan) diragukan, selaku penetapan pendudukan Hongkong oleh Inggris, mulai terjadi. Bukan karena ia memproklamasikan kesepakatan Ratu atas pendudukan pulau tersebut, atau karena ia datang untuk menghimpun pemerintahan di pemukiman baru tersebut. Namun Sir Henry sekali lagi memberikan penekanan kepada orang yang menemuinya bahwa hari-hari penaungan dan berlandaskan pada penarikan dan penggandaan Tiongkok telah berakhir, dan bahwa Inggris kini sederhananya memegang haknya, merumuskan tuntutannya dan memutuskan perombakan langsung.

Sir Henry Pottinger

Sir H. Pottinger tak mengusik Mr. Johnston dalam jabatannya selaku Pelaksana Jabatan Gubernur, dan itu menandakan kesepakatan baik. Karena Mr. Johnston kini mendudkuki jabatan Petinggi Perdagangan, Sir Henry mengangkatnya menjadi Wakil Petinggi. Namun apa yang menyatakan keyakinan umum kini meraih landasan bahwa Hongkong takkan pernah diserahkan oleh Pemerintah Inggris, merupakan pengumuman yang dibuat oleh Sir H. Pottinger dalam catatan yang dikeluarkan di Makau (12 Agustus 1841) menyatakan bahwa 'aransemen yang dibuat oleh pendahulunya (Kapten Elliot), berkaitan dengan Pulau Hongkong, masih harus diberlakukan sampai keputusan yang Mulia terkait Pulau tersebut dan aransemennya dapat diterima.' Sehingga, Mr. Johnston meneruskan tugasnya sebagai Pelaksana Jabatan Gubernur, sementara Sir H. Pottinger datang ke Utara dengan ekspedisi, dan menduduki jabatan yang sama dengan Sir Henry yang sebelumnya dipegang olehnya dalam kaitannya dengan Kapten Elliot. Pada kenyataannya, Mr. Johnston bertindak 'atas perantara' Sir H. Pottinger selaku Gubernur Pulau sampai Sir Henry sendiri memegang Pemerintahan Koloni.

Menjelang siang pada 21 Agustus 1841, Sir H. Pottinger datang ke Hongkong memakai kapal perang uap Queen. Ia langsung mendarat, mengunjungi seluruh kantor departemen, memeriksa pekerjaan negeri dan menyatakan dirinya sendiri sangat senang dengan penampilan dan perjuangan terbukti dari Koloni baru. Akibat pengerahan yang didatangkan kemudian, ia memerintahkan Mr. Johnston untuk tak meneruskan seluruh pemberian atau penjualan lahan lebih lanjut, namun memperkenankan penugasan Kapten Elliot untuk dilanjutkan seperti kala ia mendapatkan jabatan tersebut. Ia memerintahkan perintah untuk ekspedisi permulaan ke Utara pada suatu kali, meninggalkan tujuh kapal perang, dengan kapal uap Hooghly di bawah komando Kapten J. Nias, C.B., untuk menjaga pelabuhan dan muara Sungai Kanton, sementara Mayor-Jenderal Burrell, dengan garisun yang terdiri dari sayap Resimen ke-49, Infanteri Pribumi Madras ke-37 dan Sukarelawan Bengal, untuk melihat pertahanan Koloni. Secara harfiah melampaui dan ditekan dengan berbagai persoalan yang menuntut perhatian cepat, Sir H. Pottinger kembali pada sore hari menumpangi Queen, membayar kunjungan lainnya yang dinantikan ke beberapa kantor Pemerintah pada keesokan paginya dan kemudian mulai (22 Agustus 1841) untuk memegang ekspedisi, yang dijalani di Koloni sepanjang dua puluh empat jam.

Pelaksanaan mesin pemerintahan kini berlanjut tanpa pemeriksaan. Departemen Ahli Bedah Kolonial, di bawah naungan Mr. H. Holgate, didirikan (Agustus 1841) namun kemudian ditiadakan. Notaris Publik dan Koroner dilantik (September 1841) pada pihak Mr. S. Fearon, yang juga bertugas sebagai Penerjemah dan Pramuniaga Istana. Kapten G. F. Mylius menjabat pada Kantor Pertanahan (September 1841), dengan bantuan layak Letnan Sargent yang bertindak sebagai pengawas pertanahan dan membuat peta pertama dari lahan bangunan. Bangunan granit kecil Gaol, di lahan yang kini diduduki oleh Victoria Gaol, dirampungkan, dan pendirian Balai Istana dekat lahan saat ini dari Masonic Hall diumumkan (Oktober 1841). Pada saat yang sama, Kolonel Burrell membangun sebuah benteng di Pulau Kellett untuk perlindungan bagian timur dari pelabuhan tersebut, menghancurkan dua benteng hunian yang didirikan oleh Tiongkok di Tsimshatsui pada 1839, dan membangun dua baterai di lahan tersebut untuk alat-alat berat di tempat yang sama. Kala kedatangan kapal perang Prancis, Erigone (8 Desember 1841), yang membawa Kolonel de Jancigny pada misi perdaagngan ke Tiongkok, pelabuhan yang untuk pertama kalinya memberikan penghormatan. Pasukan perang Amerika menunda untuk melewatinya selama beberapa tahun lamanya.

Perjuangan Hongkong dihadapkan dengan gangguan yang terjadi di Kanton (14 Desember 1841), menyebabkan sejumlah pedagang Eropa untuk memindahkan tempat mereka dari Kanton ke Hongkong, dan lewat vlokade Sungai Hongkong oleh Skuadron Kapten Nias (1 Desember 1841) yang menyebabkan sejumlah kapal garam bergerak ke Hongkong dan membuat Koloni tersebut, selama beberapa waktu setelahnya, menjadi pusat perdagangan garam yang layak. Kala ia kembali dari Utara (1 Februari 1842), Sir H. Pottinger sempat melawan blokade tersebut dan memerintahkan pemulihan dibuat kepada Tiongkok yang kapal-kapal jung dan kargonya dijual lewat lelang. Ia juga mendapati ancaman besarnya, bahwa Pelaksana Tugas Gubernur, Mr. A. R. Johnston, di bawah kekeliruan pengarahan mengkhawatirkan yang diberikan kepadanya pada 22 Agustus 1842, menghimpun aturan untuk pemberian lahan Mahkota dan memperkenankan lahan tambahan untuk ditujukan kepada pemohon. Sehingga, Sir H. Pottinger kini merombak larangan melawan pemberian tanah kepada pemohon umum. Meskipun demikian, ia membuat beberapa pemberian kepada orang-orang yang utamanya dalam kepegawaian Pemerintahan juga beberapa lembaga amal seperti Morrison Education Society, Medical Missionary Society (Dr. Hobson), kelak St. Paul's College, dan Gereja Katolik Roma.

Tanpa rujukan kepada bekas deklarasi kebebasan pelabuhan Elliot, Sir H. Pottinger mengeluarkan (6 Februari 1842) sebuah proklamasi yang menyatakan bahwa, menunda penerimaan hak kerajaan dan rahmat Ratu, pelabuhan Hongkong (seperti Chusan) harus dianggap pelabuhan bebas dan tanpa penarikan cukai, jasa pelabuhan atau penarikan lainnya, harus melayani kapal manapun dari negara manapun atau kargo mereka. Ia kemudian pergi (15 Februari 1842) ke Makau dan memindahkan seluruh jajaran Petinggi Perdagangan dari sana ke Hongkong (27 Februari 1842). Staf Departemen tersebut (di bawah naungan Mr. A. R. Johnston, sebagai Wakil Petinggi), meliputi E. Elmslie (Jurutulis dan Bendahara), J. R. Morrison (Jurutulis dan Penerjemah Tionghoa), L. d'Almada e Castro, A. W. Elmslie, dan J. M. d'Almada e Castro (Pramuniaga), Rev. Ch. Gützlaff dan R. Thom (Penerjemah Bersama), J. B. Rodriguez, W. H. Medhurst, dan Kazigachi Kiukitchi (Pramuniaga). Dua tindakan Sir Henry, pencabutan Petinggi untuk Hongkong, dan dorongan pencabutannya, lewat konfirmasi kebebasan pelabuhan, terhadap kapal-kapal Tiongkok dan asing untuk singgah di Hongkong, umumnya dipandang, dalam perpaduan dengan penjualan Bangunan-bangunan Komisariat, dan sejumlah besar kini dipakai dalam pendirian barak, rumah sakit, AL dan tempat penyetoran, sebagai intimasi tak langsung yang pemukiman di Hongkong yang tak lama atau kemudian akan menerima pengakuan resmi sebagai Koloni Inggris. Bahkan kabar debat yang terjadi dalam Dewan Rakyat tentang persoalan tersebut (15 Maret 1842), yang tak selaras, tak mkengguncangkan iman yang umum dihadapi di Hongkong pada masa mendatang. Perkataan Sir Robert Peel (yang kala melangkah ke hadapan Lord Palmerston) 'bahwa, sebetulnya, pada serangkaian pertikaian di Tiongkok, ia harus enggan melibatkan Pemerintah dengan menjawab pertanyaan dari apa yang menjadi niat Pemerintah terkait Pulau Hongkong,' dibacakan oleh para penduduk dalam sorotan tindakan Sir H. Pottinger yang disebutkan di atas.

Bahkan sejak keyakinan tersebut dalam kepermanenan pendudukan Hongkong oleh Inggris meraih landasan, beberapa pedagang Inggris utama, alih-alih benar-benar membuka kantor-kantor cabang di Hongkong, mulai menarik usaha mereka di Makau dan Kanton dan memindahkan kantor mereka ke pemukiman baru. Berseberangan dengan pandangan minoritas yang secara dini berada di Kanton, mereka menganggap bahwa perdagangan Tiongkok akan dengan cepat ditarik ke Hongkong, jika bukannya pelabuhan tersebut secara ketat dan jelas diutamakan oleh Pemerintah. Sehingga, pengalaman delapan belas bulan pertama Koloni sepenuhnya menyematkan seruan pandangan mereka. Kemudian rumor kepermanenan yang diharapkan pada pemukiman baru mulai menyebar ke wilayah luar, terdapat perencanaan pelibatan cepat dan siap dari para pedagang Tiongkok beserta tukang dan tenaga kerja berkumpul bersama di Hongkong dari seluruh daerah tetangga, dan bisnis pun berkembang. Pada Oktober 1841, total populasi Hongkong, yang meliputi pasukan dan pemukim dari segala bangsa, diperkirakan berjumlah 15.000 orang, tiga kali jumlah populasi yang ada enam bulan sebelumnya. Dengan kedatangan musim dingin (Oktober 1841) penyakit dikatakan menurun sepenuhnya secara tiba-tiba dan semangat komunitas dikatakan disambut oleh kedatangan, di Queen's Road yang baru, pengangkutan pertama dan berpasangan yang diimpor dari Manila, sebagai tanda kenyamanan peradaban yang datang.

Indikasi jelas dari niat Pemerintah untuk mempertahankan kedudukan permanen Hongkong, diberikan lewat Notifikasi Sir H. Pottinger, yang nampak dalam surat kabar cetak lokal pertama, Friend of China and Hongkong Gazette, yang diterbitkan pada 24 Maret 1842, di bawah penyuntingan Rev. J. L. Schuck dan Mr. James White (kemudian Anggota Parlemen untuk Brighton). Dalam Notifikasi tersebut (tertanggal Dewan Pemerintah Hongkong, 22 Maret 1842) Sir H. Pottinger mengumumkan niatnya melantik Komite Pertanahan untuk menyelidiki klaim-klaim, untuk menandai perbatasan, memastikan pengarahan dan menapaskan jalan raya, kini untuk pertama kalinya disebut 'Queen's Road,' dan jalan raya lainnya, dalam rangka peniadaan dorongan, dan menghimpun tempat baru untuk hunian Eropa dan Tiongkok. Pada masa yang sama, Sir H. Pottinger secara khusus menyatakan bahwa tak ada penjualan atau penyewaan lahan dari penduduk asli, baik dulu maupun kini, yang akan diakui atau dikonfirmasi, tanpa sanksi Otoritas berwajib yang harus diterima, 'ini menjadi landasan penjejakan Pulau Hongkong yang telah mengambil pendudukan dan untuk menghimpun komando kerajaan dan kerahmatan Ratu, agar kemakmuran wilayah tersebut menunjang dan melandasi Mahkota.' Prinsip yang sama juga diterapkan pada reklamasi pesisir depan. Namun fakta bahwa Sir H. Pottinger menyebut dalam dokumen publik pada penjejakan pasti dan diakui resmi terhadap Pulau yang diduduki tersebut, mendorong siapapun pada saat ini bahwa pengakuan resmi Hongkong sebagai Koloni Inggris siap diputuskan dan hanya menunda kesepakatan diplomatik dan serupa perang dengan Pemerintah Peking.

Komite Pertanahan yang dijanjikan, yang terdiri dari Mayor Malcolm, Kapten Meik, Letnan Sargent, Dokter Bedah W. Woosnam, dan Kapten J. Pascoe, diangkat (29 Maret 1842) dan diperintahkan untuk merekomendasikan sejumlah pengupahan yang diberikan kepada penduduk asli Tiongkok, atas dasar pendirian mereka sebelum pendudukan pulau tersebut oleh Inggris dan yang layak, untuk memilih titik-titik untuk tempat pendaratan umum, untuk menyebut batasan perkantonan, untuk memastikan kepastian lahan yang dipakai untuk Galangan Kapal AL Yang Mulia dan untuk tempat perdagangan swasta dalam bentuk selipan-selipan paten, dan akhirnya merekomendasikan tempat pengairan dengan aliran air yang mengalir dengan baik yang disipakan untuk perkapalan. Titik-titik yang sebelumnya disebutkan dan kini tak meliputi dalam arahan-arahan Komite tanpa ragu diserahkan kepada penugasan Pegawai Pertanahan, Kapten Mylius, yang disediakan dengan Asisten baru, Mr. E. G. Reynolds. Namun, pemisahan Jawatan pertanahan dari Departemen Kepegawaian Negeri kemudian terjadi usai ditolak (17 Mei 1842) oleh Pemerintahan Dalam Negeri.

Masalah penting lain yang kini ditangani oleh Sir H. Pottinger adalah pengaturan mata uang pemukiman. Untuk keperluan ini, ia memberlakukan dolar untuk standar dan memastikan nilai koin India dan uang tunai perunggu Tiongkok diterima sebagai alat tukar sah. Sebuah proklamasi (29 Maret 1842) menyatakan, bahwa dua seperempat rupee Perusahaan harus setara dengan satu dolar; satu rupee dan dua anna (atau separuh perempat) setara dengan setengah dolar; separuh rupee dan dua anna setara seperempat dolar; 1.200 nilai uang tunai setara satu dolar; 600 nilai uang tunai setara separuh dolar; 300 nilai uang tunai setara seperempat dolar; 533 nilai uang tunai setara satu rupee; 260 nilai uang tunai setara separuh rupe; dan 133 nilai uang tunai setara seperempat rupee. Kemudian (27 April 1842) Sir H. Pottinger mengeluarkan, atas permintaan firma-firma Inggris utama, sebuah prokalamsi tambahan yang menyatakan dolar Meksiko atau dolar Republik lainnya menjadi standar dalam seluruh kegiatan dagang selain hal spesifik tertentu lainnya.

Sir H. Pottinger juga menghimpun Kantor Pos (di bawah naungan Mr. Fitz Gibbon, diteruskan oleh Mr. Mullaly dan R. Edwards), yang menerima dan mengirimkan surat atau barang tanpa ongkir. Kantor tersebut berada di bukit tempat di atas Katedral saat ini, dan komunikasi antara kantor dan kapal-kapal berada di bawah penugasan Petinggi Pelabuhan. Pendirian barak-barak substansial di Cantonment Hill (kini selatan Wellington Barracks) dan di Stanley dan Aberdeen, juga ditangani dan didorong.

Seluruh tindakan Sir H. Pottinger berseberangan dengan rumor yang menyebar soal pendudukan Hongkong tak diakui resmi dan Pemerintah bersiap untuk mencairkan ulang Hongkong dalam kasus Pemerintah Tiongkok, dalam negosiasi yang diadakan, menimbulkan pertentangan serius dalam keadaan tersebut, dan menyelaraskan kasus tersebut dengan pembukaan beberapa pelabuhan perjanjian. Pemerintahan Dalam Negeri pada masa itu, dalamc rangka tak memprasangkai negosiasi tertunda dengan Pemerintah Tiongkok, meninggalkan pertanyaan kepermanenan Koloni baru, dibuktikan dari fakta bahwa pada Juni 1842, tepat sebelum meninggalkan Hongkong untuk ikut ekspedisi, Sir H. Pottinger meraih pengerahan dari Earl of Aberdeen 'mengatur agar Pulau tersebut harus menghimpun pendirian militer sebenarnya dan bahwa seluruh pembangunan &c., tak harus disorot, harus tak dilanjutkan.' Namun, Sir H. Pottinger benar-benar memahami juga bahwa kebutuhan perdagangan Inggris akan dirampungkan untuk mengirim ratifikasi pendudukan Hongkong tak lama atau pada masa berikutnya, terkait pernyataannya dalam pengerahan Lord Stanley (17 Juli 1843) agar ia selalu memiliki wacana bahwa tujuan utama atau setidaknya tunggal darinya adalah untuk mengamankan emporium perdagangan. Fakta bahwa tindakan Sir H. Pottinger semuanya bergantung pada anggapan bahwa pendudukan Hongkong takkan pernah dibatalkan, memberikan penekanan terhadap pertumbuhan pemukiman. Pada Maret 1842, populasi, yang kala itu diperkirakan berjumlah lebih dari 15.000 orang, dikatakan meliputi 12.361 orang Tiongkok, yang kebanyakan adalah tenaga kerja dan tukang, dayang ke Hongkong karena upah tinggi yang didapatkan disana, dan sejumlah bangunan besar dikabarkan benar-benar didirikan. Central Market, yang kala itu berada di selatan Queen's Road, berseberangan dengan letak saat ininya, resmi dibuka (10 Juni 1842) dan mempekerjakan orang-orang Tiongkok (Afoon); seluruh jalan raya ditambah dan diperluas menjadi jalan yang bagus dalam arahan Stanley, rampugn sampai sejauh Taitamtuk (Juni 1842), dan rumah piknik dibangun di Little Hongkong oleh Mr. Johnston, Mayor Caine dan sejumlah pelanggan swasta lainnya.

Selain dari seluruh tanda pergerakan material, terdapat juga bukti kepentingan agama dan pendidikan yang lebih tinggi kini menerima pengakuan dan perhatian di Hongkong. Bangunan gereja Katolik Roma dibangun, pada Juni 1842, di sebuah lahan di Wellington Street yang diberikan oleh Pemerintah. Kapel Baptis dibuka di Queen's Road (7 Juli 1842) oleh Rev. J. L. Schuck, lewat permohonan yang diterima dari pemukim dan pengunjung asing. Perhimpunan Pendidikan Morrison Kanton dan Makau, yang selama bertahun-tahun silam mendukung berbagai sekolah misi di Negeri-negeri Selat dan Tiongkok lewat pemberian uang dan (pada 1841) merintis sekolah pelatihan di Makau (di bawah naungan Mr. dan Mrs. Brown), kini berencana untuk memindahkan tempatnya ke Hongkong dan memutuskan (Oktober 1842) membangun rumah besar di Morrison Hill di lahan yang diberikan oleh Sir H. Pottinger (22 Februari 1842), yang menjadi penjaga lembaga (5 April 1842). Pada musim gugur 1842, Kapelan AL, Mr. Phelps dan Mr. A. R. Johnston mulai berlangganan dengan memakai kamar yang didirikan di tempat lahan Parade saat ini untuk keperluan khusus dalam kaitannya dengan Gereja Inggris atau denominasi Protestan lainnya.

Kala kabar keputusan Perjanjian Nanking dan konfirmasi pendudukan Hongkong pada masa berikutnya mencapai para pemukim (9 September 1842), tak ada kejadian tertentu yang terjadi, untuk pengakuan pendudukan tersebut sepenuhnya selaras dengan pertanyaan waktu sebenarnya atau etiket resmi dari komunitas lokal. Para pedagang tak sadar akan krisis serius yang kini ditangani untuk perdagangan Koloni akibat kejadian perang dan pembukaan lima pelabuhan Tiongkok. Sebaliknya, niat tersebut nampaknya menyatakan bahwa tindakan tersebut akan menyenggol kepentingan Koloni. 'Kita nyaris menjadi liar,' tutur Penyunting Friend of China (22 September 1842), 'atas kehendak karir menakjubkan yang kini nampak di hadapan kami. Pulau kami akan menjadi wilayah pendudukan Inggris tunggal di Tiongkok. Apa pujian lain dari kehendak tersebut yang dapat kami nyatakan selain ini? Lekas kita dengar proyek-proyek yang direncanakan yang ditentukan dengan baik untuk Pulau kita.' Keputusan perang dan pengerahan armada dan pasukan, yang dianggap menyekat pelabuhan, berdampak pada kehidupan sosial saat ini dari komunitas jauh melebihi perdagangannya, yang berlanjut dalam tindakan lama untuk hal kecil yang lebih lama. Dengan pengembalian pasukan ekspedisi Eropa, yang hanya meninggalkan (24 Desember 1842) 700 pasukan sebagai garisun, pemukiman tersebut kini setidaknya memasuki kondisi normalnya dari komunitas komersial murni.

Kemudian pada keputusan Perjanjian Nanking, Pemerintah Inggris mengambil langkah langsung untuk organisasi resmi Pemerintahan Kolonial tersedniri di Hongkong, dengan memindahkan kepengurusan urusan lokal dari Kantor Luar Negeri ke Kantor Kolonial. Namun, Petinggi Dagang dan pengarahan Layanan Konsuler baru di Tiongkok, yang tunduk pada Kantor Luar Negeri kini dipadukan dengan kantor Gubernur dan Kepala Panglima Koloni. Atas dasar tersebut, Perintah dalam Dewan memberlakukan (4 Januari 1843) pendirian Mahkamah Kehakiman di Hongkong, dengan Yurisdiksi Pidana dan Perdata, yang secara nominal telah didirikan, sejak masa penugasan Lord Napier, di perairan Tiongkok, di bawah Perintah Dewan Penasehat 9 Desember 1833. Mahkamah tersebut kini memegang yurisdiksi atas warga Inggris yang bermukim di Koloni atau daratan Tiongkok atau 100 mil di atas permukaan laut pesisir. Tiga bulan kemudian (5 April 1843), Dewan Penasehat mengeluarkan Letters Patent, di bawah Segel Besar Britania Raya, mendirikan pemukiman di Pulau Hongkong menjadi Koloni Mahkota lewat Piagam, dan pada hari yang sama, Royal Warrant dikeluarkan, di bawah naungan Queen's Signet and Sign Manual, mengangkat Kepala Petinggi Perdagangan, Sir Henry Pottinger, Baronet, K.C.B., sebagai Gubernur dan Kepala Panglima Koloni Hongkong dan sekitarnya, untuk memberlakukan hukum dan mengatur Koloni dengan atau tanpa bantuan Dewan. Upacara besar diadakan di Government House pada 20 Mei 1843, kala Sir William Parker, atas perintah Ratu, menganugerahi Sir H. Pottinger dengan gelar Knight Commander of the Order of the Bath. Kala ratifikasi Perjanjian Nanking diadakan (26 Juni 1843) antara Sir H. Pottinger dan para Komisioner Tiongkok yang datang ke Hongkong untuk keperluan tersebut, Piagam Hongkong dan Royal Warrant dibacakan di Government House di hadapan sejumlah besar pemukim, dan kemudian diterbitkan (29 Juni 1843) lewat proklamasi dalam Gazette. Proklamasi yang sama mengesahkan nama wilayah pendudukan baru Yang Mulia sebagai 'Koloni Hongkong,' (bukan Hong Kong, seperti yang sebelumnya dipakai), dan nama kotanya sebagai 'Victoria.' Gubernur, yang sebelumnya (17 Juni 1843) melantik Mr. Johnston (Wakil Petinggi Perdagangan), Mayor Caine (Kepala Magistrat) dan Mr. C. B. Hillier (Asisten Magistrat), sebagai Hakim Perdamaian pertama, kini melantik 43 orang lainnya, yang meliputi 15 pegawai, sebagai Hakim Perdamaian tambahan. Seperti hakim-hakim tak resmi yang mewakili pedagang utama pada masa koloni terawalnya, mereka memajukan nama mereka. Mereka adalah, A. Jardine, A. Matheson, W. Morgan, W. Stewart, G. Braine, J. Dent, F. C. Drummond, D. L. Burn, W. Le Geyt, P. Dudgeon, T. W. L. Mackean, H. Dundas, C. Kerr, J. F. Edger, A. Fletcher, J. A. Gibb, W. P. Livingston, W. Gray, H. R. Parker, J. Holliday, J. Wise, J. A. Mercer, P. Stewart, J. White, A. Wilkinson dan J. M. Smith. Kantor Wakil Petinggi Perdagangan ditiadakan, Mr. Johnston kini diangkat menjadi Asisten dan Pendafatr untuk Petinggi Perdagangan, dengan nyaris staf yang sama seperti sebelumnya. Pemerintah Kolonial kini dihimpun sebagai berikut:—Sir H. Pottinger (Gubernur), Kapten G. T. Brooke (Jurutulis Militer dan A.D.C.), kapten T. Ormsby (A.D.C. Tambahan), Mayjen G. C. D'Aguilar (Wakil Gubernur), Letkol G. A. Malcolm (Jurutulis Kolonial), R. Woosnam (Wakil Jurutulis Kolonial), Ch. E. Stewart (Bendahara dan Jurutulis Keuangan), J. R. Morrison (Jurutulis dan Penerjemah Tionghoa, kemudian digantikan oleh Rev. Ch. Gützlaff), Rev. V. Stanton (Kapelan Kolonial), R. Burgass (Penasehat Hukum), A. Anderson (Ahli Bedah Kolonial), L. d'Almada e Castro (Kepala Pramuniaga), D. Stephen (Pembuku), Mayor W. Caine (Kepala Magistrat), Ch. B. Hillier (Asisten Magistrat), D. R. Caldwell (Penerjemah), Letnan W. Redder (Petinggi Pelabuhan), A. Lena (Asisten Petinggi Pelabuhan), A. T. Gordon (Pegawai pertanahan dan Insinyur Sipil), Ch. St. George Cleverly (Asisten Surveyor), W. Tarrant (Asisten Pegawai Pertanahan), M. Bruce (Inspektur Bangunan), dan F. Spring (Postmaster). Sebuah Dewan Eksekutif dibentuk, terdiri dari Hon. A. R. Johnston dan Hon. W. Caine, serta Dewan Legislatif, yang terdiri dari para anggota tak resmi saat ini yang dikeluarkan, dibentuk. Dewan tersebut terdiri dari Hon. A. R. Johnston, Hon. J. R. Morrison (yang wafat tak lama kemudian), dan Hon. W. Caine, dengan R. Burgass (penasehat hukum Gubernur) sebagai Pramuniaga Dewan. Segel publik disuplai dari Inggris ke Koloni tersebut (5 September 1843) dan kesepakatan Yang Mulia diterima (6 Desember 1843) untuk penghimpunan yang disebutkan di atas atas nama Victoria untuk pendirian kota Hongkong.

Pada tahun 1843, badan-badan keagamaan dan misionaris di Koloni menyetir diri mereka sendiri dalam kepentingan umum. Dana dikumpulkan pada 1842 untuk pendirian Gereja Kolonial, yang mula-mula ditujukan untuk golongan Union Church untuk Gerejawan dan Nonkonformis. Seorang Kapelan Kolonial diangkat di Inggris atas permintaan Pemerintah lokal, yang tak menyepakati usulan penyatuan pelayanan dilakukan (sejak Juni 1843) oleh Kapelan AL dalam struktur temporer yang kini disebut 'Matshed Church,' dan sebuah bangunan (kini Katedral Santo Yohanes) diperintahkan untuk dibangun dengan dana Pemerintah dan didedikasikan kepada Santo Yohanes (17 Oktober 1843), walaupun operasi pembangunan tertunda beberapa tahun karena Pemerintah Dalam Negeri menunda pengesahannya. Namun, bangunan tersebut secara lokal ditujukan agar Kapelan Kolonial harus memegang penugasan tunggal Gereja. Kapelan, Rev. V. J. Stanton, mengkotbahkan kotbah pertamanya di Colonial Matshed Church pada 24 Desember 1843. Prefek Apostolik Katolik Roma, Fra Antonio Feliciani, menahbiskan banghunan yang didirikan olehnya di persimpangan Jalan Wellington dan Pottinger sebagai Gereja Santa Maria Perawan Tak Bernoda, pada 18 Juni 1843, kala Seminari untuk rohaniwan pribumi dibuka dalam kaitan dengannya. Muslim membangun (pada 1843) masjid di bukit yang kemudian disebut Mosque Gardens (Moloshan). Tiongkok, yang memiliki empat kelenteng dari 75 sampai 100 tahun silam, terdiri dari satu di Aplichow (tertanggal dari 1770), satu di Stanley, satu di Spring Gardens (Taiwongkung), dan satu di Tunglowan (Causeway Bay), melakukan pembanguan City Temple (Sheng-wong-miu) di lahan saat ini dari Queen's College. Pada 1843, American Baptist Mission, di bawah naungan Dr. Deane dan Dr. Ball, membangun Gereja Tiongkok (Tiechiu) di Upper Bazaar (Pasar Sheungwan). Selain pendirian Morrison Education Society's School di Morrison Hill (dibuka pada 1 November 1843), Dr. Legge dari London Missionary Society yang dipindah dari Society's Malacca College ke Hongkong, membuka (November 1843) Sekolah Persiapan dan Seminari untuk pelatihan para pendeta Tiongkok, yang (pada musim gugur 1844) berada di lahan-lahan London Mission di Jalan Aberdeen dan Staunton dengan nama Anglo-Chinese College (Ying-wa Shü-ün). Kapelan Kolonial, Rev. V. J. Stanton, kala datang (22 Desember 1843), membuat persiapan untuk pembukaan Sekolah Pelatihan untuk para pendeta pribumi dalam kaitannya dengan Gereja Inggris, di lahan yang sebelumnya dipegang untuk keperluan Pemerintah (26 Mei 1843), dengan nama St. Paul's College. Pada musim gugur 1843, para misionaris Protestan di Hongkong (Legge, Medhurst, Milne, Bridgman dan J. Stronach) melakukan pengerjaan yang kemudian menghasilkan terjemahan Tionghoa baru dari Alkitab, yang dikenal sebagai Delegates Version, yang dikenal dalam gaya dan diksinya (walau tidak dalam keakuratan literal) yang pernah diproduksi sampai saat ini.

Beberapa rumah sakit juga didirikan pada tahun tersebut. Perhimpunan Misionaris Medis Kanton dan Makau (awalnya didirikan pada 1838 lewat upaya Dr. Peter Parker, dan banyak dibantu oleh London Missionary Society) membuka rumah sakit (1 Juni 1843), di bawah naungan Dr. Hobson dari London Mission, di bukit yang kini diduduki oleh Rumah Sakit AL (di atas Wantsai). The Seamen's Hospital (di lahan saat ini dari Civil Hospital), dimulai (seperti yang disebutkan di atas) atas kehendak janji sumbangan oleh Mr. J. Rustomjee (yang tak pernah dibayar), dibangun lewat pelangganan umum $6.000 dan dengan dana tambahan yang dimajukan oleh Jardine, Matheson & Co., dan dibuka oleh Komite, pada Agustus 1843 (dengan 50 kasur), di bawah penugasan Dr. Peter Young (dari Hongkong Dispensary, kala itu berada di 'Kandang Burung,' selatan lokasi saat ininya), yang memberikan pelayanannya secara cuma-cuma.

Rumah-rumah sakit tersebut, bersama dengan Rumah Sakit AL dan Militer (di lahan Barracks saat ini di dekat Hawan) kemudian dikerumuni dengan para pasean. Karena pada musim panas 1843 terjadi wabah luar biasa demam Hongkong yang, selama enam bulan dari Mei sampai Oktober, menyebabkan kematian 24 persen pasukan dan 10 persen warga sipil Eropa. Ini menyatakan bahwa demam tersebut utamanya menyerang ujung timur dan barat pemukiman, sementara bagian tengah kota tersebut dan khususnya Gaol nyaris tak tersentuh. Di Westpoint Barracks (pada Jalan Pokfulam), tempat pasukan India kehilangan nyaris setengah jumlah mereka pada 1842, penyakit menjadi sangat umum pada 1843, sehingga pasukan Eropa yang ditempatkan disana pergi (20 Juli 1843) menggunakan kapal-kapal di pelabuhan. Pada tahun 1843, total kekuatan pasukan Eropa dan penduduk asli hanya berjumlah 1.526, namun, kala 7.893 kasus diobati di rumah-rumah sakit pada tahun yang sama, rata-rata setiap orang yang nampaknya masuk rumah sakit berjumlah lima kali lipat pada tahun mengerikan tersebut. Kematian di kalangan pasukan di Pulau tersebut berjumlah samapi 440, dari 1.526 orang, atau 1 dalam 3½, sebab kematian tersebut adalah demam dalam 155 kasus, disentri pada 137 kasus, diare dalam 80 kasus. Jumlah pasukan yang tak valid atau tak selaras untuk penugasan semacam itu seringkali tak melebihi separuh rombongan pasukan yang dapat menghadiri pawai dan terkadang hanya ada lima atau enam pasukan, dari 100, yang siap untuk bertugas. Persoalan sanitasi setidaknya kini ditangani oleh Pemerintah, dan Komite Kesehatan Masyarakat dan Kebersihan dibentuk (16 Agustus 1843) dengan tugas untuk memberlakukan aturan sanitasi di kalangan seluruh kelas pemukim, namun tanpa tindakan efektif yang diambil. Aturan kemudian dirumuskan lewat Perintah No. 5 tertanggal 20 Maret 1844.

Kebijakan tanah Pemerintah menyebabkan pergesekan di kalangan pedagang. Tak ada niat pada pihak komunitas pedagang terhadap pendapatan yang diambil dari tanah. Sebaliknya, mereka berwacana bahwa, sepanjang Hongkong tetap menjadi pelabuhan bebas, penyewaan jangka panjang dan penyewaan tahunan harus menjadi sumber pendapatan tunggal, sampai pengecualian seluruh bentuk perpajakan lainnya, seperti cukai terhadap barang yang dijual lewat lelang, bayaran lisensi pelelang, bayaran pendaftaran, kebun-kebun pasar, dll. Mr. A. Matheson menyatakan pandangan tak terbantahkan dari pedagang Hongkong bahwa ia menyatakan bahwa ini merupakan hal yang sangat tak disarankan bagi Pemerintah untuk mengupayakan peningkatan pendapatan lain selain penyewaan tanah, pada tingkat apapun sampai Koloni harus dianggap memajukan kekayaan dan populasi. Namun, sorotan besar pedagang bahwa kondisi penjualan tanah Kapten Elliot tak dipenuhi oleh Pemerintah, dan bahwa para pedagang yang, dipercayai dalam niat baik Pemerintah, menarik bayaran besar terhadap lahan dan perluasan terhadap bangunan-bangunan dengan harapan memiliki properti permanen pada penyewaan tertutup tahunan, tak mengambil lahan yang diserahkan kepada mereka selain yang disebutkan pada sewaan-sewaan 75 tahun menjadi satu-satunya atau untuk menyerahkan lahan mereka. Terjadi sedikit keluhan, bahwa pada beberapa penjualan pada Januari 1844, terdapat kesepakatan tipu muslihat besar yang diterapkan dlaam penjualan lahan pada 1840 dan 1844 lewat pihak-pihak yang memiliki lahan tanpa niat sebenarnya untuk memegangnya, dan bahwa praktek semacam itu didorong oleh penghirauan Pemerintah dalam memberlakukan konedisi penjualan dan mengumpulkan penyewaan lahan. Bendahara Kolonial (R. M. Martin) mengkolaborasikan beberapa pernyataan tersebut lewat dugaan yang dibuat olehnya, terhadap seluruh penjualan lahan dari Juni 1841 sampai Juni 1844, terhitung sampai £3.224 per tahun, hanya £641 yang benar-benar dibayarkan. Pada kenyataannya, pengerjaan tanah pada masa awal menjadi salah satu kejahatan besar Hongkong. Namun, ini tak hanya menimpa para pedagang, karena Bendahara Kolonial yang sama menduga bahwa, dengan pengecualian Jaksa Agung (P. J. Stirling) dan dirinya sendiri, nyaris setiap orang terkait dengan Pemerintah teridentifikasikan dengan pembelian dan penjualan lahan bangunan di Koloni. Pada kenyataannya, ini membuktikan bahwa penjualan tanah tahun 1843 dan 1844 memberikan kemunculan keresahan lokal pertama terhadap kegemaran judi. 'Orang-orang jerami,' ujar Mr. A. Matheson, 'mempertaruhkan tanah dan menambahkan harga usai orang-orang tersebut menjadi para penerima bonâ fide.'

Berkembang pada pembenaran hukum namun anggapan tak adil dan palsu secara historis bahwa masa pertanahan sah Hongkong tertanggal dari keputusan ratifikasi perjanjian, Menlu memberlakukan prinsip-prinsip berikut sebagai dasar untuk kebijakan lahan Pemerintah pada masa mendatang, (1) agar Gubernur harus abstain dari pengasingan lahan apapun untuk waktu manapun melebihi kebutuhan untuk melibatkan pendirian bangunan penting, (2) agar tak ada pemberian atau penjualan lahan yang berdampak buruk sebelum keputusan ratifikasi perjanjian harus dianggap valid, (3) agar seluruh klaim dan gelar setara pemegang lahan harus diselidiki dengan pandangan konfirmasi, (4) agar pembayaran sewa harus diumumkan dari hari kala ratifikasi perjanjian diberlakukan, dan (5) agar tak ada lahan yang harus dijual khusus lewat lelang publik, dengan bayaran minimum yang ditetapkan, setara dengan nilai dewa tahunan. Atas dasar ini, Gubernur membentuk (21 Agustus 1843) sebuah Komite, terdiri dari A. T. Gordon, Pegawai Pertanahan dan Insinyur Kolonial (Kepala Departemen Kepegawaian Negeri yang baru), Kapten de Havilland (Asisten Surveyor), Ch. E. Hewart (Jurutulis Keuangan), dibantu oleh R. Burgass (Penasehat Hukum). Tugas-tugas Komite tersebut adalah, (1) untuk menyelidiki klaim dan gelar setara seluruh pemilik lahan, (2) untuk mendefinisikan kelas-kelas yang lahan-lahannya harus dilibatkan, (3) untuk menetapkan sewa tahunan mereka, dan (4) untuk mengadakan penjualan lahan lebih lanjut. Sehingga, Komite menyelidiki dan menetapkan segala klaim terhadap lahan yang sebelumnya dijual, dan memberikan sewa 75 tahun dalam seluruh kasus terkait kepemilikan. Ini menjadi dasar prinsip yang disebutkan di atas, bahwa penjualan lahan 22 Januari 1844, diadakan, kala sekitar 25 hektar tanah, terbagi dalam 101 pembagian lahan, setiap sekitar 105 kaki persegi, dijual sejumlah £2.562 penyewaan tahunan, harganya berkisar dari £11 sampai £88 penyewaan tahunan, dengan rata-rata senilai £20 per lahan atau £100 per hektar. Solusi persoalan lahan menekankan langkah lebih lanjut lewat pendirian Kantor Pendaftaran (Perintah No. 3 tahun 1841), yang menyediakan alat-alat yang disiapkan untuk menelurusi seluruh gelar dari harta benda yang ditempatkan. Ini diberlakukan lewat hukum agar seluruh perbuatan, kehendak, pengawasan dan pemantauan terkait lahan, harus didaftarkan dalam waktu tertentu usai eksekusi. Namun apa yang tak berkaitan dalam pemikiran banyak orang adalah fakta bahwa Mahkota menolak dan di samping seluruh pengajuan dihadapkan dalam penolakan untuk konfirmasi, sebagai persoalan hak. Penjualan lahan Kapten Elliot, mengkecualikan kejadian pemberian lahan apapun yang dibuat sebelum penandatanganan Perjanjian, dan melarang pemberian abadi.

Dewan Legislatif yang baru didirikan menyatakan kedudukannya pada 11 Januari 1844, dan menyimpan jumlah energi yang luar biasa. Dalam empat hari, Dewan tersebut mengkompilasi, menghimpun dan mengesahkan dua belas UU Kolonial dan lima UU Konsuler, yang dikatakan nyaris satu UU setiap pekan. Dewan tersebut memulai penugasannya dengan bergulat, secara bulat alih-alih bijak, dengan salah satu penyakit parah dari organisme sosial Tiongkok, yang bertahan sampai saat ini, yakni pelayanan mengikat Tiongkok, sebuah hubungan kontraktual yang, dari sudut pandang moral, dibutuhkan selain bentuk perbudakan namun sangat berbeda dari jenis perbudakan yang disebutkan dalam UU Parlemen. UU No. 1 tahun 1844, ditujukan untuk mengartikan dan mengesahkan hukum terkait perbudakan di Hongkong, yang diluncurkan oleh Dewan tersebut (28 Februari 1844), namun secara bijak tak disahkan oleh Menlu atas dasar bahwa hukum Inggris terkait perbudakan diperluas lewat unsur sebenarnya sendiri dan otoritas untuk Hongkong dan tak mengharuskan pengartian atau pengesahan lebih lanjut. Di antara enam UU lainnya yang disahkan pada hari sibuk yang sama (28 Februari 1844), terdapat satu (No. 2 dari 1844) yang ditujukan untuk mengatur percetakan buku dan makalah dan penyimpanan pers cetak, yang komunitas anggap tak dibutuhkan dan dini namun masih berada pada buku statuta sampai 1886. Yang lainnya (No. 3 tahun 1844), mengatur Pendaftaran Lahan, yang disebutkan di atas, juga dijadikan hukum. Yang ketiga (No. 4 tahun 1844), ditujukan untuk menindak kejahatan yang, sampai saat ini, mentegangkan Koloni tersebut dalam kaitannya dengan praktek para pemilik kapal untuk meninggalkan pelaut miskin (yang secara lokal disebut penjelajah pantai), yang malangnya tak diperkenankan. Bagian lain dari lima UU disahkan pada 20 Maret 1844. Salah satu dari mereka (No. 5 tahun 1844) berkaitan dengan pelestarian tatanan dan kebersihan dan kemudian diulang pada No. 14 tahun 1845. Yang lainnya (No. 4 tahun 1844) menyatakan bahwa, menunda kedatangan Kepala Hakim Hulme, seluruh aturan sipil harus ditetapkan lewat arbitrasi. UU lainnya (No. 7 tahun 1844) memebatasi kepentingan hukum sampai 12 persen, sesambil lagi-lagi melarang distilasi minuman keras tak berlisensi (No. 8 tahun 1844). Tiga UU lainnya disahkan pada 10 April dan dua pada 1 Mei 1844, berkaitan dengan perdagangan tanpa ijin pada Pelabuhan Utara 32° N. L. (No. 9 tertanggal 10 April 1844), dengan aturan pengolahan penjelasan di hadapan Hakim Perdamaian (No. 10 tertanggal 10 April 1844), dengan pelisensian rumah-rumah publik dan pengeceran minuman keras (No. 11 tertanggal 1 Mei 1844) dan dengan pembentukan dan pengaturan Kepolisian (No. 12 tertanggal 1 Mei 1844).

Namun, malangnya, keputusan Pemerintah dalam membentuk berbagai departemen Kepegawaian Negeri, yang didorong pendirian bangunan-bangunan negeri, dan melegislasi Koloni dalam lapisan penutupnya, kini nampak mengalihkan para kolonis, tak hanya pertumbuhan komunitas yang sebenarnya, namun bahkan masa depan yang makmur untuk tahun-tahun mendatang. Sehingga, ada dua belas firma Inggris besar yang didirikan di Hongkong, mewakili sejumlah dapil di Britania Raya. Terdapat lebih dari puluhan firma India, utamanya Parsi, yang bahkan sejak perjanjian Nanking dan pengenalan navigasi uap, jumlah Parsi dalam perdagangan Tiongkok mengalami penurunan yang cepat, ditekan secara bertahap oleh firma-firma Yahudi dari Bombay, dan Parsi yang masih melakukan usaha mereka di Kanton. Terdapat lebih dari sepuluh pedagang Inggris swasta dari golongan kecil. Kemudian, ada yang menghimpun banyak godown bata, kantor perdagangan dan hunian swasta yang ditempatkan di sepanjang pesisir. Terdapat para pembuat kapal (Kent dan Babes) dan bahkan selipan paten di East Point, tempat Kapten Lamont meluncurkan (7 Februari 1843) kapal buatan Hongkong pertama (Celestial, 80 ton). Selain Friend of China (didirikan pada 17 Maret 1842), sebetulnya ada dua kantor surat kabar lainnya, Eastern Globe dan Canton Register. Eastern Globe menerbitkan (1 Januari 1843) daftar panjang bangunan lokal dan serangkaian litografi bangunan publik yang diterbitkan di London pada sekitaran masa yang sama. Di samping kegiatan arsitekturalnya, Sir H. Pottinger melaporkan (22 Januari 1844) bahwa pendirian rumah-rumah harus tanpa bersinggungan dengan tuntutan untuk mereka. Setidaknya pada 11 November 1844, Lord Stanley menekankan agar keputusan tersebut disahkan untuk meniadakan lahan yang benar-benar tak layak untuk syarat pembangunan. Terdapat beberapa gudang apung di pelabuhan, terutama Hormanjee Bomanjee milik Jardine, Matheson & Co., dan John Barry milik Dent & Co. Pada akhirnya, terdapat usaha yang dilakukan terhadap candu oleh puluhan firma Inggris. Namun, malangnya, seperti usaha lainnya, semenjak pelaksanaannya pada tahun 1844 tak menghasilkan apapun di Hongkong, walaupun penduduk Tiongkok terus meningkat dan mencapai, pada April 1844, total 19.000 orang Tiongkok, bahkan kini termasuk sekitar 1.000 wanita dan anak-anak. Penghentian perang, pembukaan pelabuhan Shanghai (17 November 1843) dan empat pelabuhan Tiongkok loain, dipadukan dengan peningkatan bertahap kapal uap menggantikan kapal layar, meniadakan jalur usaha lama pada pihak Tiongkok dan asing, terkikis dan lenyap pada pelabuhan-pelabuhan terbuka dan usaha pada pengeluaran Hongkong. Selain kepentingan pada Hongkong, Otoritas Tiongkok melakukan segala hal dalam kekuatan mereka untuk mendorong perdagangan dengan Hongkong, sementara Pemerintah Hongkong mendorong para perdagang untuk bekerja di bawah naungan para Mandarin. Seluruh ketonjolan golongan, yang timbul sejak 1841, agar usaha akan berkembang di Hongkong seperti halnya yang dipakai untuk berkembang di Whampoa, secara bertahap timbul dari bulan ke bulan sejak keputusan ratifikasi perjanjian. Hongkong kini nampak pada 1844 dikenal menjadi Lintin kedua, pusat perkembangan perdagangan candu terbatas dan ilegal, namun dihadapi oleh perdagangan Tiongkok yang sah. Sejumlah pedagang Tiongkok di Kanton akan berkehendak untuk mengirim kapal-kapal jung Hongkong dengan teh, rhubarb, kamper, sutra dan cassia, dan mengirim balik kapal-kapal jung tersebut ke Kanton yang diisi dengan kapas India atau yarn atau barang-barang Inggris, namun Otoritas Kanton merencanakan penghadapan mereka terhadapnya seperti batuapi. Ini menjadi serangkaian impian Inggris, para pedagang yang, walau kapal-kapal asing hanya dapat berdagang di lima pelabuhan terbuka, penduduk asli Tiongkok diperkenankan untuk mengirim barang dari pelabuhan Tiongkok lainnya, dan mengangkut barang-barang Inggris dari Hongkong, dalam kapal-kapal jung Tiongkok, ke wilayah pesisir TIongkok manapun, sehingga Hongkong menjadi pusat perdagangan kapal jung, dan perdagangan pesisir yang menempatkan kemampuan perluasan tak terbatas. Kami juga dapat membayangkan apa penolakan mereka, kala mereka menyadari bahwa salinan Tionghoa dari Perjanjian Suplementer, yang ditandatangani di Bogue (8 Oktober 1843), berisi, dengan tanda tangan Sir Henry, kata-kata berikut, yang tak ditemukan dalam teks Inggris:—'Di pelabuhan-pelabuhan pada provinsi lain dan empat provinsi Kanton, Foochow, Kiangsu dan Chehkiang, seperti Chapou dan tempat serupa, semuanya bukanlah pasar terbuka, pedagang Tiongkok harus tak mengijinkan secara arbiterer untuk mengajukan ijin untuk pergi ke dan dari Hongkong, dan jika dorongan apapun dilakukan, Perwira Penjaga Pantai di pesisir Kowloon, beserta dengan Perwira Inggris (di Hongkong), akan melakukan penyelidikan dan melapor kepada para petinggi mereka.' Beberapa bulan sebelumnya, kala Sir H. Pottinger mengumumkan (22 Juli 1840) keputusan sukses dari Perjanjian Perdagangan Suplementer, memberlakukan aturan dan pengaturan untuk tindakan perdagangan di pelabuhan-pelabuhan terbuka dan menetapkan tarif jasa, ia malangnya menyertai pengumuman oleh beberapa pihak menonjol yang berkaitan dengan pedagang Inggris secara umum, walau ditujukan untuk warga kelas rendah, diterapkan dalam trnasaksi penyeludupan sistematis. Penjelasan tersebut, lewat keumuman mereka alih-alih lewat pemberlakuan kepastian apapun, memberikan tawaran dan menyebabkan permulaan keretakan, antara Sir Henry dan komunitas pedagang, yang meluas kala kekeliruan Perjanjian Suplementer diputuskan, di Bogue menjadi nampak. Sir Henry membuat kerahasiaan besar terhadap beberapa tujuan yang terkandung dalam Perjanjian Suplementer tertanggal 8 Oktober 1843. Pasal XII berisi pernyataan sebagai berikut, 'sistem penyeludupan yang terjadi antara pedagang Inggris dan Tiongkok dalam banyak kasus diharapkan ditindak dengan sikap terbuka dan keputusan pegawai kantor pabean Tiongkok, akan sepenuhnya terhenti.' Namun dalam jangka panjang, tak diketahui bahwa, atas dasar ini, Pasal XIV dan XVI tak hanya menindak perdagangan kapal jung Tiongkok di Koloni dengan lima pelabuhan perjanjian (terutama Kanton sendiri), namun mewajibkan pelantikan Pegawai Inggris di Hongkong yang melapor kepada Pegawai Bea Cukai Tiongkok soal kargo dan lain lain dari setiap kapal Tiongkok yang berlabuh ke Hongkong dan untuk menindak dan melaporkan, jika kapal tersebut tak berijin atau penyeludup, setiap perdagangan kapal jung antara Hongkong dan pelabuhan tak berijin di manapun Tiongkok. Terkait tindak lebih lanjut, pelanggaran terhadap kepentingan Koloni, Journal des Débats kemudian menyatakan (Senin, 30 September 1844) apa yang pada masa itu menjadi subyek diskusi di Koloni, bahwa Sir H. Pottinger, bertepatan dengan Perjanjian Suplementer, menjadi korban tipu daya merugikan (tipu muslihat); agar para diplomatis Tiongkok, yang dimajukan oleh utusan berkuasa penuh Inggris, baik dalam urusan perdagangan maupun bahasa Tionghoa, dan lewat perasaan pahit yang timbul antara ia dan para pedagang Inggris yang akan diperkenankan untuk menasehatinya, menyuap penerjemah dengan sejumlah uang yang ditugaskan untuk menggantikan Mr. Morrison; agar para diplomatis Tiongkok diselipkan dalam teks Tionghoa tersebut, tanpa sepengetahuan Sir H. Pottinger, pemberlakuan dan penekanan yang diberikan pada seluruh niat yang dibuat selain terutama pada Pasal ke-13 dan ke-17, dampak langsungnya adalah Pasal-pasal tersebut kini mengancam pendirian Hongkong, kecuali Koloni dari keikutsertaan manapun lewat transit atau perdagangan pesisir dalam perdagangan bangsa-bangsa berbeda dengan lima pelabuhan, dan, setidaknya seperti sebelum perang, pedagangan (di Hongkong) ke pelabuhan Kanton sendiri. Beberapa baris teks Tionghoa, yang ditekankan dalam bersi tersebut diajukan dan diterbitkan oleh Sir H. Pottinger, yang, menurut Journal des Débats, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh banyak profesor bahasa Tionghoa handal sedemikian rupa. Pasal XIII. 'Setiap pedagang Tiongkok yang menjual barang di Hongkong hanya dapat berlabuh di wilayah bawah Tiongkok yang disediakan dengan paspor yang dikirim ke Hongkong. Paspor dan ijinnya akan diurus pada setiap waktu dan setiap perjalanan oleh para pegawai Kantor Pabean Tiongkok dalam rangka menghindari pergesekan.' pasal XVII. 'Keduanya (kapal dari Hongkong di bawah 75 atau 150 ton) satu sama lain, harus membayar satu mace per ton setiap waktu harus memasuki pelabuhan (di Kanton). Seluruh kapal yang mencapai 150 ton akan dianggap sebagai kapal besar yang datang dari luar negeri dan, sesuai tarif baru, harus membayar lima mace per ton. Kala ke Foochow, Amoy, Ningpo dan Shanghai, karena tak ada kapal yang berlabuh memasuki pelabuhan-pelabuhan tersebut, pengaturan manapun yang dibuat tidak berlaku terkait hal tersebut.' Dua pasal tersebut, yang disebutkan Journal des Débats, 'sesuai dan berhubungan dengan tingkat yang dapat kami perbuat selain dimajukan, jika dampaknya tak setara dengan pelanggaran perdagangan pesisir seluruh bangsa dengan mengkecualikan mereka, atau setidaknya, dari empat pelabuhan yang kini dibuka. Pada kenyataannya, menurut teks pasal tersebut, hal ini diratakan dengan tanah dengan barang-barang Hongkong yang ditujukan untuk daratan Tiongkok. … Berterima kasihlah kepada keputusan Perjanjian Suplementer, kebebasan perdagangan dengan pelabuhan utara akan menjadi ilusi, hak yang bersifat simbolis.'

Tanpa ragu, dengan rujukan kepada pernyataan yang dimajukan Journal des Débats, yang, meskipun didukung demi pembenaran terjemahan yang diberikan, lewat pernyataan yang sebelumnya ditampilkan dalam Chinese Repository (Maret 1844), dalam Friend of China (13 April 1844) dan kemudian (31 Juli 1844) dalam Commercial Guide, Sir Henry, kemudian pada (11 Desember 1844), membuat pernyataan berikut di acara umum yang diberikan dalam penghormatannya di Merchant Tailors' Hall, London. 'Sebuah penekanan yang sangat keliru datang walaupun, aku yakini, beberapa surat pada wilayah tersebut, agar terjadi beberapa kekeliruan yang dicantumkan dalam Perjanjian (Suplementer). Ini sangatlah tak benar. Ini timbul dari kebutuhan pernyataan publikku yang bersifat abstrak dari Perjanjian tersebut, sementara Tiongkok menerbitkan seluruhnya, terjemahan yang dibuat dengan sejumlah permohonan penting. Ditanyai dengan serius apakah ada landasan atas dakwaan bahwa kekeliruan tersebut dilakukan, aku senang berkata bahwa tak ada kepentingan apapun untuk diperingatkan.'

Namun, dalam ketiadaan penyangkalan positif terhadap penekanan yang benar-benar dikeluhkan, pernyataan negatif dan samar dari Sir H. Pottinger tersebut gagal untuk meredam komunitas pedagang Hongkong. Mereka tak melakukannya untuk kesempatan meyakini dakwaan rancu bahwa penerjemah Sir H. Pottinger disuap, namun mereka meyakini bahwa, kala Sir H. Pottinger menandatangani teks Tionghoa dari Perjanjian Suplementer, ia menghiraukan beberapa pernyataan berseberangan yang terkandung, dan bahwa lewat anggapannya yang diketahui terhadap versi Inggris harfiah yang diajukan kepadanya untuk diterbitkan, dan lewat isi (untuk penjelasan yang tak dijelaskan dari dirinya sendiri) dengan ejaan Inggris yang abstrak, para Mandarin Tiongkok diperkenankan untuk menyelipkan versi yang diajukan oleh mereka kepadanya untuk ditandatangani, kandungan yang, kala dilihat dalam terjemahan Inggris bebas seperti pernyataan diksi tak mengena, memiliki dampak terbatas pada perdagangan pesisir Hongkong berkaitan dengan Kanton di bawah batasan arbitrer (jasa-jasa berbeda) dan mengkecualikannya (dengan mengembangkan tulisan) dari pelabuhan terbuka lainnya.

Sir H. Pottinger dikatakan murka dan resah kala ia mendapati bagaimana ia dikerjai oleh Kiying dan Komisioner lain, yang dihormati olehnya dan seluruh Hongkong sebagai sosok terpercaya dan lembut. Otoritas Kanton memberlakukan seluruh embargo terhadap seluruh perdagangan dengan Hongkong, namun kini mengklaim otoritas khusus Sir H. Pottinger juga melakukannya. Pada seluruh pelabuhan perjanjian, parap pegawai Tiongkok dimajukan selaku pegawai Tiongkok yang bertugas untuk memberikan ijin pengangkutan barang ke Hongkong, mengusiknya bahwa ia merupakan pengkhianat pangkal terhadap kepentingan bangsa dan juga didorong untuk menjalin kesepakatan. Pada 7 Juni 1841, Kapten Elliot 'jelas-jelas mendeklarasikan bahwa akan ada embargo langsung terhadap pelabuhan Kanton dan seluruh pelabuhan besar Kekaisaran jika ada setidaknya gangguan terhadap kebebasan Hongkong.' Karena Sir H. Pottinger kini menghimpun ancaman, Tiongkok akan menindaknya. Namun, ia menjauh dari pemicuan perang dan dari pengakuan bahwa ia dikerjai oleh Kiying serta Elliot dikerjai oleh Kishen. Sehingga, ia memajukan diri sendiri untuk perombakan diplomatik, sebuah permainan yang bangsa Eropa selalu diperburuh oleh para Machiavelli Tiongkok. Di bawah keadaan tersebut, tak hanya pedagang Tiongkok yang khawatir untuk menjalin kesepakatan dagang apapun dengan firma Inggris atau Tiongkok di Hongkong, namun bahkan di kalangan penduduk Tiongkok di daerah dekat Hongkong menyatakan bahwa para Gubernur Hongkong tak berdaya dalam menangani Mandarin, dan bahwa Otoritas Tiongkok dapat menghukum para tukang dan tenaga kerja, merombak Hongkong atau menempatkannya dalam Koloni baru, dengan memperlakukan para kerabat mereka di daratan utama dengan pemerasan dan perlakuan buruk. Karena perdagangan hanya dapat dibawakan ke Hongkong lewat pemanduan kebebasan dari pabean dan memutuskan untuk mendorong dan mengiming-imingi para pedagang penduduk asli dan asing dengan kepercayaan diri dalam Pemerintahan Kolonial. Perjanjian Suplementer Sir Henry, dengan menghancurkan kebebasan pelabuhan dan kepercayaan diri terhadap kemerdekaan Pemerintah Hongkong, tak berkehendak meniadakan pseluruh kesempatan Hongkong pada waktu itu menjadi pusat perdagangan pesisir. Sukses sebagai diplomatis, mendikte kesepakatan damai yang diberlakukan terhadap Tiongkok di bawah bidikan bayonet, Sir Henry kini nampak mengalami kegagalan besar kala ia berniat untuk menegosiasikan Perjanjian Perdagangan dengan keputusan setara terhadap para diplomatis Tiongkok setiap. Poin-poin utama yang dimajukan oleh Sir H. Pottinger terdiri dari meninggalkan persoalan candu penting sepenuhnya dalam statu quo ante dan dalam niat untuk mengamankan kebebasan berdagang warga Tiongkok yang bermukim di Hongkong (dengan pernyataan berbahasa Tionghoa di bagian bawah) dengan seluruh Tiongkok. Dikatakan bahwa kala kebenaran tersebut akhirnya diberlakukan sendiri atas pengakuan Pemerintahan Yang Mulia, usulan untuk mengangkat Sir Henry menjadi bangsawan, dalam kaitannya dengan keberhasilan negosiasi Perjanjian Nanking, diurungkan karena melihat kegagalannya dalam Perjanjian Perdagangan Suplementer.

Tiongkok memiliki niat lain terhadap Hongkong. Laut seluruh sekitaran Pulau dipenuhi oleh para pembajak yang markas besarnya dan tempat penyetoran suplainya (secara keliru) diyakini berada di bawah naungan penduduk Tiongkok di Hongkong yang menikmati perlindungan resmi. Sir H. Pottinger didorong (sejak Mei 1843) untuk melibatkan Otoritas Tiongkok untuk bekerjasama dengannya dalam menindak pembajakan di perairan Hongkong dan Kanton, namun upayanya digagalkan oleh korupsi pada pihak Tiongkok dan hanya menghasilkan tindakan militer melawan kebebasan pelabuhan. Karena tak ada alasan yang yang dapat dipakai oleh Otoritas Kanton untuk bekerjasama dengan Sir Henry dalam persoalan tersebut, selain karena memperkenankan mereka untuk mendorong Sir Henry untuk menempatkan batasan tambahan terhadap kapal-kapal jung Tiongkok yang berkunjung ke Hongkong. Selain itu, karena para pembajak menguasai seluruh laut di sekitaran Hongkong, perompak dan pencuri nampak memiliki pergerakan mereka sendiri di seluruh belahan pulau tersebut. Balai pemerintah bahkan dimasuki oleh pencuri (20 April 1843), tiga rumah pedagang (milik Dent, Jardine, Gillespie) diserang pada suatu malam yang sama (28 April 1843), Institusi Morrison digerayangi oleh perombak yang mengambil Segel Besar Kepala Petinggi (19 Mei 1843), dan bungalow James White diserang dan direbut oleh geng bersenjata sampai sejumlah sepoy menembaki mereka (23 Februari 1844). Tak ada orang Eropa yang berpergian ke luar tanpa revolver, dan pistol yang disimpan pada malam hari di bawah setiap bantal. Para pedagang utama menyimpan alat senjata dalam pekerjaan mereka untuk melindungi harta benda mereka, tak percaya terhadap apapun yang diberlakukan Pemerintah. Jardine, Matheson & Co. mengerahkan dua belas pasukan bersenjata untuk melindungi keberadaan mereka di East Point dengan gaji £60 sebulan. Setiap rumah pribadi yang dihuni oleh warga Eropa ditempati oleh penjaga yang berkeliling sepanjang malam dan memegangi bambu berrongga dari waktu ke waktu untuk menunjang pemantauannya. Perkampungan kumuh dari kelas penjahat di wilayah-wilayah tetangga memandang Hongkong sebagai Eldorado mereka dan hukum Inggris sebagai lelucon belaka. Rombongan Mayor Caine nampak tak menteror mereka, dan penahanan di Gaol, wilayah tersehat di Hongkong, dipandang sebagai kandang burung setengah lapar di Kanton yang didambakan. Pemerintah kini (1 Mei 1844) membuat penindakan, yang diserahkan sebelum Sir H. Pottinger meninggalkan Hongkong, untuk menghimpun Kepolisian, sehingga dikenal di kalangan warga Tiongkok sebagai 'jubah hijau' (Lukee), selain para prajurit Inggris dan India yang korps-nya tak tertolong, dalam pengabaian mereka terhadap bahasa penduduk asli, tanpa bantuan orang kepercayaan Tiongkok, dan karena berada pada kasta terrendah, pendirian kepolisian Kolonian membuat hal-hal menjadi lebih buruk. Perintah tersebut juga menyatakan (10 Mei 1843) bahwa dilarang ada kapal di pelabuhan yang bergerak usai pukul 9 p.m. dan agar, di pesisir, warga Tiongkok harus menyalakan lentera usai gelap dan tak keluar dari rumah mereka usia pukul 10 p.m. Penindakan yang diberlakukan tersebut tak mempan dalam menindak pembakaran, perampokan, pembunuhan, pembajakan di darat dan laut. Keberadaan kejahatan sangat menunjang perdagangan garam, sulfur dan candu, yang didirikan dan dikembangkan oleh kelas-kelas terrendah pemukim Tiongkok di Koloni, melakukan banyak pelanggaran terhadap kepentingan perdagangan Hongkong sebagai pendapatan Pemerintah Tiongkok.

Tak mengejutkan bahwa Hongkong dipandang buruk di kalangan pegawai dan rakyat Kanton, bahwa kapal-kapal jung dagang Tiongkok kini diperkenankan untuk berlabuh di pelabuhan Hongkong dalam jumlah besar dan bahwa komunitas pedagang Tiongkok, yang mulai berkembang, lenyap bahkan lebih cepat ketimbang yang datang. Namun, dampak yang menekan dari semuanya terjadi pada kepentingan dagang Koloni dapat dengan mudah dibayangkan. Para pedagang Inggris kini mulai mengkhawatirkan kegagalan Koloni. Chusan banyak dipertimbangkan usai seluruhnya menyoroti Hongkong atas dasar sanitasi dan perdagangan. Di kalangan pedagang, penyesalan terdengar di segala sisi terhadap jumlah uang yang jatuh dalam investasi lahan dan bangunan.

Sejumlah keluhan dari komunitas pedagang menciptakan nuansa panas, yang kemudian disoroti. Dakwaan dibuat melawan Sir H. Pottinger menjelang akhir penugasannya sebagai berikut: (1) bahwa, menjawab validitas penjualan lahan Elliot dan Johnston dan keadaan sepanjang masa penugasannya, para pedagang Inggris menggelontorkan dari $25.000 sampai $200.000, dalam, pembangunan dan penunjangan, namun Sir Henry meminta Pemerintahan Dalam Negeri, menghiraukan fakta tersebut, untuk hanya memberikan mereka sewa 75 tahun; (2) bahwa ia telah mematahkan kepercayaan dengan komunitas pedagang setelah, dari 1841 sampai 1843, ia memakai setiap dorongan, baik lewat memfasilitasi secara temporer tawaran terhadap pemukim laahn awal, dan lewat ancaman hukuman terhadap penjualan mereka terhadap seluruh pihak yang tak memperdagangkan bangunan, untuk melibatkan pedagang Inggris Makau dan Kanton untuk pindah ke Hongkong; (3) bahwa, dalam negosiasi Perjanjian Nanking, ia enggan untuk memberikan perluasan lahan yang diberikan kepada komunitas asing di Kanton, atau untuk memfasilitasi pembangunan di lahan yang dulunya diduduki oleh mereka di Kanton, dan ia dipandang (pada suatu kali secara terbuka dianggap) memaksa pedagang Inggris di Kanton untuk bermukim di Hongkong; (4) bahwa, dengan pandangan untuk membuat Koloni membayar penggelontoran mereka sendiri, ia memberlakukan para kolonis dengan seluruh batasan dan pajak keuangan dan perdagangan, sesambil tak memberikan kekuatan wilayah terhadap komunitas Inggris maupun perwakilan manapun dalam Dewan; (5) bahwa, dalam kasus Perjanjian Suplementer, bertindak selaku utusan berkuasa penuh, ia menandatangani kebebasan pelabuhan dan mengkhianati kepentingan komersial dan maritim Koloni dengan memberikan Mandarin Kanton dengan setiap fasilitas untuk menunjang perdagangan baru di Hongkong; (6) bahwa, dengan bertindak selaku Gubernur, ia berniat untuk melanjutkan kepentingan Mahkota namun gagal untuk mengaitkan diri sendiri dengan kepentingan perdagangan Inggris di Hongkong, terlalu bangga untuk mengkonsultasikan pandangan pedagang utama, menutup telinga terhadap suara pers dan panggilan untuk keinginan rakyat; (7) bahwa, dengan dipengaruhi oleh prasangka melawan lalu lintas candu dan menghiraukan kegandrungan persoalan perdagangan yang melibatkannya, ia menyamarkan persyaratan dagang sebenarnya di Hongkong dan secara keliru menghimpun perang pegawai penjaga pesisir dari pendapatan Tiongkok, bertindak berlawanan dalam setiap pemberlakuan prinsip perdagangan bebas yang kenyataannya bergantung pada kemakmuran perdagangan Koloni; (8) bahwa, kala melakukan segala hal untuk memajukan ilusi bahwa Hongkong akan secara langsung menjadi pusat perdagangan dan menjalankan uang dengan gaji dan pembangunan resmi, ia menghiraukan tindak sanitasi terumum, dan, alih-alih meningkatkan 28 polisi yang dikerahkan untuk dikerahkan setidaknya penjagaan semalam pada Queen's Road, mengerahkan korps 44 Magistrat; (9) bahwa, lewat ketidakbiasaan yang berkaitan dengan Supartemen Survei, yang ditempatkan olehnya di bawah penugasan kerabatnya sendiri, dan lewat kepengurusan penjualan lahan, serta lewat pemberian lahan-lahan Mahkota kepada para pegawai, ia makin mengembangkan taruhan biasa dalam lahan dan harta benda rumah; (10) bahwa ia menunda-nunda penghimpunan yurisdiksi sipil, menghiraukan Magistrasi selama bertahun-tahun di tangan perwira militer yang tak memiliki pengetahuan atau insting hukum apapun, sementara Pengadilan Pidana, yang dipimpin pada suatu kesempatan (8 Maret 1844) oleh dirinya sendiri, menjadi angkatan tunggal, dan tindakan terakhirnya dalam menangani seluruh kepentingan sipil sampai arbitrasi lewat para Hakim Perdamaian menjadi tindakan tak layak dan mencederai Koloni; (11) bahwa secara sosial, ia mengisolasi dirinya sendiri terhadap keberadaan semacam itu bahwa ia tak pernah bersentuhan dengan golongan komunitas manapun, sementara ia, dan warga sipil yang berada di dekat penugasannya, berpikir bahwa komunitas selain diler dan penyeludup candu hanya berkepentingan terhadap perampokan Pemerintah, bertindak sepenuhnya terhadap prinsip tak memberikan hal apapun yang dapat memungkinkan untuk dilakukan.

Kejadian tersebut masih secara singkat menjadi sketsa kehidupan sosial pada masa itu. Usai keberangkatan armada dan pasukan ekspedisi pada musim dingin 1842, kehidupan sosial Koloni menghadapi, seperti yang disebutkan di atas, revolusi dadakan. Sebelum masa pusat kepala hiburan sosial dibentuk oleh markas-markas besar, tempatnya para diplomatis, perwira militer dan AL dan pegawai pemerintahan lokal, yang mendominasi, dan para pedagang utama selain yang diterima. Dengan pengadaan pada tahun 1843, komunitas pedagang memiliki jumlah yang besar, Gubernur dan para pejabat kesukaannya mendatangkan diri mereka sendiri ke Balai Pemerintah, sementara para pedagang utama menghimpun meja terbuka untuk para perwira militer dan AL beserta pengunjung, menerima diri mereka sendiri lewat penyantunan tak mengikat mereka dengan gelar pangeran niaga. Komunitas dagang Eropa (utamanya Inggris, namun juga meliputi sejumlah kecil pedagang Jerman, Amerika, Belanda, Prancis dan Italia), kini menjadi keutamaan dari kehidupan sosial Koloni, dan juga Gubernur menjadi mengasingkan mereka, lebih kepada penghimpunan ikatan hubungan sosial antara pedagang dan perwira AD dan AL Yang Mulia. Mayjen Lord Saltoun (sejak 3 November 1842) membuat dirinya sendiri populer sebagai Presiden Madrigal Society lokal, Mayjen D'Aguilar dan stafnya dengan cepat menjadi dan terus menjadi (selama jangka pendek) orang-orang kesayangan seluruh komunitas. Bahkan Komodor Parker (sejak 22 Juni 1843), dari kapal perang AS Brandywine, dan para perwira mereka (pada 1843 dan 1844) berdampingan dengan Laksda Sir Th. Cochrane (sejak 11 Juni 1842) dan para perwira H.M.S. Agincourt merasuki golongan sosial yang bertempat di setiap tempat dari Koloni tersebut, di luar Balai Pemerintah dan Kantor Pemerintah. Rombongan teatrikal dari Australia datang pada sore musim dingin 1842. Rombongan berikutnya (Signor Delle Casse) mengunjungi Koloni tersebut pada musim dingin 1843 dan terus menyinggahi Royal Theatre sampai 1844. Namun acara tahunan, pada masa pemerintahan tersebut, masih diadakan di Makau, untuk keperluan ziarah umum ke Makau yang diduduki pada paruh akhir bulan Februari pada 1842 dan 1843. Simpati komunitas sangat bertumbuh kala kabar bencana Kabul, dan perhatian umum langsung meningkat (13 Oktober 1842) untuk pemulihan para korban di Afganistan. Seluruh masyarakat berkabung kala salah satu sosok utama Kabul, Letnan Eldred Pottinger, saudara dan penerus yang diharapkan dari Gubernur, wafat di Hongkong, terutama karena kematiannya terjadi tak alama usai kematian Hon. J. R. Morrison (29 Agustus 1843) yang kematiannya dipandang sebagai 'masa berkabung nasional' dan disusul tiga pekan kemudian oleh kematian Letkol Knowles (7 November 1843). Kematian warga Inggris pertama yang mengejutkan dunia di Hongkong (20 Januari 1843) menjadi kejadian humor sosial besar; sementara, setahun kemudian, rumor bahwa Gubernur, dalam pandangan ketidaklayakan akomodasi balai yang menimpa Koloni, menengahi seluruh perwira militer terhadap para penduduk Eropa (13 Januari 1844), mengembangkan jumlah sarkasme yang luar biasa. Antara pers masyarakat dan gubernur Makau dan Hongkong menimbulkan (sejak Januari 1844) kesempatan baik untuk berdiskusi, yang berujung pada penyidikan bersejarah terhadap gelar yang disematkan terhadap Koloni mereka oleh Portugis. Sebab kekeliruan menjadi fakta bahwa rancangan asli perintah yang diterbitkan oleh Sir Henry, pada 26 Januari 1844, untuk meluaskan hukum Inggris ke seluruh warga Inggris di Tiongkok, terutama Makau yang 'berada dalam wilayah kekuasaan Kaisar Tiongkok,' dan bahwa ini dipandang oleh Gubernur dan Senat Makau yang setia sebagai pelanggaran hukum internasional dan penghormatan. Antara komunitas Kanton dan Maua di satu sisi dan komunitas Eropa di Hongkong di sisi lain, terdapat hubungan sosial intim dan tetap. Walaupun setiap rumah perdagangan siap melayani pengunjung, terdapat banyak hotel apung, mula-mula 'Lane's Hotel' (1841 to 1843) dan kemudian (sejak 1 Mei 1844) 'Waterloo' (Lopes) dan 'Commercial Inn' (Maclehose).

Dengan pengadaan tahun 1844, komunitas asing Hongkong mulai terbagi antara teman dan musuh Koloni. Sir H. Pottinger, yang kesehatannya dianungi oleh kerenggangan kekhawatiran diplomatiknya dan pengaruh iklim, dan yang tak pernah terhitung hubungan bersahabat dengan para pedagang Inggris utama, kini mulai menunjukkan sikap yang lebih datar ketimbang wacana yang tak pernah ia tinggikan dari pedagang Kolonial Inggris khas ketimbang yang dipegang Adipati Wellington pada zaman Lord Napier. Dan para pedagang Inggris, yang merasa diri mereka sendiri dikelompokkan oleh Gubernur dengan penyeludup dan pembajak, dan mengirim kembali kesalahan penanganan Perjanjian Suplementer, tak lambat dalam mengatributkan pembagian menonjol kepada Sir H. Pottinger dalam keberadaan perdagangan Hongkong. Para pejabat dan masyarakat sepenuhnya di luar dari sentuhan dengan satu sama lain. Surat-surat kabar bebas menuduh Surveyor Umum, Kepala Magistrat, Postmaster dan pegawai lainnya, sementara laporan resmi yang dikirim ke Downing Street diyakini melukiskan penyidikan pedagang dalam warna cerah. Seingkatnya, Koloni Hongkong mengalami pada hari-hari awal, yang bertahan selama beberapa dasawarsa kemudian, dari 'tanah fitnah dan demam hantu.'

Ini menjadi keadaan genting kala, kala pengerahan para kolonis, Sir John Davis, mantan penerus Lord Napier pada jabatan Petinggi Dagang, datang mengenakan seragamnya di Hongkong (13 Mei 1844) untuk memulihkan Sir H. Pottinger. Pottinger nampaknya menjanjikan kelowongan berikutnya dari jabatan Gubernur Kepresidenan Madras, yang pemukimannya, walau dekat dengan Khatulistiwa, kala itu dianggap tak sepanas tempat bagi pejabat Inggris seperti halnya Hongkong pada masa itu. Tiga tahun sebelumnya, penyunting Canton Register menganggap peran nabi dan menyatakan peringatan mengerikan berikut ini. 'Hongkong,' kami baca dalam Canton Register tertanggal 23 Februari 1841, 'akan menjadi tempat persinggahan dan pertemuan seluruh penyeludup Tiongkok; toko-toko candu hisap dan rumah-rumah judi kemudian akan menyebar; sampai orang-orang akan dihantui seluruh roh buruk dan tak diinginkan di Kekaisaran tersebut; Pulau tersebut akan dikelilingi oleh Shameen apung (tempat-tempat buruk) dan menjadi neraka perairan.' Hal semacam itu menjadi suara dari Hongkong's Cassandra pada 1841, dan pada masa itu, pemerintahan Sir H. Pottinger ditutup, nubuat tersebut nampaknya terpenuhi dengan baik. Diragukan jika Sir Henry kembali ke Inggris dalam wadah pemikiran yang lebih bahagia ketimbang Kapten Elliot yang menuanginya namun sulit diatur.

Kala Sir H. Pottinger, usai kunjungan lain ke Bogue untuk keperluan pemberlakuan Perjanjian Suplementer, meninggalkan Koloni (12 Juni 1844), surat kabar lokal utama, menyatakan pandangan keras yang memikat pada penduduk pada masa itu, menyebut dirinya sebagai orang, 'yang, dengan seluruh bakat briliannya, nampak sangat memiliki esensi obligasi moral yang diberlakukan terhadapnya, hatinya secara bulat memberikan penekanan kemanusiaan yang terdera, atau tinggal dalam keterpencilan di kalangan beberapa parasit yang membatasi cendekiawan yang dikerahkan untuk mentonjolkan sorotan sosok besar.' Hal berlebihan sebagaimana pernyataan tersebut nampaknya merupakan keputusan umum dari komunitas pedagang pada rezim Sir H. Pottinger yang tentunya menjadi ketenaran utusan berkuasa penuh yang secara serius didalangi oleh pengerahan Gubernur.

Usai ia kembali ke Inggris, dia dilantik menjadi Anggota Dewan Penasehat dan Dewan Rakyat memberikannya dana pensiun £1.500 per tahun. Ia tak langsung mengambil pelantikan Madras selain mula-mula datang ke Koloni Tanjung Harapan (1846 sampai 1847) selaku Gubernur, dan kemudian memegang jabatan gubernur dan kepala panglima Kepresidenan Madras sampai 1854. Lahir pada 1789, ia wafat di 1856, dalam usia 67 tahun, di Malta.