BAB XVII.

Pemerintahan Sir John Bowring.

13 April 1854, sampai 5 Mei 1859.

Dalam sepuluh bulan masa cuti Sir G. Bonham (1852 sampai 1853), sementara Mayjen Jervois mengurusi pemerintahan Koloni, urusan Petinggi Perdagangan, seperti yang disebutkan di atas, secara terpisah diurus oleh Konsul Yang Mulia dari Kanton yang, untuk keperluan ini, sementara bersinggah di Balai Pemerintahan, Hongkong. Konsul dan Pelaksana Tugas Petinggi Perdagangan Inggris di Tiongkok tersebut adalah Dr. Bowring.

Sir John Bowring

Ia sebelumnya mendorong tindakan kepentingan Eropa dan keputusan wacana masyarakat untuk diri sendiri, untuk memakai perkataan kritik epigramnya sendiri terhadap Byron, agar lebih dapat dikatakan kecerdikannya alih-alih sifatnya. Kemampuan alami Dr. Bowring ditandai oleh keserbagunaan besar namun nampak kurang mendalam. Dimuali dalam kehidupan perdagangan dan menduduki sejumlah jabatan tanggung jawab pada Benua, ia mentonjolkan dirinya sendiri sebagai linguis, sebagai penerjemah sastra asing, sebagai penulis pamflet penting tentang perdagangan, keuangan dan ekonomi politik, dan sebagai anggota sejumlah Perhimpunan Kesusastraan. Sebesar-besarnya reputasi sastra dan politiknya, yang, kala Westminster Review dibentuk (1824) untuk menjelaskan doktrin-doktrin filsafat radikal terkenal, yang dikepalai oleh Jeremy Bentham, dan mengadvokasikan pandangan kubu liberal yang maju, ia terpilih menjadi penyunting pertama dan sukses menduduki jabatan tersebut selama beberapa tahun bersamaan dengan H. Southern. Pada masa penugasan Earl Grey, Pemerintah juga mengakui kemampuannya dan mengkaryakannya secara berulang, mula-mula sebagai Jurutulis untuk Komisi untuk menyelidiki catatan publik, dan pada kesempatan berikutnya dalam hubungan dengan Perjanjian Dagang bersama dengan Prancis, Zoll-Verein, Syam dan Belanda. Kala di Belanda, ia menerima (1829) gelar kehormatan Doctor Literarum Humaniorum dari Akademi Groningen. Pada tahun 1833, ia memasuki Parlemen sebagai Anggota untuk Kilmarnock (1833 sampai 1837) dan, usai tiga persaingan gagal untuk Blackburn dan Kirkcaldy, selama tujuh tahun mewakili Bolton (1841 sampai 1849). Pada masa tersebut, ia mengarahkan (pada 1846) perhatian Kementerian pada dugaan pencambukan ilegal di Hongkong dan mengambil bagian penting, sebagai anggota Komite Parlementer 1847, dalam penyidikan terhadap persoalan Hongkong dan hubungan Inggris dengan Tiongkok. Ia juga selama sejumlah tahun menjadi presiden Peace Society (didirikan sejak 1816) yang berkarya untuk mendorong gencatan senjata universal dan sikap aribitrasi internasional terhadap perang. Earl Clarendon dan Lord Palmerston sangat menyanjung Dr. Bowring dan selalu menjadi pendukung kuatnya. Namun, kala perombakan keuangan, Dr. Bowring maju pada suatu jabatan dan menerima pelantikan Konsuler pada Januari 1849. 'Lord Palmerston,' ujarnya dalam autobiografinya, 'menawarkanku jabatan Konsul Kanton kala persoalan diplomatik dengan Kerajaan Tengah dibahas.' Namun, penugasan sebenarnya di Kanton menjadi penjelasan sederhana dan bahkan pada masa pendeknya menjadi Pelaksana Jabatan Petinggi pada 1852, ia menghiraukan batas pemerintahan pendeknya dan menganggap dirinya menjadi sosok yang tak dilantik. Namun, ia mengikuti kebijakan Sir G. Bonham, yang memerintah dalam damai atas sejumlah kantor Konsuler dan cuti, kala di Hongkong, dari segala campur tangan dengan persoalan Koloni, di luar kesadaran lewat kontribusi sinologi dan lewat inspirasi sanjungan pribadinya terhadap Cabang Hongkong dari Royal Asiatic Society. Salah satu surat paling berharga yang ditulis olehnya pada masa itu adalah pengerahannya terhadap Lord Clarendon tertanggal 19 April 1852, yang dengan benar dan jelas ia menjelaskan kebijakan Pemerintah Tiongkok, pada sepuluh tahun sebelumnya, sebagai salah satu pertikaian tak terhindarkan dan menyemai ketidakselarasan menonjol dari niat Inggris dan Tiongkok di Timur Jauh.

Pada masa kepulangan Sir G. Bonham, Dr. Bowring, alih-alih meneruskan tugasnya di Kanton, berbalik (16 Februari 1853) dan kembali lewat Jawa menuju Hongkong. Disana, ia mengamankan jabatannya sendiri yang lama diduduki pada jabatan ganda Utusan Berkuasa Penuh Yang Mulia di Tiongkok dan Gubernur Hongkong. Pada 24 Desember 1853, ia diangkat menjadi Knight Bachelor oleh Yang Mulia dan sebuah pernyatana dikeluarkan yang, kala menghimpun niat untuk pemisahan berikutnya terhadap jabatan Kepala Petinggi Perdagangan dari Gubernur Hongkong, melantik Sir John Bowring menjadi Urusan Berkuasa Penuh Yang Mulia dan Kepala Petinggi Perdagangan, serta Gubernur Hongkong dan Sekitarnya dan Kepala Panglima dan Wakil Laksamana dari tempat yang sama. Kala Sir John menerima (13 Februari 1854) instruksinya lewat pernyataan tersebut, dan mendapati dirinya juga bertugas untuk mengatur perjanjian perdagangan dengan Siam, ia merasa kebesarannya melampaui kekuasaannya. 'Demi Tiongkok, aku datang,' ujar Sir John, 'selaku perwakilan Ratu, dan tak terakreditasi untuk Peking saja namun untuk Jepang, Siam, Tiongkok dan Korea, aku meyakini sejumlah besar hal (sehingga tak kurang dari sepertiga umat manusia) ketimbang sosok manapun yang diakreditasikan sebelumnya.' Sehingga, dengan menyematkan ketebalan penghormatan terhadapnya, ia berlayar ke Tiongkok dengan suara kejayaan yang berdentang di telinganya.

Kala ia datang ke Hongkong (13 April 1854), kala ia mengangkat Kolonel W. Caine menjadi Wagubnya dan Hon. W. T. Mercer menjadi Jurutulis Kolonial-nya, ia mendapati masyarakat bersaing dan Pelayanan Sipil masih bebas dari tekanan apapun. Para pemukim tentunya tak akrab dengan Gubernur baru mereka namun, walau mereka mengaitkannya dengan kecemasan terhadap glorifikasi diri, dengan canda berujar bahwa ia datang kembali dengan nasib Tiongkok dan diri sendiri, tak ada kehendak buruk terhadapnya. Masa-masa yang dijalani tentunya menonjol.

Kala malam kedatangannya di Hongkong, Sir John menerima kabar deklarasi perang (28 Maret 1854) melawan Rusia. Secara langsung ia bergerak, bersama dengan Laksamana (Sir James Stirling) ke Chusan, dengan harapan menghampiri armada Rusia di bawah komando Count Pontiatin. Ini adalah perburuan angsa liar. Rusia telah meninggalkan wilayah tersebut tanpa diketahui. Sementara itu, kekhawatiran pendudukan Rusia terhadapHongkong menghantui para penduduk. Sehingga, ketakutan berkembang menjadi kepanikan (3 Juni 1854) kala Wahub mengumumkan kondisi tanpa pertahanan Koloni dan dalam perasaan panas memerintahkan baterai-baterai didirikan. Namun, tak ada yang terjadi kala skuadron terpadu Inggris-Prancis menaham Rusia di teluk pesisir Siberia. Pelabuhan Petropaulowsky dibombardir (1 September 1854) namun serangan darat mengalami kegagalan. Armada sekutu tersebut, yang hanya terdiri dari enam kapal, terlalu lemah untuk keperluan tersebut selain menyerang pos-pos luar Rusia. Gubernur kembali murung. Namun patriotisme Hongkong mendorong dirinya ke pertemuan publik (21 Februari 1855) yang menghasilkan pernyataan penyumbangan swasta yang telah diumumkan, dan jumlah uang yang kemudian mencapai £2.500 diserahkan kepada Patriotic Fund di London. Ini dilakukan sebagai pernyataan penerimaan yang dilakukan di Koloni untuk tindakan heroik AD dan AL Inggris yang dilakukan dalam apa yang disebut sebagai 'perjuangan mulia melawan agresi Rusia' dan simpati Hongkong terhadap penderitaan pada masa berikutnya. Selain itu, pernyataan patriotik kepada Ratu yang dinyatakan (15 Maret 1855) mendeklarasikan pengesahan masyarakat terhadap perang melawan Rusia dan aliansi yang bergabung dengan 'Kekaisaran Prancis raya,' dan menyatakan harapan agar pertikaian tersebut yang secara tak terhindarkan diambil akan didorong. Pernyataan terbarukan kala kabar datang bahwa Hon. Ch. G. J. B. Elliot, dalam mengkomandi Kapal-kapal Yang Mulia Sibylle, Hornet, dan Bittern, mendapati lima kapal Rusia yang bersembunyi di Teluk Castries, diuntit, untuk menyamarkan perwira bawahannya, tak peduli untuk penjalinan dengan Rusia. Persoalan tersebut setelah itu menjadi persoalan darurat militer di Inggris yang mengerahkan panglima skuadron tersebut. Satu-satunya peristiwa dalam perang Rusia yang berdampak pada Hongkong secara langsung adalah kedatangan kapal Jerman Greta di pelabuhan (21 September 1855) dalam penugasan awak H.M.S. Barracouta dengan 270 tahanan perang Rusia dan salah satunya adalah Pangeran Michaeloff. Mereka adalah para perwira dan awak kapal perang Rusia Diana yang mengalami karam di Jepang. Kapal Greta, yang dicarter untuk mengerahkan pasukan Rusia dari Simoda ke Ayen, direbut oleh Laksamana Stirling. Pada November (1855), Pengadilan Wakil Laksamana Hongkong mengecam kapal tersebut diajdikan penghargaan sah kepada H.M.S. Barracouta. Kebesaran timbul kala kabar restorasi damai dengan Rusia dicapai (26 Juni 1856). Seluruh kapal di pelabuhan dirombak menjadi lebih perkasa, penghormatan ditembakkan, dan kebaktian pengucapan syukur diadakan di Union Church (2 Juli 1856) dan pada hari Minggu berikutnya di Katedral.

Siam kemudian menarik perhatian Sir J. Bowring. Pemerintah Inggris telah lama cemas, dalam kepentingan dagang, untuk menghimpun perjanjian dengan Siam, namun upaya berulang yang dibuat dalam pengarahan tersebut oleh Gubjen India dan kemudian (1850) oleh Sir James Brooke dari Sarawak mengalami kegagalan. Amerika Serikat juga menyatakan dorongannya untuk membuka Siam terhadap perdagangan asing. Sir J. Bowring kini berniat dengan tangannya dan berhasil kala sosok besar mengalami kegagalan. Ia mulai membuka hubungan sastra pribadi dengan Raja muda yang menerima pendidikan Eropa dan, menjadi semangat layaknya didukung dengan aspirasi baik, terpikat oleh ketenaran doktor handal tersebut sebagai sosok yang cerdik dalam bidang kesusastraan. Kemudian, menanggapi pergerakan Sir John terhadap persaudaraan kesusastraan, dua utusan dari Siam datang ke Hongkong (12 Agustus 1854) atas perintah kerajaan. Sir John menerima para utusan tersebut lewat kunjungan resmi sebagai pengerahan yang sebenarnya membalas surat kerajaan. Karena keberuntungannya terjadi sejauh ini, ia bahkan lebih disenangi lewat kekayaan yang diamankan untuk misi tersebut, kegagalan besar diperkirakan pada segala pihak, penugasan diplomatis muda, Mr. (kemudian Sir) Harry Parkes dari Konsulat Kanton. Kebesaran menjadi kebutuhan untuk diplomasi. terdapat kubu kuat di Istana Siam, untuk memutuskan tak menjalin kesepakatan dengan perdagangan asing. Sehingga, Sir John datang ke Siam pada Februari 1855, dengan dua kapal perang, menghindari segala ketidakinginan dan datang untuk mengerahkan kepentingan menonjol. Namun tindakan tersebut mendapati rintangan, kala kubu oposisi yang ditempatkan pada pergerakan misi tersebut, disingkirkan secara cerdik, merebut sumber daya dan pengerahan yang dikerahkan oleh Sir Harry Parkes. Dalam jangka pendek yang tak diharapkan tersebut, seluruh tindakan dini dikerahkan dan perjanjian perdagangan penting diputuskan (18 April 1855). Sir J. Bowring kembali ke Hongkong dengan kemenangan (11 Mei 1855) sementara Sir Harry Parkes pergi ke Inggris untuk mendapatkan tanda tangan Yang Mulia. Setahun kemudian, ratifikasi perjanjian dilakukan (5 April 1856) dan pasal-pasal tambahan ditandatangani (13 Mei 1856). Sehingga, pergerakan besar yang dibuat oleh Siam dalam perdagangan dan peradaban serta peningkatan perdagangan tahunan sesekali timbul antara Siam dan Hongkong, terhitung dari keputusan perjanjian tersebut, kesuksesan yang menjadi contoh pertama dari Sir John Bowring.

Pada masa singkatnya selaku Petinggi Perdagangan, Sir John dicabut, dan digantikan Earl Clarendon (pada 1854) untuk mengadopsi skema yang tak hanya dimajukan sampai saat ini namun membentuk model organisasi Konsuler yang diikuti oleh bangsa lain, dan akhirnya diperkenalkan di Hongkong (oleh Sir H. Robinson) sebagai skema Kadet. Ini adalah skema untuk mensuplai Penugasan Konsuler Inggris di Tiongkok dengan para Murid Penerjemah yang, kala mempelajari dialek Mandarin dan penulisan bahasa Tiongkok, akan menjadikan diri mereka sendiri dengan rutinitas bisnis Konsuler. Dalam memuluskan pemberlakuan langsung dari rencana Sir J. Bowring, Earl Clarendon menyodorkan satu calon ke King's College, London, dan satu calon ke setiap tiga Queen's Colleges di Irlandia.

Dalam hubungannya dengan Pemerintah Tiongkok, doktor handal tersebut mengalami kemalangan. Pengalamannya dalam negosiasi dan perumusan perjanjian-perjanjian perdagangan, yang meraih kesuksesan di Siam, tak memberikannya pergerakan dalam kontak dengan bangsa yang perdagangannya terpencil. Dengan kemampuan sastra, tak ada yang dilakukan selain perhatian pada pihak Tiongkok. Pengerahan doktor tersebut terhadap Groningen, yang memikat Raja Siam, nampak disorot para Mandarin Tiongkok kala ia menghampiri mereka. Upaya paling dini dan menonjol yang dimajukan olehnya untuk membuka hubungan pribadi dengan para pegawai Tiongkok tingkat tinggi mendapatkan penolakan keras. Sir John kemudian menyadarinya, menghiraukan dorongan besar terhadap tindak perdamaian, ia berniat untuk mendapatkannya lewat perbincangan langsung dengan pihak Istana di Peking yang mengalami kegagalan untuk menerima para pejabat tinggi provinsi. Sehingga, ia berangkat (16 September 1854) menggunakan H.M.S. Rattler ke Shanghai, didampingi Utusan Prancis M. Bourbillon, meninggalkan Mr. D. B. Robertson dalam penugasan Petinggi Perdagangan di Hongkong, sementara Kolonel W. Caine bertugas, seperti sebelumnya, sebagai Wagub. Setelah beberapa konsultasi diadakan di Shanghai, Sir John, Utusan AS McLane dan Jurutulis M. Bourbillon berangkat, menggunakan H.M.S. Rattler dan U.S.S. Powhattan, ke muara Peiho untuk mengadkana konferensi, yang ditujukan untuk membuka negosiasi langsung dengan Peking, diadakan dengan para wakil Waliraja Chihli. Dai luar kesempatan yang diharapkan para utusan asing, membuka ketertutupan mereka dan menjalin campur tangan dalam bantuan penindakan pemberontakan Taiping, pergerakan tersebut sepenuhnya berhasil. Kala mereka kembali ke Shanghai, para utusan mengalami kebungkaman terketat dalam keputusan konferensi mereka di Peiho. Tak peduli dengan kegagalan tersebut, pada dua tahun kemudian (Oktober 1856), Sir John berad apada titik permulaan kunjungan kedua ke Teluk Pehchihli, kala ketegangan timbuil di Kanton. Namun, kemudian berakhir.

Sir John dan para utusan lain menganggap mereka dapat sesukses mungkin dalam mengamankan hubungan diplomatik langsung dengan Peking, tanpa tekanan bidikan senjata, karena Pemerintah Kekaisaran pada masa itu sangat tertekan oleh pergerakan pemberontakan Taiping dan memutuskan untuk diam-diam menjalin campur tangan asing. Mengikuti contoh pendahulunya, Sir John mengirim para Pegawai Konsuler ke Chinkiang dan Nanking (September 1854) untuk melaporkannya soal stabilitas, sumber daya dan kemakmuran Dinasti Pemerintah, datang dengan keputusan bahwa Pemerintah Pemberontak merupakan ancaman besar. Sehingga, ia memutuskan agar kepentingan perdagangan Inggris di Timur menuntut peniadaan netralitas yang diberlakukan oleh Kantor Luar Negeri dan ia berharap untuk menghimpun pembukaan Tiongkok terhadap perdagangan asing dengan menawarkan campur tangan asing. Dalam mengambil pandangan tersebut, Sir John bergerak melawan sebuah holongan yang sepenuhnya terwakili di Tiongkok dan di Inggris oleh Uskup Smith dan Perhimpunan Misionaris yang pada waktu itu diadvokasikan oleh Pegawai Konsuler (T. T. Meadows). 'Jika pasukan Taiping,' tulis Mr. Meadows, 'berlanjut, maka 480 juta orang dari 900 juta orang yang menghuni bumi akan memeluk Kristen dan mengambil Alkitab sebagai standar kepercayaan mereka.' Sehingga, Sir John, dengan pernyataannya yang terakreditasi, sebagai perwakilan Tiongkok, mendapatkan bagian besar dari umat manusia, berjuang melawan cobaan yang terhimpun karena rasul Taiping yang menghimpun peran dalam kecerdasannya. Selain bahwa mantan Presiden Peace Society harus berpikir mengeluarkan pedang Britania Raya ke skala melawan kelompok yang disebut Kristen Taiping dan kemudian mengangkat pedang melawan pemerintahan Manchu, menjadi anomali yang, walau menyebabkan perlawanan kerasnya di Tiongkok sampai membuatnya menjadi ateis, mengasingkan para teman politik bungkam darinya di Inggris.

Sementara itu, pemberontak Taiping meneruskan pergerakan mereka ke provinsi-provinsi tengah dan selatan Tiongkok. Pada Juli 1854, kota Fatshan (Birmingham dari Tiongkok Selatan) jatuh ke tangan mereka dan kepanikan pecah di Kanton (20 Juli 1854) mengakibatkan pelarian besar dari kelas-kelas kaya. Kerumunan orang mencari suaka di Hongkong. Kota Kowloon, di seberang Hongkong, pada akhir September 1854, berulang kali direbutirebut oleh Pemberontak dan Imperialis. Pemberontak menutup Kanton dari segala sisi dan menghimpun blokade Sungai Kanton yang menyebabkan perdagangan kapal jung kota Kanton berpindah untuk suatu waktu ke Hongkong. Karena peningkatan besar pembajakan dan fasilitas untuk penyeludupan disediakan lewat penggelontoran besar jasa pendapatan Kekaisaran, terjadi tawaran kuat di Hongkong bagi kapal-kapal Eropa kecil (lorcha) yang dicarter atau dijual oleh firma-firma Tiongkok lokal untuk mengkirab armada jung atau melakukan perdagangan berbiaya tak biasa. Sir J. Bowring menggerakan pergerakan lewat pengesahan dua Perintah (No. 4 dari 1855 dan No. 9 dari 1856) yang memberikan pendaftaran Kolonial, dan pemakaian bendera Inggris, untuk kapal-kapal yang dimiliki oleh pemukim Tiongkok mendaftarkan penyewaan lahan Mahkota di Koloni. Penaklukan kota-kota daerah Hoifung dan Lukfung (di timur laut Hongkong) oleh Taiping pada September 1854, sangat mengganggu, pada suatu waktu, terhadap suplai pasar Koloni. Kelompok bersenjata Taiping juga terkadang berkirab di jalan-jalan raya, sampai kepolisian (21 Desember 1854) menghentikannya dengan menangkap beberapa ratus pemberontak bersenjata di Lower Bazaar yang nyaris memutuskan untuk menyerang kota Kowloon. Pada sekitaran masa yang sama, Gubernur mengeluarkan Perintah Netralitas (No. 1 dari 1855) untuk mengatur pengecualian dari pelabuhan kapal bersenjata di bawah bendera Tiongkok dan pembuatan dan penjualan senjata dan amunisi. Sejak September 1854, terjadi pendaratan di pelabuhan oleh armada kapal jung perang di bawah komando terduga pangeran (Hung Seu-tsung) Dinasti Taiping, yang, dengan perwiranya, menjalin hubungan dengan Kristen Tiongkok lokal dan beberapa Misionaris. Lebih dari sepekan bungkam usai pengesahan Perintah tersebut tanpa pemberlakuan dan sementara itu Koloni nyaris disingkirkan (23 Januari 1855) marabahaya pertempuran AL terjadi di pelabuhan, kala sembilan kapal jung perang, yang mengangkut 2.000 pasukan Imperialis, datang dan mendarat di barat Lower Bazaar sementara sejumlah besar kapal jung perang Taiping bergerak mendekati kapal rumah sakit Minden. Namun, usai banyak penundaan, kedua belah kubu diperintahkan keluar dan menarik diri secara damai di arah berbeda. Armada Taiping kembali ke Hongkong pada September 1856, kala Hung Sen-tsung menyerahkan sebuah surat kepada Gubernur, yang menyatakan bahwa ia diperintahkan oleh Kaisar Taiping untuk merebut provinsi Kwangtung, dan meminta ijin untuk memakai kapal-kapal uap dan jung Hongkong untuk menggerakkan pasukannya ke Poklo sehingga mereka akan memulai operasi melawan pasukan Manchu. Sir John Bowring mengirim salinan surat ke Waliraja Yeh dan mengklaim beberapa peran yang mengikis usulan aliansi.

Perlu dicatat bahwa keberhasilan Taiping yang berlangsung lama tak membuat Pemerintahan Manchu memperhalus kebijakan anti-Eropanya dalam tingkat terrendah. Berulang kali, Sir John membujuk Waliraja Kanton untuk menghargai persahabatan Inggris dengannya. Lagi-lagi, ia kembali diingatkan oleh seorang Mandarin soal akumulasi kejadian tak berdarah yang memicu peningkatan penolakannya terhadap hak perjanjian, dan menekannnya untuk melakukan setidaknya wawancara bersajabat untuk diskusi informal soal situasi tersebut. Semua itu sia-sia. Kala Mr. (kemudian Sir) Rutherford Alcock diangkat pada jabatannya sebagai Konsul Yang Mulia di Kanton, Sir John menulis kepada Waliraja Yeh (11 Juni 1854) dan memutuskan untuk memperkenalkan Konsul tersebut kepadanya. Yeh meninggalkan sikap tak mengakui selama sebulan dan kemudian memberitahukan Sir John secara tak seremonial bahwa tak ada dasar untuk menerima permintaannya. Menjelang akhir tahun yang sama, kala Taiping memblokade sungai Kanton dan mengalahkan armada Imperialis (29 Desember 1854) dalam sebuah pertempuran sempit di Whampoa, Waliraja yang membanggakan tersebut, pada waktu tertekannya, memutuskan untuk membujuk Sir John untuk melindungi kota Kanton melawan serangan Taiping yang tertunda. Sir John berangkat ke Kanton dengan Laksamana Stirling (Januari 1855) dan, di bawah naungan perlindungan nyawa dan harta benda penduduk Inggris di Kanton, ia mengerahkan pasukan besar (kapal-kapal Winchester, Barracouta, Comus, Rattler dan Styx). Pergerakan tersebut memiliki dampak yang diinginkan dalam menghalau armada Taiping yang kemudian menarik diri. Namun kala Sir John sekali lagi kini menanyai Yeh untuk wawancara dan memajukan janji yang tak terpenuhi untuk membuka kota Kanton, Waliraja tak berrahmat tersebut bersikap keras kelapa. Earl Clarendon telah, kala memberikan instruksinya kepada Sir John (13 Februari 1854), secara khusus memperingatkannya, 'untuk memperlakukan seluruh pertanyaan perbincangan tak terbatas dengan Tiongkok dengan peringatan besar, sehingga tak menyenggol kepentingan perdagangan yang, dengan penanganan ketat, akan menghimpun perluasan yang lebih besar setiap hari.' Namun pada kebijakan yang dirajut di Kanton tersebut, hak yang diberikan kepada pemukim Inggris dan memaafkan hinaan yang makin sering ditujukan kepada mereka oleh kota membanggakan tersebut, tak ada kebaikan dengan rakyat seperti halnya priyayi Kanton. Ini sebetulnya menunda krisis tertunda dan menempatkan jeda singkat yang terjadi selama bertahun-tahun ysai pemberlakuan hak perjanjian. Kanton kini menjadi satu-satunya pelabuhan di Tiongkok tempat Perjanjian Nanking tak dihargai secara sistematis, dan ini dilakukan di Kanton singkatnya atas dasar kedekatannya dengan Hongkong. Pendirian Koloni Inggris di muara Sungai Kanton menakut-natiku Kanton seperti halnya Alsatia Jerman yang sensitif terhadap orang Prancis: Sebuah luka menganga di pihak mereka, sebuah sumber dari iritasi mutlak.

Yeh Ming-shen, penerus Seu Kwang-tsin dalam penugasan Komisioner Kekaisaran dan Kewalirajaan di kanton dan pakar paling terpercaya dari kebijakan Manchu yang tak menghasilkan apapun selain pelajaran paksa dan diikatkan bukan oleh siapapun selain penjaga material, merupakan sosok yuang menghimpun iritasi besar yang ada dalam sebuah krisis. Ia menjadi berhala priyayi dan golongan sastrawan di Kanton yang telah (pada 1848) mendirikan, dalam menghormati Sen dan Yeh, sebuah prasasti batu yang mencatat kebencian mengerikan mereka terhadap orang Eropa dalam pernyataan kenangan berikut ini, 'meskipun seluruh masyarakat umum menyerah, seperti yang diharapkan, pada seluruh keputusan orang barbar, hanya kami dari Kanton, di Samyuenli (1841) yang pernah menghancurkan mereka, dan di Wongchukee (1847) memotong mereka menjadi sejumlah potongan: bahkan anak kami ingin menyantap daging mereka dan tidur di atas kulit mereka.' Waliraja Yeh, perwakilan pihak tersebut, membenci kekuatan, perdagangan dan peradaban Eropa bahkan melebihi pendahulunya. Namun, ia tak agrasif maupun berpikir buruk kala memperkuat pertahanan atau pasukannya. Sehingga, ia memutuskan untuk mengutamakan ketuanan Tiongkok di atas seluruh orang barbar. Ia menyalahkan Seu karena terlalu lembut dengan para utusan berkuasa penuh dan konsul. Ia takkan mengadakan wawancara dengan jenis apapun. Ia singkatnya akan mengarahkan keputusan kepada mereka. Pada kenyataannya, ia tak pernah mengadakan wawancara dengan warga asing manapun, meskipun Sir John memohon kepadanya dengan argumen dan Sir M. Seymour membombardir huniannya untuk menerimanya, dan ia tak pernah bertatap muka dengan orang Eropa sampai pada suatu hari (5 Januari 1858) kala rumah susunnya diledakkan tanpa peringatan dengan jaket-jaket biru H.M.S. Sanspareil dan kala ia memanjati tembok, ia ditangkap dengan pegangan kuat Sir Astley Cooper Key sementara Komodor Elliot 'memelintir rambut ekor Komisioner Kekaisaran dengan kepalan tangannya.' Namun, aku mengantisipasi.

Dari masa pengangkatan jabatan Yeh, sikap anti-asing golongan sastrawan di Kanton menjadi semakin diucapkan. Terdapat jeda singkat pada 1855 dan 1856 kala Taiping mengepung sekitaran kota Kanton. Namun kala pemberontak menarik diri, priyayi Konaton melanjutkan tindakan pertikaian mereka. Plakat dan tulisan anti-Eropa disebarkan di seluruh kota dan daerah pada musim panas 1856. Orang Inggris dirajam jika mereka berjalan sendiri di tempat manapun di luar pabrik. Ini terasa pada kedua belah pihak bahwa sebuah ledakan telah terjadi. Sehingga, kubu manapun bersiap untuk perjuangan mendatang.

Ini menjadi perkara kala, pada 8 Oktober 1856, insiden kecil terjadi yang memicu Perang Arrow terkenal. Para pembuat tawarikh Tiongkok menuturkan ceritanya sebagai berikut. 'Kesulitan timbul lewat sebuah lorcha (disebut Arrow), membuat kapten Inggris dan awal Tiongkok, yang berlabuh di Kanton dengan mengibarkan bendera Rusia (sic). Kini Perjanjian Nanking disediakan agar menyerah seperti Tiongkok mencari suaka di Hongkong atau di atas kapal Inggris. Kala Otoritas AL Tiongkok menyadari bahwa awaknya adalah orang Tiongkok, sebuah dakwaan diberlakukan terhadap orang barbar terkait dan dua belas pelaut Tiongkok dirantai ke Kanton.' Pada kenyataannya, faktanya demikian. Beberapa penyewaan mahkota Tiongkok di Hongkong secara sah dibeli di wilayah Tiongkok dan kapal-kapal buatan alat kecil (lorcha) dari para pegawai Tiongkok yang jabatannya direbut ulang dari pembajak Tiongkok. Para pembeli, pemukim Hongkong, membawa kapal tersebut ke Koloni, memberikannya nama Arrow, dan dalam bentuk demikian memberikannya pendaftaran Kolonial (pada Oktober 1855) di bawah Perintah No. 4 tahun 1855. kala para pemilik asli kapal tersebut (yang memberikan hak kepada pegawai Tiongkok) mengeluarkan keluhan melawan para pembeli di Mahkamah Agung Hongkong, kepemilikan kapal tersebut dihimpun secara yudisial. Kapal Arrow kemudian dipakai dalam perdagangan pesisir yang sah, terbuka untuk kapal-kapal Inggris, dan kemudian mengunjungi pelabuhan Kanton, mengibarkan bendera Inggris, pada 8 Oktober 1850. Meskipun pembaharuan pendaftarannya dilakukan beberapa hari belakangan, agar tak secara hukum memberikannya hak selaku kapal Inggris. Meskipun demikian, Otoritas Tiongkok mengetahuinya. Penangkapan tanpa peringatan terhadap awaknya pada pihak Otoritas Tiongkok atas dakwaan 'berkolusi dengan orang barbar' dan penolakan mereka terhadap tawaran Konsul Parkes agar orang-orang tersebut menyerah kepadanya untuk pengadilan di Pengadilan Konsuler (seperti yang diwajibkan oleh Perjanjian), memberikan fakta tak terbantahkan dari kasus tersebut. Satu-satunya penekanan yang dilanggar dari hak perjanjian tersebut berbeda dari sejumlah tindak Otoritas Kanton sebelumnya adalah fakta bahwa penangkapan awak yang terlibat dalam kasus tersebut menghina bendera Inggris.

Bagi pedagang dan pemilik kapal Tiongkok yang singgah di Hongkong, titik sengketa muncul pada pertanyaan soal siapa pemilik kapalnya, yang secara sah didaftarkan di bawah Perintah Hongkong, yang membuat mereka terkena dakwaan berkolusi dengan orang barbar. Laksamana di persinggahan tersebut, Sir Michael Seymour, nampak pada kasus tersebut sebagai penghinaan tak tersulut untuk menyelesaikan persoalan hubungan resmi yang ditujukan pada dirinya dan untuk mengamankan janji pembukaan kota Kanton yang dituntut oleh pedagang. Penasehat Tiongkoknya, Konsul Parkes dan Jurutulis Wade, melihat lebih dalam dan mengakui kasus tersebut, bukan asumsi terbodoh lama dari ketuanan Tiongkok, namun konflik tak terhindarkan antara Eropa dan Asia atau (yang kala dituturkan oleh Parkes pada masa itu) antara peradaban Kristen dan paganisme semi-beradab. Pada tingkat manapun, hal semacam ini menjadi sangat jelas, bahwa, bahkan jika kasus Arrow tak pernah terjadi, pertikaian akan pecah sepenuhnya secara bersamaan.

Sir J. Bowring mengerahkan penindakan dengan menuntut (10 Oktober 1856) penyerahan kru secara terbuka. Ini ditolak. Ia kemudian menuntut (12 Oktober) permintaan maaf. Ini juga ditolak. Sir John kemudian memerintahkan perebutan (14 Oktober) kapal meriam Tiongkok. Yeh membodohi retribusi semacam itu dan mengirim pesan bahwa kapal meriam tersebut bukanlah miliknya secara keseluruhan.Pada akhirnya (21 Oktober), Sir John mengencam operasi perang tanpa permintaan maaf yang ditawarkan dan para awak dikembalikan ke kapal mereka dalam 24 jam. Yeh mengirim dua belas orang ke Konsul dengan pesan bahwa dua orang tersebut harus dikembalikan kepadanya seperti yang diinginkan oleh mereka, dan menolak permintaan maaf. Laksamana Seymour kini bergerak dan bertindak untuk membalas hinaan terhadap bendera Inggris. Ia dikatakan menuntut permintaan resmi kepada Yeh dan akses, untuk keperluan tersebut, ke kota. Kala Yeh menolak tawaran tersebut, terjadi peristiwa yang kemudian dikenal sebagai Perang Arrow.

Sehingga, Laksamana menghancurkan sejumlah benteng Tiongkok (23 dan 24 Oktober), dan, kala hal tersebut gagal untuk menekan Waliraja secara dini, Laksamana membombardir (27 sampai 29 Oktober) hunian resminya. Berseberangan dengan seluruh harapan, tindakan tersebut juga gagal membuahkan permintaan maaf. Kemudian, tembok kota di sebelah kediaman Yeh dibobol (29 Oktober), namun Yeh, yang menghapus jarak aman dalam kota, melakukan hal terburuk terhadap Laksamana, merasa menyadari bahwa pengerahan pasukan di bawah perintah Laksamana tersebut takkan menyerbu ke dalam kota Kanton tempat sastrawan dan pengawal mereka telah dinyatakan aman dari invasi. Untuk menggerakkan para kolega Yeh, Laksamana membombardir (3 sampai 5 November) hunian resmi Gubernur Sipil dan Jenderal Tartar. Yeh masih membangkang. Laksamana menghancurkan benteng lain (6 November) dan menggerebek benteng Bogue (12 dan 18 November). Namun, kala tindakan tersebut juga membuat Waliraja gigih dan keras kepala, Laksamana memberitahukan Sir John bahwa, dalam ketiadaan pasukan, tak ada hal lain yang dapat dilakukan dan ditarik ke Hongkong, sehingga ia menulis permohonan untuk pengerahan setidaknya 5.000 pasukan. Pemukim Tiongkok dan Eropa di Hongkong tercemaskan.

Kini, kejadian tersebut menjadi tindakan Yeh untuk melakukan pertikaian dengan caranya sendiri. Ia sebelumnya (28 Oktober 1856) menghargai $30 untuk kepala orang Inggris. Ia kemudian meningkatkan tawarannya dengan jumlah 100 tael per kepala, menyerukan penduduk Tiongkok di Hongkong untuk langsung meninggalkan Koloni, dan menempatkan plakat-plakat di jalan-jalan Hongkong dan Kanton dengan tujuan agar orang-orang membalas kesalahannya dengan cara apapun. Menanggapi tindakan tersebut, yang mula-mula tak berdampak di Hongkong, gerombolan Kanton menyulut kebakaran pada pabrik-pabrik Eropa di Kanton (14 Desember 1856) dan kemudian (Januari 1857) ke dok dan toko Inggris di Whampoa.

Di Hongkong, tempat pemberontak dan pembajak profesional beserta brigade Taiping menghimpun kepentingan umum di bawah naungan serikat-serikat Triad lokal, komunitas Eropa, bahkan sejak insiden Arrow, diwarnai oleh pertumbuhan rasa tidak aman. Pada 10 Oktober 1856, sebuah pertemuan publik, yang diadakan untuk mengurusi persoalan-persoalan yang secara serius berdampak pada kepentingan Koloni, mengeluhkan ketidakhandalan total Kepolisian untuk perlindungan nyawa dan harta benda. Berbagai bentuk pendaftaran pemukim Tiongkok, yang dilakukan untuk mengkecualikan orang Tiongkok yang tak berkutik, mengusulkan dan mendorong Pemerintah dengan kepercayaan besar. Namun, Sri John tak percaya dengan surat-surat yang akan dihasilkan dan bergerak dari tindakan eksekusi yang akan melibatkan deportasi paksa sebagian besar penduduk Tiongkok lokal. Penolakannya terhadap sanksi tindakan besar apapun yang dicetuskan oleh masyarakat Inggris memberikan penawaran besar dan keterusikan meningkat kala armada menarik diri dari Kanton, dipukul mundur oleh pasukan Yeh, dan sehingga kala plakat-plakatnya nampak di setiap persimpangan jalan menyerukan agar seluruh penduduk Tiongkok setia di Hongkong untuk membalas keburuhannya dan memicu perang melawan seluruh orang Eropa yang hanya dapat melakukannya dengan memakai belati, racun atau alat bakar. Masyarakat Eropa kini merasa musuh berada di tengah mereka, bendera Inggris dinista, AL dikalahkan, Gubernur juga merasa dalam bahaya. Apa tindakan yang diambil oleh Gubernur, hanya dijadikan untuk meningkatkan pengharapan yang kini dicetuskan untuk mengambil alih komunitas. Pada 30 Desember 1856, sebuah pemberontakan besar dari gerombolan yang bermunculan, H.M.S. Acorn berlabuh di dekat Central Market untuk mengumpulkan sekelompok orang Tiongkok di kawasan tersebut. Pada hari yang sama, Kepolisian auksilier dihimpun dan upaya dibuat untuk mengerahkan sukarelawan sebagai perintang khusus. Tahun baru dibuka dengan kabar bahwa S.S. Feima, yang diserang oleh pasukan Tiongkok, bergerak ke berbagai tempat, dan dikerahkan untuk bergerak di belahan berbeda dari kota tersebut. Gubernur kini mengeluarkan (6 Januari 1857) rancangan Perintah yang sangat menggebu-gebu untuk lebih mengamankan perdamaian Koloni. Namun tindakan tersebut disertai dengan, tindakan yang lebih besar terhadap pengaturan pengamanan malam, deportasi terduga utusan atau sekutu musuh dan kerjasama dasar untuk meredakan kebakaran, tanpa memberikan kelonggaran pada masyarakat dalam ketiadaan bentuk Draconic dari pendaftaran dasar. Hal ini sempat lebih menunjukkan bahwa setiap warga Tiongkok tak memberikan lencana resmi dan surat pendaftaran terhadap orang-orangnya yang harus dideportasi. Perasaan tak aman meningkat. compulsory registration. Jardine Matheson and Company mendapatinya membutuhkan pengerahan jaket biru dan marinir untuk menjaga persinggahan mereka, dan surat-surat kabar lokal kini menerbitkan 'kronik harian kejahatan Tiongkok.' Sepanjang malam pertama tahun 1857, kronik tersebutberisi bahan-bahan harian dari peristiwa lokal seperti 'penembakan empat orang dengan bola api terhadap mereka; kelumpuhan sementara tiga orang Eropa usai menyantap sup beracun; penemuan jasad tanpa kepala di lembah Wongnaichung; penembakan terhadap tempat-tempat Crosby di Queen's Road Central; penaklukan S.S. Thistle (13 Januari 1857) oleh prajurit Tiongkok yang menyamar menjadi penumpang, yang membantai sebelas orang Eropa dan sejumlah orang Tiongkok dan membakari kapal tersebut.'

Pada pagi hari tanggal 15 Januari 1857, beberapa jam sebelum surat dikirimkan ke Eropa dan sejumlah berita dikabarkan ke pelabuhan, warga asing diwarnai oleh kepanikan besar, karena di setiap meja sarapan Eropa diberi catatan 'racun di dalam roti.' Sekitar 400 orang Eropa, yang pada pagi itu diduga menyantap roti yang disuplai oleh toko roti E-sing, milik pria asal Heungshan bernama Ah-lum, menderita keracunan arsenik. Setiap 4 potong roti putih, yang kemudian diperiksa di Woolwich (oleh F. A. Abel), mengandung 92 persen arsenik putih. Roti bakar berisi kandungan racun yang kecil (15 persen), sementara 4 ons roti ditemukan mengandung 2½ asam arsenik. Roti coklat mengandung sekitar 2½ kali dan roti putih sekitar 6 kali kandungan yang ditemukan dalam roti kabar. Orang-orang yang menyantapnya banyak yang sangat menderita. Beberapa orang, termasuk Nyonya Bowring, mengalaminya pada saat itu. Banyak orang mengalami gangguan kesehatan secara permanen. Semuanya mengalami denyut keras yang timbul akibat tindakan langsung yang didalangi oleh para pembunuh. Tak ada kematian langsung yang disebabkan oleh insiden peracunan tersebut namun beberapa orang, termasuk Nyonya Bowring, yang pulang ke Inggris dan gagal untuk sembuh, sangat dikhawatirkan menjemput ajal. Bahkan setelah setahun (17 Januari 1858) surat-surat kabar lokal menyatakan, dengan rujukan kepada kematian Mr. S. Drinker dan Kapten Williams dari S.S. Lily, bahwa kematian mereka secara medis berasal dari arsenik yang ditujukan kepada mereka pada hari peracunan besar tersebut. Pada pagi mengenang tersebut, pemeriksaan dilakukan dengan sangat mendalam. Para anggota medis Koloni, kala secara pribadi sekarat akibat ragun tersebut, menilik dari rumah ke rumah, menyusuri setiap langkah lewat pemeriksaan mendalam dari segala arah. Peringatan diberlakukan pada setiap keluarga Eropa. Ah-lum, sang pembuat roti, yang selama berpekan-pekan sebelumnya dikhawatirkan oleh pesan-pesan dari para Mandarin Heungshan untuk pergi dari Hongkong menuju Makau pada pagi itu dengan istri dan anaknya, meskipun mereka juga mendapati diri mereka sendiri diracun, dan Ah-lum kembali secara sukarela ke Hongkong kala ia ditangkap. Aneh untuk dikatakan, sang pekerja tak berlari bahkan usai racun tersebut berdampak, namun masih di toko roti sampai polisi, usai penundaan beberapa ham, datang dan menangkap 51 orang. Sebanyak 42 orang dari mereka ditahan selama 20 hari berturut-turut di sebuah sel polisi bawah tanah, dengan ukuran 15 kaki persegi dan tinggi 12 kaki. Sehingga, ini disebut sebagai 'Lubang Hitam Hongkong.' Surat-surat kabar lokal benar-benar meminta kepada Gubernur 'agar seluruh karyawan yang terracuni di toko roti E-sing ditempatkan di depan toko tempat skema tersebut diberlakukan.' Hakim Perdamaian, yang dikerahkan dari penerapan penghakiman massa, mendorong Gubernur untuk memberlakukan darurat militer dan mendeportasi setiap warga Tiongkok yang kesetiaannya tak dapat dipercaya. Meskipun setiap anggota keluarganya menderita akibat racun, Sir Hohn tetap tenang dan menolak segala saran penindakan keras. Namun melihat masyarakat yang mengalami teror, sikapnya pada masa itu tidaklah berbeda. Kala pada akhir bulan pengharapan tersebut telah diabaikan, pemukim Eropa masih mengeluhkan bahwa tak ada hal yang dilakukan oleh Gubernur untuk mendapatkan kepercayaan publik melawan kejadian musibah serupa atau lebih buruk, dan bahwa deportasi 123 tahanan (ke Hainan), yang dibebaskan dalam keadaan berkerumun, meningkatkan perasaan ketidakamanan yang besar.

Dampak penindakan pidana yang diberlakukan melawan Ah-lum dan tenaga kerjanya sama-sama tak selaras dengan pikiran publik. Tak ada bukti yang membuat orang-orang tersebut ditangkap, dan Ah-lum, yang dibela oleh Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial (Dr. W. T. Bridges), dibebaskan oleh keputusan dewan jur. Namun, ia dtangkap lagi sebagai terduga pelaku dan ditahan di tahanan sampai 31 Juli 1857, kala ia dibebaskan atas perintah Menlu, pada kondisi tak memulihkan Koloni selama lima tahun. Sementara itu, tindakan sipil yang ditujukan melawan Ah-lum oleh penyunting Friend of China (W. Tarrant) yang menuntut (24 Juni 1857) ganti rugi sejumlah $1.000 untuk pencederaan spesifik, yang diakibatkan dari penyantapan roti beracun yang dijual kepadanya oleh Ah-lum. Namun, Ah-lum pada masa itu mengalami kebangkrutan. Ia dinyatakan tak bersalah terhadap gugatan langsung apapun, namun masyarakat, yang mengaitkan kejahatan tersebut pada penyelidikan Mandarin Kanton, takkan meyakini hal lain selain bahwa Ah-lum telah, dalam beberapa tindakan, melakukan upaya meracuni seluruh pemukim asing di Hongkong.

Kala kabar peristiwa pertikaian di Kanton mencapai Inggris, beberapa partai poltik dalam oposisi membentuk koalisi dengan tujuan untuk memandu Kementerian. Lord Derby, yang didukung oleh Lord Lyndhurst dalam Dewan Bangsawan (24 Februari 1857), dan Mr. Cobden, yang didukung oleh Mr. Gladstone dan Mr. Disraeli dalam Dewan Rakyat (26 Februari 1857), secara heroik memantau kepentingan Teh yang mirip domba tak berdosa dan mengecam tindakan yang dipicu oleh Sir John Bowring dalam peristiwa yang sangat tak diinginkan tersebut. Pemeritnah dikatakan memiliki satu pemerintahan yang lemah dan yang pemerintahan lain yang kuat, dan agar tindakan Sir John Bowring dicap terlalu lunak terhadap otoritas Tiongkok. Lord Palmerston sangat membela tindakan Sir John namun, kala perdebatan terjadi, hal ini kemudian menjadi bukti bahwa persoalan yang terjadi tak hanya usulan pelantikan Komite untuk menyelidiki hubungan Inggris dengan Tiongkok, dan bahkan memanggil kembali Sir John, atas kehendak Kementerian. Namun, kala Mr. Cobden menyatakan penjagaan dilakukan dalam Dewan Rakyat lewat mayoritas 16 suara, para Menteri, alih-alih mengundurkan diri (5 Maret 1857) agar, usai pengesahan tindakan tertentu, mereka akan membubarkan Parlemen atas perintah untuk banding, terhadap persoalan Tiongkok, pada persoalan Tiongkok, ke negara tersebut. Mereka menambahkan bahwa walaupun kebijakan Pemerintah terkait Tiongkok akan berlanjut ke apa yang selalu terjadi, yakni kebijakan untuk perlindungan kepentingan perdagangan Inggris, dan bahwa persoalan berkelanjutan atau pemanggilan Sir John Bowring menjadi suatu hal yang terjadi dan masih berada di bawah penghimpunan Kabinet. Tanpa menunggu hasil pemilihan yang dicetuskan. Lord Palmerston mengirim perintah ke Mauritius dan Madras untuk mengerahkan pasukan untuk bertugas di Tiongkok, dan kemudian memilih Earl of Elgin dan Kinkardine untuk diangkat lewat surat tertanggal 26 April 1857, selaku utusan berkuasa penuh khusus untuk Tiongkok. Pasukan tambahan, kapal uap dan kapal meriam langsung dikerahkan dari Inggris. Plakat-plakat Waliraja dan peracunan masyarakat Hongkong, yang dianggap oleh para Mandarin Kanton sebagai serangan utama terhadap kebijakan mereka, menyatakan, dalam pemilu, pengaruh menonjol terhadap pengiriman nyaris pengadopsian deliberasi lewat negara dari kebijakan serupa perang Lord Palmerston. ia kembali berkuasa lebih kuat ketimbang sebelumnya. Namun, sepenjang pemantauan Sir John Bowring, debat dalam Parlemen mengalami satu kejatuhan dalam seluruh harapan ambisiusnya. Sehingga, Lord Clarendon menulis kepadanya secara sistematis, dengan berujar, 'Aku pikir bahwa kamu sangat diperlakukan tak adil dan bahwa pemberian alasan dan esensi umum penyalahan peristiwa menyeluruh yang tak dapat dimajukan dan dikerahkan di luar kendalimu yang dipasangkan terhadapmu.' Namun, taka da penyelarasan terhadap Sir John dalam deklarasi pribadi dari ketidakbersalahannya, memandang bahwa hal tersebut disertai oleh pengumuman resmi agar ia dinaungi dalam penugasannya selaku utusan berkuasa penuh Yang Mulia di Tiongkok. Tindakan tersebut meninggalkannya selain pada jabatan Gubernur Hongkong. Namun apa yang dipandang pada sosok tersebut dikatakan berkata, 'Aku memiliki Tiongkok, aku memiliki Siam, aku tak memiliki waktu untuk Hongkong'? Selain itu, kebijakan teman dekat seperti Cobden dan lainnya, yang tak dapat menerima fakta bahwa Presiden Peace Society telah menjadi pemicu perang terbaru, mencabutnya dengan cepat. Ketenaran kini nampak padanya selain penggelembungan kejayaan dan penghormatan pada satu hari yang pendek.

Kala kejadian Dahagi India (Mei 1857) nyaris setahun berlangsung sebelum pasukan dikirim ke Tiongkok dan dipulangkan balik ke India, Pemerintah Tiongkok bersiap untuk menyatakan ulang hasil pengesahan Perjanjian. Sementara itu, Waliraja Yeh meneruaskan perang tak biasanya. S.S. Queen mengalami (23 Februari 1857) nasib yang sama kala Thistle dan kapten beserta awak Eropa-nya dibantai. Kecemasan berkembang di seluruh belahan Hongkong, dan toko roti Duddell, yang tak berkaitan denagn para pemberi racun, dibakar (28 Februari 1857). Proklamasi Mandarin sekali lagi (Maret 1857) memerintahkan seluruh warga Tiongkok untuk meninggalkan Hongkong dalam rasa terluka, selain mendapatkan sedikit hasil. Konspirasi besar ditemukan (15 April 1857) diorganisir di Kanton untuk memicu perang di Hongkong melawan nyawa dan harta benda Inggris. Serangan terhadap perkapalan Inggris dan bahkan kapal meriam Inggris menjadi kejadian sering sampai Komodor Elliot dan Keppel (Mei sampai Juni 1857), lewat serangkaian tindak pengerahan, mengerahkan kapal jung perang Yeh ke delta Sungai Kanton dan, lewat tindakan brilian dekat Pulau Hyacinth, menghancurkan markas besar AL Yeh di cekungan Fatshan.

Pada 2 Juli 1857, Lord Elgin datang ke Hongkong. Berulang kali, ia menerima pesan dari masyarakat Inggris, namun kemudian berangkat ke Kalkuta. Ia meninggalkan Sir John dan para pemukim utama, yang menyisyaratkan perlakuannya dalam sifat angkuh, penekanan bahwa simpatinya lebih kepada tetua miskin Yeh ketimbang warganya sendiri. Ia secara datar menyatakan bahwa ia memandang peristiwa Arrow sebagai kejadian blunder. Pemukim Hongkong sama-sama mengetahui bahwa instruksinya (tertanggal 20 April 1857) meliputi, di samping tuntutan kompensasi, restorasi hak perjanjian dan pengerahan utusan Inggris ke Peking, dan juga 'ijin pengamanan kapal-kapal Tiongkok untuk menarik diri ke hongkong dari seluruh belahan Kekaisaran Tiongkok tanpa membeda-bedakan.' Namun, harapan tersebut, seperti setiap harapan lokal lain yang ditujukan pada Lord Elgin, mendapatkan penolakan. Sebelum keberangkatannya, ia bahkan tak menyimak nasehat Sir John bahwa pengurangan Kanton menjadi langkah dini yang dibutuhkan untuk ekspedisi ke Peiho. namun kala ia kembali dari Kalkuta (20 September 1857), bersama dengan Mayjen C. van Straubenzee dan stafnya, ia menekankan bahwa telah terlambat pada tahun itu untuk operasi di Utara. Penundaan lebih lanjut dibutuhkan untuk menunggu kedatangan utusan berkuasa penuh Prancis, Baron Gros, dan pasukannya, kala Prancis, di bawah permulaan pembunuhan misioneris untuk pembalasan, disamping kerjasama dalam penghinaan Tiongkok. Sementara itu, Sungai Kanton telah diblokade (7 Agustus 1857) oleh armada Inggris dan korps kuli Tiongkok yang terdiri dari 750 orang Hakka telah dihimpun. Kala semuanya pada akhirnya bersiap, sepanjang setahun dijalani semenjak penarikan Inggris dari Kanton. Pada akhirnya, tuntutan yang dirumuskan dari para utusan berkuasa penuh Sekutu diserahkan (12 Desember 1857) kepada Yeh. Usai penghimpunan selama sepuluh hari, Yeh diam-diam disinggung oleh pengerahan besar, yang disebut oleh temannya Lord Elgin sebagai omong kosong belaka. Ia tak berjalnji selain berkehendak untuk bergerak. Sebuah ultimatum yang diberikan (24 Desember 1857) memberikannya waktu 48 jam untuk menerima atau menolak tawaran Sekutu. Sementara itu, 5.000 pasukan Inggris dan 1.000 pasukan Prancis bergerak ke posisi di depan kota Kanton tanpa perlawanan. Yeh menyatakan kepada masyarakat bahwa, kala pemberontak Inggris mengerahkan Prancis untuk bergabung dengan mereka dalam pelaksanaan pemberontakan mereka, hal ini kini dibutuhkan untuk menghentikan perdagangan bersama dan sepenuhnya melenyapkan orang-orang barbar. Namun, pernyataan terhadap masyarakat tanpa pemimpin besar tersebut tak membuahkan hasil. Yeh menanggapinya dengan ultimatum lewat pernyataan argumennya. Sehingga, bombardemen Kanton, atau 'Pembantaian Orang-orang Tak Bersalah' seperti yang diistilahkan oleh Lord Elgin, terjadi (28 Desember 1857). Pada kejadian tersebut, kebakaran secara khusus ditujukan terhadap bangunan kantor (tak berpenghuni) dan kawasan Tartar dan terhadap tembok dan benteng kota. Benteng Lin diledakkan tanpa sengaja. Teh kemudian meneruskan perintah eksekusi selruh pemberontak Tiongkok. Keesokan harinya (29 Desember 1857) Magazine Hill, yang mengkomandoi seluruh kota, direbut dan tembok kota diduduki tanpa banyak kehilangan. Yeh masih bertahan. Pada akhirnya, usai penundaan aneh dalam pelaksanaannya, detasemen pasukan Inggris dan Prancis memasuki kota tersebut dari sudut berbeda (5 Januari 1858) dan, usai beberapa jam pencarian tanpa perlawanan, Yeh serta Gubernur Sipil (Pih Kwei) jatuh ke tangan marinir Inggris, sementara Prancis menangkap Panglima tartar. Persoalan kini timbul soal apa yang dilakukan dengan kota Kantor dan para perwiranya yang ditangkap. Lord Elgin berulang kali menuturkan bahwa organisasi pemerintahan sukses kota Kanton tak memungkinkan sepanjang Yeh berada pada TKP. Sehingga, ia dikirim ke Hongkong untuk kemudian menuju ke aKalkuta tempat ua wafat dua tahun kemudian. Kala Yeh berada di Hongkong, Sir J. Bowring pada akhirnya mendapatkan (15 Februari 1858) kesenangan yang lama diinginkan untuk mewawancarai Yeh di kapal H.M.S. Inflexible. Namun, Yeh tak menjalani perbincangan apapun dan menyerahkannya kepada penerjemahnya (Ch. Alabaster). Sementara itu, pemerintah kota Kanton telah ditetapkan lewat pelantikan (10 Januari 1857) Komisi Campuran yang terdiri dari Konsul Parkes, Kolonel Holloway dari Royal Marine Light Infantry, Kapten Martineau des Chenez dari Prancis dan Gubernur Pih Kwei. Komisi tersebut, yang berterima kasih atas kecerdikan penghimpunan Sir H. Parkes, berhasil, dengan bantuan pasukan kecil kepolisian Inggris-Prancis dan lewat cara menghimpun ulang seluruh pegawai eksekutif dan administratif di bawah naungan Pih Kwei, dalam memulihkan kepercayaan masyarakat dan menghimpun tatanan yang baik. Aransemen tersebut dibuat oleh Lord Elgin, atas saran Konsul Parkes yang menjadi kepala dan jiwa Komisi, berseberangan dengan nasehat Sir J. Bowring. Sir Ji. Bowring menentang bentuk pemerintahan campuran atas dasar bahwa pemerintahan ganda dari jenis tersebut, yang berisi banyak unsur yang tak diinginkan, akan gagal untuk menghimpun kepercayaan masyarakat, menghasilkan ketidakpercayaan satu sama lain dan pertikaian otoritas, serta memberikan gagasan kepada warga Tiongkok di provinsi lain bahwa orang-orang barbar tak benar-benar merebut dan memerintah kota Kanton. Peristiwa tersebut tak sesuai dengan perkiraan. Selama beberapa tahum, kota paling runyam di Kekaisaran tersebut secara sukses dan damai diperintah oleh para Komisioner Sekutu. Perdagangan tetap berlanjut dan industri Kanton berjalan seperti biasa. Para sukarelawan desa di wilayah sekitar, dengan Pih Kwei diam-diam berada dalam persekongkolan, tetap terpantau lewat ekspedisi militer khusus, yang dilakukan atas saran Konsul Parkes dan dikerahkan ke Fatshan dan Kongtsun (18 Januari 1858), ke Fayen (8 Februari) dan sampai sejauh Sungai Barat dengan jarak 200 mil (19 Februari sampai 3 Maret). Pemerintahan kota Kanton dan ekspedisi militer ke bagian dalam Provinsi Kwang-tung hanya sekadar operasi dalam keseluruhan Perang Arrow yang menghimpun kebaikan dan penekanan terhadap rakyat Tiongkok. Tindakan tersebut dilakukan khusus untuk membuat sebagian besar rakyat Tiongkok dapat dikendalikan lewat penyerahan moderat namun seksama dari kekuatan Eropa. Mereka juga menghimpun pemanfaatan pada perdagangan warga Tiongkok serta perdagangan asing lewat pembukaan Tiongkok Selatan terhadap pembukaan pengaruh peradaban kekuatan Inggris.

Lord Elgin, dengan kekeliruannya akan sifat sebenarnya Pemerintah Manchu, mengalami kegagalan isyarat. Seperti Sir H. Pottinger, ia juga melakukan operasi mirip perang yang dilakukan sepanjang ini, namun kesempatan tersebut membiarkan dirinya sendiri untuk ditipu. Setelah mengirim tawaran Sekutu kepada Peking (11 Februari 1858) dan mendapati mereka secara mengejutkan diperlakukan dengan perhatian, ia merebut benteng Taku (20 Mei 1858) dan menduduki Tientsin dengan mudah. Namun, alih-alih menekan Peking dan menjalin kesepakatan disana, ia berhenti di Tientsin dan menegosiasikan perjanjian (26 Juni 1858) terhadap penjagaan material apapun terpisah dari pembayaran yang. Ali-alih menerima setidaknya pendudukan Tientsin sampai ratifikasi kesepakatan tersebut, ia kemudian menarik diri ke Shanghai untuk menetapkan aturan perdagangan. Kemudian, ia menekankan penekanan utama dari Perjanjiannya sendiri (perwakilan permanen Eropa di Peking) dan kembali ke Inggris (Maret 1859) hanya untuk mendapati, tiga bulan kemudian, kala ratifikasi pemerintahan membuahkan hasil, bahwa Tiongkok telah menipunya. Kesuksesan yang dilakukan Yeh selama bertahun-tahun melanggar Perjanjian Nanking di selatan, secara alami mendorong para Mandarin di Utara untuk menyatakan ketidaksepakatan mereka terhadap Perjanjian Tientsin lewat perjuangan mereka di Taku (25 Juni 1859) yang secara permanen mencederai harga diri Inggris di Tiongkok.

Di Hongkong, ketegangan berlanjut dalam satu cara atau lainnya sampai akhir pemerintahan Sir J. Bowring. Pada hari kala bombardemen Kanton diberlakukan (28 Desember 1857), terdapat sejumlah warga Eropa di Hongkong yang mendapati persoalan serius yang timbul dalam pernyataan Pemerintah untuk memberlakukan agar 'dalam kasus penembakan atau gangguan serius', pernyataan akan diberikan lewat dentuman drum dan para penduduk akan mengerahkan 100 pucuk senjata yang disiapkan untuk para sukarelawan yang berkehendak untuk membantu polisi. Karena pertikaian yang sering tersebut, di samping kelompok pengganggu yang dikepalai oleh kepala pembajak terkenal Chu A-kwai, Gubernur menawarkan (17 Mei 1858) tebusan sejumlah $500 untuk menangkap orang tersebut dan $100 untuk setiap bawahannya. tindakan tersebut diberlakukan dalam rangka mengakhiri penghakiman yang nampak pada warga Tiongkok selaras dengan sistem pembalasan Yeh untuk pembombardiran Kanton lewat penawaran uang kepala pada pembunuh pribadi dan pengganggu patriotik di Hongkong. Gaya perang barbar melawan Koloni tersebut kemudian dilanjutkan oleh para Mandarin dari daerah sekitar yang, di samping pendudukan Kanton oleh Sekutu dan bahkan usai pemberlakuan Perjanjian Tientsin, yang terus mengkhawatirkan penduduk Tiongkok di Hongkong menjadi sikap pertikaian melawan orang-orang Eropa. Pada Januari 1858, Dewan Legislatif menyatakan soal pengerahan lanjutan kepada Lord Elgin yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok di Heungshan dan khususnya di Casa Branca (dekat Makau) terhadap warga Tiongkok yang mengabdi pada orang-orang Eropa di Hongkong, namun Lord Elgin takkan menyimak saran Dewan tersebut agar pengerahan paksa dibuat melawan otoritas tersebut. Kala para Mandarin mendapati bagaimana proklamasi mereka pada dasarnya tak membuahkan hasil, mereka mengerahkan kelompok militan pedesaan untuk mengumpulkan seluruh tetua desa untuk memutus suplai pasar Koloni dan mengirim pesan ke penduduk desa mereka masing-masing di Hongkong untuk meninggalkan Koloni dengan ancaman para kerabat mereka di daerahnya diperlakukan sebagai pemberontak (termasuk mutilasi dan perampasan harta benda). Tindakan besar tersebut berdampak. Banyak orang Tiongkok di Koloni kini menarik diri dari pekerjaannya karena sangat takut. Pelarian orang-orang dari berbagai kelas terjadi. pada pertengahan Juli, warga Eropa mula mereka diri mereka sendiri diboikot. Sehingga, pertemuan umum diadakan (29 Juli 1858) untuk membahas pemberangkatan khusus warga Tiongkok dari Koloni dan penghentian suplai pangan. Seturut dengan resolusi yang disahkan dalam pertemuan tersebut, Sir John beralih dari jalur kebijakan Lord Elgin dan memberlakukan (31 Juli 1858) proklamasi yang mengancam Wilayah Heungshan dan Sanon dengan penindakan Pemerintah Inggris jika pegawai dan suplai pangan dihimpun lagi. Salinan proklamasi berhasil disampaikan di Heungshan oleh sekelompok marinir Inggris, namun kala H.M.S. Starling membawakan salinan proklamasi yang sama ke Sanon, seorang awak kapal, di bawah panji ancaman, ditembak oleh orang-orang Namtao. Sehingga, Jenderal C. van Straubenzee dan Komodor (Hon. Keith Stewart) bergerak ke Sanon dengan pasukan AL dan militer kecil dan merebut tembok kota Namtao lewat serangan, dengan mengorbankan dua perwira dan tiga awak. tindakan tersebut memiliki dampak pada restorasi langsung suplai pasar Koloni dan sikap para Mandarin.

Di samping seluruh kejadian yang melibatkan Perang Arrow dan tindakan peracunan, pembakaran dan pemboikotan, kehidupan masyarakat Hongkong sepanjang masa pemerintahan tersebut diwarnai oleh perang kronik internal terhadap kejelekan yang tercantum pada seluruh deskripsi. Ini bukanlah tugas sejarawan untuk mengajukan ke hadapan mata publik soal kegagalan pribadi perorangan maupun dicetuskan disini untuk memasukkan seluruh penjelasan kriminasi dan rekriminasi saling menguntungkan kala masyarakat Koloni dan surat-surat kabar lokal mencantumkan soal kegiatan kehidupan dalam sejarah Hongkong. Namun, letusan gunung-gunung berapi berdampak pada rahasia mereka soal bagian dalam bumi, sehingga ledakaan perasaan periodikal di Koloni tersebut memberikan penglihatan pada kami dalam pengerjaan dalam dari kehidupan masyarakat lokal. Sehingga, perlu dikarakterisasi, dan ditelusuri kepentingan sebenarnya dari tekanan yang mengganggu perdamaian masyarakat, lebih sebagai persoalan yang menjadi bahan perdebatan dalam Parlemen terhadap pencederaan besar terhadap reputasi Hongkong.

Kala Sir John datang ke koloni tersebut (April 1854), pikiran masyarakat selama beberapa tahun dan masih dalam keadaan ranah yang dapat ditoleransi, dan perdamaian terhimpun dalam Kepegawaian Sipil. Satu-satunya unsur gangguan adalah surat kabar lokal, Friend of China, yang disunting oleh bekas Pegawai Negeri, yang banyak mengkritik pemerintah dan banyak pegawai negeri dengan beberapa celaan dan berulang kali menyebut bahwa Wagub (juga Kepala Magistrat) berkolusi dengan kecenderungan menekan rekannya. Dakta bahwa Wagub memperkenankan selama lima tahun untuk dilalui kala ia menghentikan pengerjaan yang tak terbangun lewat banding kepada Pengadilan yang tak lama membuat sadar bahwa penyunting pada ranah keheningan (21 September 1859), mendorong perasaan jahat terhadap kepribadian jurnalistik di Koloni tersebut. Surat kabar tersebut kini menjadi lebih besar dalam hal ketenarannya. Kemudian, penyunting lokal lainnya (Daily Press) yang dalam transaksi bisnis tertentu berkaitan dengan imigrasi telah disilangkan oleh Pendaftar Umum, dilucuti ketelitiannya oleh koleganya dari Friend of China, dan bertindak mencap Pendaftar Umum merupakan alat para rekan Tiongkok tak tetap dan bersekongkol dengan pembajak. Pendaftar Umum mengirim pernyataan pengunduran dirinya (11 Juni 1855) namun karena Pemerintah serta Otoritas AL memiliki kepercayaan terhadapnya, ia kemudian (6 Desember 1850) memutuskan untuk meneruskan jabatannya.

Sumber ketegangan berikutnya adalah sistem Petty Sessions yang dihimpun oleh Sir G. Bonham dan diteruskan oleh Sir J. Bowring melantik (4 Oktober 1855) 13 Hakim Perdamaian non-resmi (kemudian meningkat menjadi 15) untuk membantu para Magistrat. Namun, para hakim non-resmi tersebut tak menghadiri Sesi tersebut tanpa mereka dikirimkan khusus untuk Kepala Magistrat sebagai satu-satunya pengatur yang dikirim kepada mereka kala ia mengalami kesulitan dengan Eksekutif. Pada musim semi 1856, Gubernur beberapa kali mengambil tindakan untuk menindak Kepala Magistrat (T. W. Davies) terkait tafsirannya terhadap Perintah Pembangunan baru (No. 8 tahun 1856) dalam kasus dorongan terhadap sanjungan Mahkota. Magistrat, yang tak setuju selama bermenit-menit dalam Dewan Eksekutif terhadap persoalan Perintah tersebut, sebanyak dua kali (23 Mei dan 3 Juni) mengirim Hakim non-resmi untuk membantunya dalam kasus kala Mahkota menjadi pelakonnya, dan para hakim tersebut, mewakili; kepentingan pemilik rumah, yang secara emntatik ditujukan untuk penafsirannya terhadap Perintah Pembangunan. Sehingga, Gubernur menyampaikan (19 Agustus 1856) pernyataan keras terhadap Hakim Perdamaian, menuduh semuanya bertindak menghiraukan tugas-tugas mereka yang tak memberikan penghadiran biasa di Petty Sessions (karena separuh dari mereka tak pernah menghadirinya secara keseluruhan) dan mengerahkan empat Hakim untuk (23 Mei) memberlakukan keputusan yang ditujukan untuk membatalkan hukum tersebut, dan dengan (3 Juni) mendukung Magistrat dalam keputusannya untuk tak memberikan dampak pada hukum. Perasaan murka pun terjadi, dalam hal para Hakim tersebut, menuduh bahwa mereka menghadiri Pengadilan kala mereka diminta untuk melakukannya, mengklaim hak untuk menaungi keputusan mereka seturut keputusan mereka sendiri dan mensifatkan tindakan Gubernur sebagai upaya untuk mengintimidasi Magistrat. 'Pertanyaan yang keluar,' tulis mereka, 'berdampak pada ini, kapan hukum diurus seturut keputusan Magistrat yang disumpah untuk dikerahkan seturut pengetahuan dan kemampuan terbaik mereka, seturut pembenaran lewat banding kepada Mahkamah Agung, atau seturut pengarahan Gubernur dan Dewan Eksekutif.' Sengketa tersebut memuncak dalam pertemuan publik (16 Oktober 1856). Pertemuan tersebut mengeluhkan sifat retrospektif Peritnah Bangunan baru (8 tahun 1850) dan ketidakbecusan staf Surveyor Umum terhadap hak yang diberikan kepada Mahkota untuk menutup biaya pada hukum umum (Perintah 14 tahun 1856), dalam pengecualian publik dari pertemuan Dewan Legislatif dan ketiadaan Dewan Munisipal. Menanggapi hal tersebut, Gubernur jelas-jelas menyatakan argumen terbaik selain menjanjikan rekonstruksi Dewan Legislatif. Namun, ia menambahkan bahwa rekonstruksi tersebut takkan berdasarkan pada prinsip perwakilan, 'kala persoalan Hongkong terjadi, dalam pembenaran Pemerintah Yang Mulia dan mayoritas anggota Dewan Eksekutif, jauh dari adaptasi.'

Namun kini unsur paling menonjol dari persoalan tersebut muncul dalam kejadian perorangan Jaksa Agung yang untuk beberapa alasan atau pihak lain yang mengirimkannya, timbul dari Dewan Rakyat tempat ia mewkaili para pemilih Youghal (1847 sampai 1850). Kala menganggap misinya semasa hidup menghimpun segala hak di Hongkong, ia nampak memadukan, dengan pengerahan karakter, keinginan diri. ia kesulitan selama sebulan di Koloni kala ia bertikai dengan dua Magistrat, dan kejadian rekriminasi saling menguntungkan diberlakukan dalam Mahkamah Agung (Juni 1850). Dua bulan kemudian, peristiwa tersebut disusul oleh tindakan fitnah yang dinyatakan oleh Magistrat junior melawan Jaksa Agung. Dengan pengecualian tuduhan kekeliruan dalam Perbendaharaan Kolonial, yang terjadi (pada 1854) dalam penggantian kepala pramuniaganya (R. Rienacker) dan membutuhkan pelantikan (13 Juni 1851) Komisi Penyidikan, terdapat kejadian singkat dalam ketegangan internal, kala pikiran masyarakat tertekan dengan, dan mengalami ketegangan mencemaskan yang besar oleh, Perang Arrow dan dampak lokalnya. Namun, pada musim semi 1858, tekanan masyarakat diwarnai dengan serangkaian persengketaan Kepegawaian Negeri. Penyunting Daily Press, yang datang jauh-jauh untuk mendukung Gubernur secara keliru menganakemaskan firma Jardine, Matheson & Co. dalam persoalan kontrak publik, membawa buku dan singgah selama enam bulan (19 April 1858). Pada sekitaran masa yang sama, Pelaksana Tugas Jurutulis Kolonial yang, selaku barister, mengambil alih jabatan pada kondisi praktek pribadi yang memperkenankannya, dan dipegang oleh Jaksa Agung dengan kolusi dengan petani candu baru (mantan guru St. Paul's College) kala ia menerima retainer. Sebuah Komisi (H. T. Davies dan J. Dent) menjalani penugasan (April, 1858) namun, melalui beberapa penyalahan sorotan yang dilayangkan pada Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial, kejujuran dan kehormatannya tak tertandingi. Kemudian, Jaksa AGung mundur dari Komisi Perdamaian tanpa mengkecualikan Pendaftar Umum darinya (14 Mei 1858). Gubernur sempat meminta para Hakin untuk membentuk Komite Penyidikan. Para Hakim enggan melakukannya namun, kala Komite yang diangkat oleh Gubernur (Ch. St. G. Cleverly. H. T. Davies, G. Lyall, A. Fletcher, John Scarth) menasehati keputusan Pendaftar Umum yang menjabat (17 Juli 1858), empat Hakim (J. D. Gibb, P. Campbell, J. Rickett, J. Dent) menerbitkan penekanan mereka dari keputusan Komite. Kini sepanjang penyidikan tersebut, kala isu-isu keterpihakan timbul, konflik menjadi makin runyam. Jaksa AGung tak hanya memakzulkan integritas Pelaksana Tugas Jurutulis Kolonial dengan menyatakan bahwa ia telah membakar buku-buku catatan soal terdakwa pembajak (Machow Wong) untuk mencegah dirinya dan Pendaftar Umum didakwa bersekongkol dengan pembajak, selian Jaksa Agung juga menerbitkan wacana tak menyenangkan, selaku penuagsan Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial, yang diekspresikan oleh Gubernur dalam penyaranan dengan Jaksa Agung. Biasanya, Gubernur menangguhkan Jaksa Agung, dan melayangkan kasus tersebut ke Pemerintahan Dalam Negeri. Walau Sekretaris Negara, menyatakan, seraya berkata bahwa dirinya selaras dengan tindakan Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial, secara sukarela mundur dari jabatannya (28 Agustus 1858). Namun, kala ia mengerahkan tindakan terhadap fitnah (dengan rujukan kepada pembakaran buku-buku Machow Wong) melawan penyunting Friend of China, juri menyatakan keputusan tidak bersalah dan Pengadilan menyerahkan biaya melawan Pemerintah (November 1858). Tindakan gubernur yang, demi menghindari keburuhan yang timbul terhadapnya dalam kasusnya, memutuskan untuk pergi ke Manila (21 November 1858) karena terlalu sakit untuk menghadirinya, memicu banyak kritikan pada masa itu. Namun malangnya, persoalan tersebut tak berhenti sampai disitu. Dipicu oleh tindakan sukses tersebut, penyunting Friend of China, dan Jaksa Agung yang ditangguhkan memutuskan agitasi di Inggris yang hanya dilakukan untuk mengirim pengerahan Koloni yang lebih besar dan perhatian terhadap bangsa.

Pada Januari 1859, sebuah pertemuan publik diadakan di Newcastle-on-Tyne, dalam keyakinan bahwa kitab-kitab Machow Wong telah dibakar untuk menyaring pegawai negeri dari dakwaan berkomplot dengan pembajak, mempetisikan Parlemen untuk mengarahkan penyidikan semacam itu yang akan memberikan penghormatan terhadap Mahkota Inggris dan melaksanakan keadilan. Contoh tersebut disusul oleh pertemuan yang diadakan di Tynemouth, Macclesfield dan Birmingham, dan di pertemuan publik kota lainnya yang diadakan untuk keperluan yang sama. Pada 3 Maret 1859, Earl Grey membawakan petisi Newcastle ke hadapan Dewan Rakyat, sementara Sir E. Bulwer-Lytton bersepakat dalam persoalan tersebut di hadapan Dewan Rakyat. Ia menyatakan bahwa dokumen dalam kasus tersebut merujuk kepada hukum dan nasehat Mahkota; bahwa ia mendapati kebencian, kesenjangan dan ketidakpedulian mereka dalam setiap kemungkinan ragam dan aspek; bahwa dokumen tersebut dianggap berdampak pada deskripsi kehidupan resmi di Hongkong; bahwa cara tersebut yang telah dimulai oleh Jaksa Agung dan melakukan penyidikan, dan pelanggaran hati nurani resmi yang terjadi sepanjang pengadilan, telah membuat Gubernur menangguhkannya; bahwa usai hal tak diinginkan dari surat-surat tersebut, ia tak dapat memutuskan keputusan lain selain keputusan gubernur yang berniat untuk dikonfirmasi; bahwa ini adalah niatnya sememungkinkannya untuk mengarahkan pengujian yang sangat hati-hati kepada seluruh fakta. Sebetulnya, pers publik memberlakukan seluruh kasus tersebut dalam berbagai cara, namun keputusan wacana publik di Inggris, tanpa ragu, menyatakan bahwa Times menyinggungnya (15 Maret 1859) dalam sepotong artikel yang memberikan pernyataan singkat.

'Hongkong selalu berkaitan dengan beberapa kejadian fatal, beberapa perang meragukan, atau beberapa pertikaian internal yang terelakkan, sehingga, dalam bahasa umum, nama pulau kecil yang ramai, sibuk, penuh pertikaian, tak tertangani tersebut tidaklah dipakai sebagai sinonim untuk tempat yang tak disebutkan terdengar sopan. Setiap penanganan pegawai disana berlawanan dengan tetangganya. Gubernur tergerak untuk memperjuangkan kesehatan atau hal lain. Wahub dituduh membiarkan pegawainya memeras. Para pegawai surat kabar setidaknya kurang lebih secara keseluruhan berada dalam penjara atau didayangkan ke pencara atau dikeluarkan dari penjara, atas dakwaan oleh satu atau beberapa pegawai yang menginkriminasi dan dikinkriminasi . Para kepala rumah perbengkelan menyatakan bahwa diri mereka sendiri bungkam terhadap sengketa lokal dan memperlakukan diri mereka sendiri dengan perlakuan yang sangat bermartabat, yang merupakan salah satu sebab kejahatan utama. Namun, sebagian masyarakat sepakat dengan penjelasan pribadi yang dituturkan oleh surat-surat kabar dalam pelecehan publik. Pers Hongkong, yang setiap kali memakai, menjanjikan, melanggar dan mendakwa—kekurangan yang dapat kami katakan lebih baik. Seorang diktator dibutuhkan, seorang sosok yang sensitif, sosok bertaktik dan berfirma. Kami tak dapat selalu menyelidiki keributan dalam teko kala setiap dedaunan teh memiliki martabat dan keluhannya.'

Kekelaman dalam kasus tersebut yang kemudian dihadapkan ke dalam negeri tak melingkupi seluruh keberadaan perang internal Hongkong. Pergesekan yang, seperti yang disebutkan di atas, mengusik kehidupan masyarakat Koloni, juga menimpa Dewan Legislatif. Dalam contoh pertama, para anggota dewan, baik resmi dan tak resmi, sering bertindak lebih jauh pada masa itu dari batas fungsi mereka yang sebenarnya, mendudukan diri mereka sendiri pada persoalan yang tak disorot dengan legislasi, dan benar-benar bergantung pada kekuatan Eksekutif. Kemudian, para anggota resmi, dan terutama Jaksa Agung dan Kepala Magistrat, para pegawai tersebut memegang pendirian Eksekutif dalam hal kekuatan. Jaksa AGung, dengan pengerahan karakter Dewan Legislatif di bawah perubahan menonjol, seringkalimenyinggung otoritas pegawai hukum tinggi Mahkota kala wacana mereka, yang secara resmi disampaikan kepada pemerintahan lokal, berbeda darinya. Dengan tanpa keseimbangan setara, ia menyatakan bahwa ia menduduki kursinya di desa selaku legislator independen, bukan sebagai pegawai Mahkota, dan bahwa ia berada disitu, jika ia diperkenankan, untuk mengkritik dan menentang pandangan Eksekutif. Biasanya, para anggota tak resmi merasa di bawah keadaan yang dibenarkan dalam mengklaim kebebasan setara.

Kala Sir J. Bowring menjadi Gubernur, Dewan Legislatif dipimpin oleh Wagub dan terdiri dari 6 anggota yang 2 diantaranya tak resmi. Pada 1855, Sir John mengajukan kepada Sekretaris Negara (Mr. Labouchere) sebuah usulan untuk memperlebar basis Dewan dengan memperkenalkan 4 pegawai tambahan dan 3 anggota non-resmi, memberikan total 13 anggota eksklusif Gubernur. Mr. Labouchere menentang pelebaran namun menyatakan sikap moderat. Hal ini memberikan dampak dari pengenalan Bendahara Kolonial, Kepala Magistrat dan seorang anggota non-resmi, usulan relatif rersebut kemudian diberlakukan dan Dewan Legislatif kemudian terdiri dari para pegawai pemerintah dan 3 anggota komunitas. Namun, Sir John menambahkan (pada 1857) Surveyor Umum dan pada November, 1858, mungkin dengan pandangan untuk mengesahkan Perintah Praya, ia kemudian memperkenalkan Auditor Umum, sehingga ada 8 pegawai dengan 3 anggota non-resmi. Bertentangan dengan tindakan tersebut, 'para anggota tak resmi di bawah meja,' seperti yang dikelakarkan oleh Sir John, menimbulkan protes formal (20 November 1858) dan meminta agar nominasi Auditor Umum harus tetap ditangguhkan sampai jumlah asli pegawai dikembalikan karena terjadi kelowongan atau proposisi asli Sir J. Bowring terhadap jumlah anggota non-resmi juga harus dilakukan. Pemakzulan Gubernur dinyatakan, tempat sebelum ia pergi ke Manila, namun setelah pengesahan lebih lanjut, gagasan tersebut ditiadakan. Dari setelah akhir sesi tahun 1857, pelaksanaan Dewan giat diterbitkan dan dari 25 Maret 1858, Gubernur memperkenankan masyarakat untuk hadir di perdebatan.

Pangkal utama percekcokan antara Gubernur dan Dewan Legislatif-nya adalah pembangunan Praya atau tembok laut yang diperluas di sepanjang seluruh garis depan kota dari Navy Bay sampai Causeway Bay dan dinamai Bowring Praya. Dewan menyepakati perampungannya (1 Oktober 1855) dari Balai Pemerintahan baru (total biaya £15.318 digelontorkan sepanjang bertahun-tahun), pendirian sejumlah tank-tank air (1855) dan perampungan (pada 1857) dua Kantor Polisi (Central dan Westpoint Station) dan empat pasar baru. Namun, proyek Praya dan terutama pengusulan namanya mengembangkan keputusan pertentangan. Skema Sir John memiliki dukungan dari Komisi resmi yang diangkat olehnya untuk memberatkan segala pertentangan yang dapat dipakai melawannya, dan ia menggelontorkan dana surplus selama bertahun-tahun untuk menyediakan tindakan untuk pelaksanaan skema peliharaannya. Skema tersebut diterbitkan (10 November 1855) dengan pengumuman agar Gubernur memiliki kuasa untuk memberlakukannya di bawah alternatif, yang ditawarkan kepada para pemilik lahan yang tak mengkehendakinya, keteranjutan sesuai kesepakatan. Kebanyakan pemilik lahan Tiongkok nampak berkehendak untuk bersepakat dengan Pemerintah, namun pertemuan publik pemilik Eropa mengesahkan (5 Desember 1855) resolusi berdampak bahwa rencana Gubernur bersifat cacat dan tak memadai sebagai pengerahan publik, baik di kalangan perorangan dan bergesekan pada hak pemilik lahan kelautan. Pandangan oposisi yang kemudian dirumuskan dampak diutamakan dan diserahkan di hadapan Colonial Office oleh Hon. J. Dent dengan dukungan anggota dewan tak resmi lainnya. Pergesekan Gubernur terhadap banyak pemilik lahan kelautan, selama bertahun-tahun silam, dipulihkan dari laut dan mengabaikan pemakaian mereka sendiri, melawan hak Mahkota, lahan berukuran 298.685 kaki persegi yang secara arbitrer menaungi pemakaian yang diberikan dalam agregat 260.326 kaki persegi lainnya. Para pemilik lahan kelautan, yang menggandakan harta benda mereka masing-masing, biasanya menentang skema yang ditujukan untuk menghimpun ulang hak Mahkota. Namun, Sekretaris Negara (Mr. Labouchere), usai menyatakan pertentangan yang dinyatakan oleh Mr. Dent, memutuskan melawan pemilik lahan laut dan memerintahkan Gubernur untuk mengerjakan pengerjaan reklamasi serta dana yang dibutuhkan dan tersedia. Para pemilik lahan kelautan Tiongkok saling bersinggungan (pada 1857) untuk mereklamasikan, di bawah naungan Pemerintah, dan untuk membayar sewa untuk sebagian besar Praya yang berada pada kepemilikan mereka. Kala pengerjaannya dilaksanakan, Gubernur melanjutkannya dengan membuat aransmen baik-baik juga dengan kebanyakan pemilik lahan kelautan Eropa di depan kota, dan agar bagian depan Praya yang diserahkan kepada Pemerintah juga diserahkan. Namun dua firma Inggris (Dent dan Lindsay), memegang sebagian kecil lahan yang terletak di antara lahan pawai dan dermaga Pedder, sangat menentang, meskipun perkiraan untuk tembok laut dan dermaga untuk bagian tersebut terhitung kurang dari £14.000. Pada 1858, mendapati bahwa jumlah £20.000 dari dana surplus diseidakan untuk kepegawaian negeri, Gubernur, atas nasehat dari Pelaksana Jabatan Jaksa Agung (J. Day digantikan oleh F. W. Green) untuk dikerahkan lewat Perintah, memiliki rancangan UU yang disiapkan oleh Komite yang terdiri dari Pelaksana Jabatan Jaksa Agung, Bendahara Kolonial (F. Forth) dan Surveyor Umum (Ch. St. G. Cleverly). Para pegawai mendesak Gubernur agar mereka diselaraskan dengan UU tersebut yang dipersiapkan oleh mereka dan diterbitkan dalam Gazette (23 Oktober 1858). Pembacaan pertama UU tersebut ditentang oleh Mr. Dent, yang menyerukannya sendirian. Karena Gubernur sedang absen untuk berkunjung ke Kepulauan Filipina, pembacaan kedua UU tersebut ditunda sampai 4 Februari 1859. Pada hari itu, Gubernur meraih kesuksesan. Pelaksana Jabatan Jaksa Agung membantunya agar UU tersebut akan disahkan dan bahkan akan memiliki dukungan dari salah satu anggota tak resmi. Namun kala Dewan berkumpul, untuk menyelaraskan UU tersebut terhadap para pedagang utama untuk diberlakukan dengan Gubernur, Kepala Hakim dan Wagub sedang absen, dan langkah Mr. Dent agar persoalan praya dimatikan, untuk memberikan kejutan terhadap gubernur, diterima dengan enam suara banding tiga. 'Dampak pada hadirin pun dimulai. Terdapat peristiwa tragis-komikal, yang seorang seniman lokal kemudian dimajukan lewat beberapa potong kayu yang diterbitkan dalam Daily Press. Ini menunjukkan bahwa tak ada yang menyatakan setuju terhadap UU tersebut selain Pelaksana Jabatan Jaksa Agung, Bendahara Kolonial dan Auditor Umum. Jurutulis Kolonial (W. T. Mercer) kemudian pulang dari cuti dan sehingga UU tersebut dapat didiberlakukan kemudian; Kepala Magistrat (H. T. Davies) tak mengkonsultasikannya dan menganggap pengerjaan air lebih penting; Surveyor Umum (Ch. St. G. Cleverly) berujar bahwa ia mengubah pikirannya; dan seluruh orang dari mereka mengklaim hak pemungutan suara melawan Pemerintah.

Harus dikatakan bahwa peran Sir John yang dilakukan olehnya tak mengusik hak anggota dewan resmi untuk memutuskan pilihan seturut keputusan hati nurani mereka. Namun, ia tak mengharapkan untuk menyatakan pertentangan terhadap skemanya tanpa memberikannya catatan sebelumnya. Namun, Sir John, menggambarkan sebuah pelajaran penting dari fiasco menyakitkan tersebut dari UU Praya-nya, yakni agar firma-firma utama dapat mengurungkan Gubernur dan agar kepegawaian negeri harus mendera kala para fungsioner dan khususnya pejabat tingkat tinggi (Jaksa Agung dan Surveyor Umum) diperkenankan untuk menerima praktek swasta. 'Kuasa dan pengaruh rumah-rumah dagang besar di Tiongkok, kala dikaitkan langsung atau tak langsung dengan kemajuan pribadi yang dapat ditangani para pegawai negeri, yang diperkenankan untuk dikaryakan dan diputuskan oleh mereka, hanya dapat menciptakan konflik antara tugas-tugas yang tak selalu selaras … Salah satu kesulitan yang diperjuangkan oleh Pemerintah adalah pengaruh yang diperlebar oleh rumah-rumah dagang besar yang berkuasa dan bertentangan dengan seluruh pandangan pribadi yang sulit diperdebatkan.' Perkataan Sir John tersebut, serta seluruh ceirta UU Praya pertama mereka, menandakan pengakuan terhadap fakta bahwa aristokrasi perdagangan yang diciptakan oleh pendahulunya pada waktu itu diputuskan untuk memicu pengaruh politik yang dapat terinspirasi, terkadang, lewat kepentingan firma-firma perorangan alih-alih lewat keputusan bersama dari kebaikan umum.

Kegiatan legislatif Dewan, terutama usai kedatangan (pada musim semi 1856) Hon. Chisholm Anstey, sang Jaksa Agung, terjadi berkali-kali. Ia memiliki semangat untuk reformasi dan menghimpun pekerjaan, merrevisi prosedur lokal dalam kasus sipil dan pidana (Perintah 5 tahun 1856) dan dalam Chancery (Perintah 7 tahun 1856), membatasi penerimaan calon untuk penyaringan praktisioner dalam Mahkamah Agung (Perintah 13 tahun 1856), yang mengatur yurisdiksi ringkas Badan Kepolisian dan banding kepada Mahkamah Agung (Perintah 4 tahun 1858) dan memberlakukan UU Parlemen yang diberlakukan di Koloni (Perintah 3 tahun 1856 serta 3 dan 4 tahun 1857). Sebanyak 15 Perintah disahkan oleh Dewan pada tahun 1856 dan 12 Perintah pada 1857. Namun, Mr. Anstey meraih sambutan kecil atas keunggulannya. Tak lama usai kedatangannya, Colonial Office membacakannya dalam Dewan (20 Januari 1850) dengan berujar bahwa para penasehat hukum Mahkota menganggap tindakan tak peduli kala UU Parlemen Inggris diadopsi di Hongkong. Kejadian perkara terbongkar kala penerus Mr. Anstey, dalam dorongan keadilannya, menyatakan bahwa masa jabatannya sendiri juga tak memutuskan untuk melakukan pemberlakuan sistem legislasi baru manapun atau membetulkan kekeliruan yang tak menjadi tanggung jawabnya.

Di antara Perintah-perintah pada tahun 1857, terdapat satu perintah (No. 12 tahun 1857) yang mewajibkan penyebutan khusus sesuai yang tertuang dalam upaya pertama yang dibuat oleh legislatur Inggris untuk mengekang dan mengendalikan para penjahat yang timbul dari pelacuran, lewat pengenalan sistem pendaftaran di Hongkong, pengujian medis dasar dan pendirian Lock Hospital. Perintah tersebut adalah pengerjaan dari Dr. W. T. Bridges, Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial, yang menjadi pemercaya antusias dalam nilai-nilai kedermawanan UU Penyakit Menular. Sir J. Bowring, dengan sedikit keraguan, memperkenankan Perintah tersebut untuk disahkan, menyatakan bahwa ia menyerahkan wacananya sebagai nilainya; namun, kala komunitas Tiongkok membuat pendirian bertenaga melawan penerapan tindahan terhadap para tahanan rumah yang dikunjungi oleh warga Tiongkok, Sir John turun tangan dan kemudian memberikan skema pengadilan adil di Hongkong. Masalah yang terlibat dalam Perintah C. D. diwajibkan, untuk solusi adil dan peduli, agar pemikiran tak bias walau sedikit dikerahkan. Kala hal tersebut diberlakukan, di pedesaan sekitar kehidupan domestik dan sosial Kristen Inggris, tempat setiap bentuk pengaruh moral dan agama bermain sepenuhnya, aturan dari ranah UU C. D. Acts akan jatuh di bawah pengecaman moralitas dan agama yang tak hanya tak diwajibkan namun membedakan pengingatan dan dorongan immoralitas. Namun ini kemudian juga harus diberikan, dari sudut pandang Kristen yang sama, bahwa praktek menjauhkan kaum muda dari pengaruh moral dan agama dari kampung pedesaan mereka dan mentransplantasi mereka, demi kepentingan bangsa, dalam iklim tak menentu, di tengah-tengah seluruh demoralisasi sekitaran komunitas asli, adalah proses yang setara dengan pengecaman terhadap cangkupan moralitas dan agama. Sehingga, hal yang benar akan meniadakan AD, AL, dan perdagangan Kolonial mereka. Penerapan gagasan Kristen tersebut secara terapan tak memungkinkan. Jika kemudian mereka tak dapat secara nasional mewujudkan gagasan tinggi kehidupan Kristen dan harus memberlakukan persediaan untuk perang dan perdagangan di luar negeri, hal ini bersifat konsisten serta berunsur moral atau kepedulian dihimpun untuk diterapkan agar gagasan tak diterapkan tersebut dilakukan lewat penarikan dari orang-orang kemudian diberlakukan, dalam kepentingan bangsa, dalam posisi tak alami, tindakan kecil dari pengamanan medis yang disediakan Perintah C. D.

Pengerjaan legislatif pemerintahan Sir J. Bowring kemudian teralihkan oleh perhatian besar yang ditujukan kepada kepentingan pemukim Tiongkok. Pada Maret 1855, Sir John memerintahkan penyelidikan untuk dilembagakan terkait sistem judi khusus yang dilakukan di kalangan karyawan Tiongkok dalam Pemerintahan. Aturan ketat dibuat untuk mencegah tindak kejahatan. Hak yang diberikan oleh Sir J. Bowring kepada para penyewa Tiongkok dari lahan-lahan Mahkota, untuk menjadi pemilik kapal Inggris dan memakai bendera Inggris pada kapal-kapal yang terdaftar secara Kolonial (Perintah 4 tahun 1855 dan 1856), disebutkan dalam hubungannya dengan Perang Arrow. Sehingga, hukum yang diberlakukan di Koloni tersebut nampak bergantung pada pencegahan segala kehendak yang dibuat dalam penindakan Tiongkok. Sir John memerintahkan (Perintah 4 tahun 1856) pengakuan Pengadilan lokal Tiongkok saat dibuat seturut hukum dan pemakaian Tiongkok. Penguburan Tiongkok ditempatkan di sisi-sisi bukit dalam segala jenis tempat dengan nisan, diatur lewat pendirian makam-makam khusus Tiongkok (Perintah 12 tahun 1856). Warga Tiongkok yang bermukim di Koloni tersebut (dan pemukim asing lain) diberikan (lewat Perintah 13 tahun 1856) hak memperjuangkan kualifikasi sebagai praktisioner hukum. Pemerintahan rakyat Tiongkok lewat cara pengakuan resmi dan penggajian per kepala (Tipos) di bawah naungan Pendaftar Umum dihimpun (lewat Perintah 8 tahun 1858) dan Kantor Sensus didirikan. Dengan demikian, Sir Hohn sepenuhnya mengakui ketidakmungkinan penerapan pendaftaran Tiongkok perorangan, namun menghimpun pendaftaran rumah. Ia juga merrevisi aturan pergerakan malam diperluas waktunya, kala warga Tiongkok tetap berada di dalam ruangan, dari 8 sampai 9 malam. Kala pasar-pasar Koloni bekerja di bawah sistem monopoli, yang memberlakukan harga bahan pangan di Koloni, Sir John memperkenalkan sebuah Perintah (9 tahun 1858) yang beberapa kandungannya meniadakan kejahatan monopoli dan dialihkan ke Pemerintah, dalam bentuk penyewaan, sebuah bagian laba kecil yang sebelumnya berada di tangan dua atau tiga rekan yang ditujukan untuk mendapatkan perlindungan resmi khusus.

Namun UU legislatif paling efektif dan bermanfaat pada masa itu, dan satu untuk Sir J. Bowring yang memegang banyak peran, kemudian disebut Amalgamation Ordinance (No. 12 tahun 1858). UU tersebut memberdayakan para barrister untuk bertindak selaku jaksa mereka sendiri dan sehingga memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mengambil jasa jaksa dan barrister dengan dua atau tiga anggota profesi hukum. Kejahatan yang ditujukan untuk penumpasan lewat tindakan tersebut terdiri dari sejumlah kasus tak penting, tanpa membutuhkan litigasi dan pemberian yang diberlakukan di Koloni sepanjang bertahun-tahun silam. Kejahatan didukung oleh para petualang, jaksa Australia, yang telah memberdayakan pengadilan lokal. Sehingga, pelaksanaan hukum pada masa itu terjadi melebihi kebutuhan reformasi ketimbang Pelayanan Sipil. Pengadilan berada dalam keadaan berkelanjutan dan pangkal dari dua cabang profesi hukum tersebut adalah lewat kata-kata. Bukti diserahkan ke hadapan Pengadilan, tak hanya menunjukkan bahwa masyarakat secara sistematis tergerak oleh UU para jaksa untuk pengerjaan kurang menguntungkan, namun agar para jaksa mengerahkan para penggerak Tiongkok yang bertugas untuk memburu dan menyetir kasus-kasus litigasi, dan agar persentase pembayaran orang-orang tersebut terkadang mencapai dua ratus dolar sebulan. Terdapat sejumlah pedagang utama serta barrister utama (Dr. Bridges, J. Day, H. Kingsmill) dengan perasaan kuat dan tak tertutupi dalam rangka amalgamasi dua profesi hukum tersebut sebagai penebusan permanen terhadap keadaan hal-hal yang ada. Usulan amalgamasi tersebut kemudian didukung oleh surat yang dialamatkan oleh 50 firma lokal kepada Jaksa Agung, dan bahkan para jaksa utama (Cooper-Turner, Hazeland, Woods) dalam rangka amalgamasi atau tetap netral. Namun jaksa lainnya menyatakan pertentangan kuat. Persoalan dinyatakan oleh Sir J. Bowring sepanjang enam bulan dan ia memberikan kedua belah pihak pemeriksaan penuh dan sabar. Kala UU Amalgamasi disahkan oleh Dewan Legislatif (24 Juni 1858), Mr. Parsons diperiksa dan diuji atas perantara para jaksa namun, kala ia diklaim juga mewakili Serikat Hukum lokal, ini menunjukkan bahwa ia tak memegang otoritas dari badan tersebut. Usai penyelidikan yang banyak tantangan, UU tersebut disahkan lewat tujuh suara banding dua dan sehingga meraih pengaruh bermanfaat sepanjang UU tersebut masih diberlakukan.

Penyebabnya (selain dari tindakan fitnah yang disebutkan di atas) pada waktu itu adalah sengketa yang ditimbulkan oleh Jenderal J. Keenan yang, sejak 11 Juli 1853, bertugas di Hongkong selaku Konsul AS. Usai beberapa tindakan pergerakan dengan Jurutulis Kolonial (pada Oktober 1855), menyatakan pandangannya sebagai Konsuler yang memiliki hak dan yurisdiksi atas warga Amerika yang menumpangi kapal-kapal Amerika di pelabuhan, Jenderal tersebut terpaksa memberlakukan hukum tersebut dengan tangannya sendiri. Akibatnya, ia menjawab (13 November 1855) alasan penyelamatan tahanan (Amerika) dari Otoritas Sipil yang didakwa melakukan penyerangan dan baterai. Namun, kasus tersebut dilaksanakan dengan baik-baik dan Jenderal Keenan menjadi sosok paling populer di Koloni tersebut.

Keuangan Koloni membuat Sir J. Bowring menjadi sangat cemas. Keuangan dipanjang menjadi salah satu titik kuatnya. Namun, ia terhalang dalam segala cara dan tak dapat berbuat banyak. Sehingga, ia meneruskan peningkatan pendapatan lewat penjualan tanah Mahkota, terutama lahan kelautan. Ia dibantu dengan hormat lewat penyerahan (pada 1854) lahan di Westpoint sebelum diduduki oleh Departemen AL untuk disetor dan dialihkan menjadi Praya Timur. Sir John berhasil menggandakan pendapatan dalam lima tahun masa pemerintahannya dan tahun terakhir darinya, kala dibandingkan dengan pendapatan tahun terakhir pendahulunya, mengalami peningkatan £37.776. Namun ia tak dapat menahan pengeluaran dalam batas pendapatan, meskipun ia membatasi kepegawaian negeri sebanyak mungkin. Akibatnya, ia jatuh kembali pada pemberian Parlementer, meraih £10.000 per tahun pada tahun 1857 dan 1858. Pemberian tersebut dibuat untuk rumah sakit dan bangunan penjara. Namun lewat pertikaran yang dimajukan dengan Misi Rhenish dan Berlin, ia membangun rumah sakit baru dengan biaya kecil, dan dengan mengurangi batas yang diusulkan dari pengeluaran penjara yang dibuat olehnya dalam beberapa pengamanan lebih lanjut, sehingga bagian yang lebih besar dari pemberian Parlementer, sesuai dengan kepentingan, dapat ditinggalkan untuk dihitung demi keperluan skema Praya besarnya, yang namun hancur pada kesempatan terakhir. Usai meningkatkan jumlah polisi sampai 10 persen, Sir John mengurangkannya lagi (pada 1857) sampai 8½ persen, hanya untuk mendapati bahwa hal tersebut sesuai dengan seluruh ketidaklayakan yang dihimpun untuk membayar biaya polisi dan penjara yang diberikan pengeluaran tambahan dengan alasan gangguan yang timbul pada Perang Arrow. Pada musim semi 1858, Sir John menyatakan bahwa ia berniat mengklaim ganti rugi dari Pemerintah Tiongkok untuk peningkatan pengeluaran yang disebabkan oleh gangguan wilayah tetangga, selain agar perlantikan Lord Elgin dilakukan di luar naungannya. Pada kenyataannya, Koloni tak pernah menerima ganti rugi apapun kala catatan antara Inggris dan Tiongkok dituntaskan di Kanton, Nanking atau Tientsin. Bendahara Kekaisaran dikerahkan dalam setiap kasus dengan seluruh jumlah ganti rugi perang yang dibayarkan oleh Tiongkok. Sir John memegang peran untuk menginisiasi pratek pendeposisian dana surplus pemerintah di bank-bank lokal tercarter, pembayaran kepentingan, alih-alih menyerahkan sejumlah uang besar yang disimpan dalam tempat penyimpanan Perbendaharaan. Monopoli candu diberlakukan ulang oleh Sir John (1 April 1858) untuk mendapatkan pendapatan, namun gagal untuk meraih harga sebenarnya, yang berjumlah $33.000 setahun. Sir John menghapuskan pemberlakuan keproduktivitasan yang, menurutnya, berjumlah sedikit sementara gangguan dan ketidaknyamanannya berjumlah besar, seperti halnya garam. Sir John mengklaim peran atas sepenuhnya membebaskan garam dari perpajakan, sebagaimana yang tercantum dalam pasal peningkatan pengaruh dagang. Namun, ia memandang remeh fakta bahwa, kala garam diberlakukan pajak yang besar dalam monopoli kekaisaran di Tiongkok, tindakannya dalam meniadakan pajak garam di Hongkong sebetulnya memberikan kesempatan perdaagngan Tiongkok dilakukan oleh para penyeludup garam di Koloni.

Sir J. Bowring menerima banyak perhatian atas kondisi Kepolisian. Kala mula-mula bergesekan dengan organisasinya, ia membentuk (Agustus 1855) Komsii untuk menyelidiki sistem kepolisian Koloni dan mengundang masyarakat untuk memberikan bukti lisan atau tertulis. Beberapa perubahan dibuat dalam konstitusi Pasukan (pada 1857) dan pada akhir masa pemerintahannya, Sir John menganggap penampilan luar, disiplin dan kehandalan umum Kepolisian sangat tertunjang. Ia menyatakan bahwa keluhan selama penugasannya, yang seringkali dialamatkan ke Pemerintah, sangat menekan dalam hal jumlah pada 1858. Sehingga, unsur khas dari pemilihan, untuk alasan ekonomi, perlu dibuat. Sir John menganggap keadaan Pasukan menjadi selaras dan berperan terhadap Petingginya (Ch. May).

Kejahatan tak dapat diharapkan akan menurun pada masa pergerakan luar biasa semacam itu. Sehingga, catatan kejahatan rezim Sir John berbanding, dengan pengecualian upaya khas peracunan seluruh komunitas asing, tanpa pengartian tak diinginkan dengan masa lain dari sejarah Hongkong. Sehingga, walau Hongkong pada waktu itu melebihi penerima cangkupan Kanton dan populasi Tiongkok Selatan, Petinggi Polisi berpengalaman (Ch. May), dengan ia sendiri selaku mantan Inspektur Scotland Yard, melaporkan pada 1857 bahwa jumlah dan penurunan dakwaan mencukupi yang dikerahkan di Hongkong dianggap kurang dari metropolis Inggris. Eksekusi (pada 1854) dua warga Eropa, yang membunuh seorang pemuda Tiongkok di kapal Mastiff, sangat membuat pemukim Tiongkok mendorong kesetaraan keadilan yang diberlakukan oleh pengadilan Inggris. Pada 1854 dan 1855, geng-geng perambok, yang bermukim di sisi bukit atau di atas pencak, melakukan pertikaian dengan polisi (24 April 1855) dan melakukan serangan (November 1855) terhadap sejumlah toko di Aberdeen, kala sejumlah kestabilan dicederai sementara para perampok berlajar jauh dengan kapal but mereka dalam sebuah kapal jung. Dakwaan (Juni 1854) terhadap awak kapal Tiongkok dan istrinya terhadap pembunuhan Mr. Perkis, serangan yang dibuat oleh geng bersenjata terhadap kantor Wardley & Co. (Desember, 1855), serangan serupa yang dilakukan terhadap toko-toko di Jardine's Bazaar (1 Januari 1856), kala sejumlah polisi swasta Jardine, Matheson & Co. dicederai, dan terakhir pembunuhan (1 April 1857) Mr. Ch. Markwick oleh pegawai Tiongkok-nya, merupakan kejahatan-kejahatan utama, tanpa kaitan dengan perang, yang meraih perhatian masyarakat pada masa itu. Dalam kasus yang terakhir, Pendaftar Umum (D. R. Caldwell) menekan pembunuh dengan bantuan perahu meriam ke kampung halamannya, menyerukan agar ia menyerah dengan ancaman membombardir desa. Sekretaris Negara kemudian menyatakan ketidaksetujuan terhadap tindakan tersebut. Meskipun demikian, kota distrik Namtao (19 Maret 1859) benar-benar dibombardir oleh H.M.S. Cruiser (Captain Bythesea) untuk membalas kerugian sejumlah $4.500 yang, seperti yang dituduh rekan Kantor Pendaftaran Umum, telah dicuri oleh orang-orang Namtao dari perahu penumpang Hongkong yang menjadi kepentingannya. Ini adalah tindakan tingkat tinggi yang terinspirasi oleh jiwa perang pada masa itu ketimbang keadilan.

Sir J. Bowring meyakini bahwa titik tempat nyaris seluruh kejahatan berkaitan di Hongkong ditemukan di rumah-rumah judi tak berijin Taipingshan. Dalam kaitannya dengan keyakinan tersebut, dan dalam pandangan ketidakmungkinan mendapati rintangan yang takkan berkedip dan laba lewat penyalahgunaan yang ada berakar dalam kebiasaan judi Tiongkok. Sir J. Bowring mencetuskannya kepada Lord John Russell (4 September 1855) dan kemudian kepada Mr. H. Labouchere (11 Februari 1856) untuk mengatur agar tak ada yang ditekankan olehnya dan mengadopsi sistem yang berlaku di Makau dalam mengendalikan rumah-rumah judi Tiongkok dengan melisensikannya dalam jumlah terbatas. Wagub (W. Caine), Pelaksana Jabatan Jurutulis Kolonial (Dr. Bridges) dan Jaksa Agung (T. Ch. Anstey), sangat mendukung argumen Gubernur, yang dibentengi oleh pernyataan laporan yang disukai, yang diterima dari India, Negeri-negeri Selat, Wilayah Pendudukan Belanda dan Gubernur Makau (I. F. Guimaraes) sebagai hasil baik dari pengendalian perjudian Tiongkok semacam itu. Tak ada orang selain Petinggi Kepolisian (Ch. May) dan Kepala Magistrat (C. H. Hillier) yang menyuarakan peringatan. Menurut rancangan UU, 'terkait rumah-rumah judi umum dan demi penindakan terbaik terhadap kejahatan,' yang disiapkan oleh Dr. Bridges dan disahkan oleh seluruh Anggota Dewan (kecuali Mr. Hillier), diajukan kepada Pemerintah Yang Mulia (17 April 1856). Walau tindakan tersebut mendapatkan penolakan pada pihak Mr. Labouchere, yang takkan menaatinya, Sir J. Bowring lagi-lagi, namun sayangnya, diwakilkan kepada para penerus Mr. Labouchere (Lord Stanley dan Sir E. H. Lytton) menyatakan dakwaan bahwa sistem pelisensian untuk keperluan pengendaliannya bersifat sah dalam kasus judi seperti halnya dalam kasus pelacuran dan penghisapan candu, dan bahwa hal-hal yang ada timbul pada korupsi umum Kepolisian. Masalah tersebut diambil sepuluh tahun kemudian oleh Sir Richard MacDonnell.

Pembajakan yang secara khusus tersebar pada masa itu bersifat alami. Pengerahan periodikal yang dibuat oleh pasukan perang Inggris terhadap pembajak yang dikerahkan di wilayah Hongkong nampak memberikan sedikit tekanan. Para kritikus, baik di Koloni maupun Parlemen, dan terutama para teman Eropa dari Pemerintahan Taiping, terkadang meragukan apakah seluruh kapal jung yang dihancurkan kapal meriam Inggris benar-benar merupakan kerjaan pembajak atau Taiping; para pemeberontak atau pedagang bersenjata berat dalam swa-perlindungan, secara resmi dicap oleh informer Tiongkok selaku pembajak. H.M.S. Rattler membuat penyerbuan sukses melawan pembajak di Taichow (10 Mei 1855). H.M. Brig Bittern membakar 23 kapal jung dan menewaskan 1.200 orang di Sheifoo (September 1855) dengan panglimanya sendiri tewas dan 19 awak luka-luka. H.M.S. Surprise, dibantu oleh perahu-perahu H.M.S. Cambrian, menangkap seluruh armada pembajak di Lintin (Mei 1858) dan akibat tindakan tersebut, sebanyak 134 meriam besar dijual di Koloni lewat lelang publik dan dijual oleh Tiongkok (mungkin konfederasi pembajak) seharga $234 sepasang. H.M.S. Magicienne, Inflexible, Plover, dan Algerine, menghancurkan (September 1858) 40 kapal jung, 30 kapal ular, sebuah baterai yang ditempatkan dan beberapa desa pembajak. H.M.S. Fury dan Bustard merebut 12 kapal jung dekat Makau (Desember 1858). Di daerah yang sama, H.M.S. Niger, Janus, dan Clown membakar 20 kapal jung dan menewaskan sekitar 200 orang (Maret 1859). Mr. Caldwell, lewat informasi dan pemanduan seluruh ekspedisi yang dilakukan, meraih kepercayaan penuh Otoritas namun pada saat yang sama, banyak kesenjangan dan ketimpangan pada pihak para teman Eropa dari taiping dan terutama di kalangan teman Tiongkok dan golongan pembajak. Pada 1 Juni 1854, rumor terbodoh meraih perhatian di kalangan penduduk Tiongkok lokal bahwa armada pembajak datang untuk menyerang dan merebut Koloni. Usai kejadian Perang Arrow, rumor semacam itu seringkali beredar pada peningkatan besar pembajakan. Sebanyak 32 pembajakan dilaporkan di Hongkong antara 1 November 1856, dan 15 Februari 1857. Setelah itu, jumlah mereka menurun. Hanya 5 kasus pembajakan yang dilaporkan pada Maret, 5 lainnya pada Mei dan Juni, dan 11 kasus antara 28 Juni dan 17 Agustus 1857. Salah satu rekan asing dari para pembajak , Eli M. Boggs, seorang warga Amerika, didakwa (7 Juli 1857) atas pembajakan dan diberi hukuman pengasingan seumur hidup, dan pemimpin pembajak terkenal, Machow Wong, diberi hukuman (2 September 1857) pengasingan 15 tahun (ke Labuan). Pada Oktober 1857, kapal Neva diserang oleh para pembajak yang membunuh kapten dan dua awak. Pembajakan berlanjut sampai mengkhawatirkan perdagangan kapal jung sampai Maret 1858, dan perebutan kapal penumpang Hongkong (Wing-sun) membuat beberapa penyetiran (17 Januari 1858), namun setelah itu, jumlah pembajakan menurun dan tak ada serangan lanjut terhadap kapal-kapal Eropa yang terjadi sampai hari sebelum keberangkatan Gubernur, kala S.S. Cumfa diserbu oleh pembajak (4 Mei 1859).

Kala gangguan berlanjut dalam jangka panjang di Provinsi Kanton, populasi Hongkong meningkat, dengan beberapa fluktuasi aneh (pada 1856 dan 1858), dari 56.011 orang pada tahun 1854 menjadi 75.503 orang pada tahun 1858, rata-rata peningkatan tahunan, pada lima tahun pemerintahan Sir J. Bowring, menjadi hanya 6.915, walau pada tahun 1854 dan 1855 peningkatan tahunan berjumlah sampai 16.954 orang. Sir John menjeaslakn fluktuasi tersebut dengan berujar bahwa pengembalian tahun 1857 dan 1858 berada di bawah perkiraan oleh kekeliruan dan bahwa kebiasaan pemukim Tiongkok dapat terhitung tak akurat pada sensus tahun 1856 yang melaporkan 71.730 orang bermukim di Koloni (khususnya pasukan). Merujuk kepada tahun 1850, Sir John melaporkan peningkatan penghormatan populasi Tiongkok dan berujar bahwa kelas orang terbaik dikatakan bermukim di Hongkong. Pada 1857, rata-rata jumlah perempuan Tiongkok yang tinggal di Koloni jauh lebih tinggi ketimbang sebelumnya.

Dalam laporannya untuk tahun 1854, Dokter Bedah Kolonial (J. Carroll Dempster) menyatakan kepada Pemerintah soal kebutuhan pengamanan drainase dan ventilasi untuk hunian-hunian orang Tiongkok. Ia berujar bahwa campak menjadi persoalan utama di Koloni tersebut pada 1854. Pada musim semi 1855, demam mewabah di kalangan penduduk Tiongkok, sekitar 800 kematian dilaporkan antara 6 Februari dan 28 April. Peningkatan kegiatan departemen sanitasi menyebabkan, pada Oktober 1856, tepat usai kejadian Perang Arrow, banyak kehebohan di kalangan penduduk Tiongkok terhadap pemberlakuan denda besar yang diberlakukan oleh Magistrat di bawah Nuisance Ordinance yang baru (8 tahun 1850) dan gerombolan Tiongkok turun ke jalan-jalan raya. Pada tahun 1857, Dokter Besar Kolonial berikutnya (Dr. Menzies) melaporkan rata-rata dampak ketidaksehatan terhadap kegagalan curah hujan biasa. Namun pada tahun berikutnya, bencana tersebut terjadi. Kala Dr. Harland (penerus Dr. Menzies) meninggal akibat demam pada tahun 1858, menjadikannya Dokter Bedah Kolonial keempat yang menjadi korban iklim. Penerusnya, Dr. Chaldecott, melaporkan, bak penampilan novel dari Koloni, wabah kolera dan hidrofobia Asiatik yang sebenarnya. Sesambil memberlakukan kebutuhan mendesak penunjangan kondisi sanitasi Koloni, yang berulang kali ditekankan oleh para pendahulunya, Dr. Chaldecott berujar bahwa kemunculan kolera Asiatik pertama 'jika tak secara keseluruhan, setidaknya dilebih-lebihkan dan diperluas akibat, berkenaan dengan drainase sebenarnya dan keberhasilan, hasil yang harus diberlakukan dengan unsur ganda dalam komunitas dikumpulkan bersama pada zaman Victoria, dan pada iklim yang sangat sesuai untuk dekomposisi produksi hewan dan sayur.' Ia melaporkan bahwa kolera Asiatik di Hongkong mula-mula mengerang wilayah berpangan terburuk dan hunian terburuk dari komunitas Tiongkok, kemudian beberapa pegawai India, kemudian pelaut Eropa di pesisir dan wilayah apung dan pada saat yang sama, beberapa prajurit garisun dan tahanan di penjara, dan pada akhirnya, dalam tiga kasus, menyerang kelas tinggi penduduk Eropa di Koloni tersebut dan dalam salah satu kasusnya berdampak fatal. Para penduduk Makau terserang penyakit tersebut pada saat yang sama dan kasus-kasus terjadi di kalangan Pasukan Sekutu di Kanton dan beberapa pasukan perang di daerah sungai. Akibatnya, penyakit tersebut menerjang Pesisir Timur, mencapai Shanghai dan kemudian bergerak dengan pergerakan besar ke sebagian besar Kekaisaran Jepang.

Pendirian pengerjaan air berulang kali timbul pada masa itu dan terutama pada tahun 1858. Sir J. Bowring secara terbuka berujar bahwa beberapa lawan skema Praya buatannya (para anggota dewan) secara terbuka telah bersumpah atas keperluan mereka dalam menangani pendapatan surplus, yang dihitung untuk keperluan Praya, dengan meragamkannya ke lainnya dan sehingga tak mewajibkan kepergawaian negeri, dan aagr hal ini ditujukan untuk keperluan dini terhadap pembangunan pengerjaan air yang dimajukan. Salah satu advokat utama skema pengerjaan air adalah Jurutulis Kolonial (W. T. Mercer). Mengamati bahwa aliran bukit di sisi utara pulau menyediakan suplai air yang layak dijadikan persoalan paling sulit untuk kota tersebut, dan juga menyatakan bahwa keinginan tersebut secara khusus terasa dalam musim dingin kala kebakaran besar menjadi sangat sering di rumah-rumah Tiongkok, ia memutuskan untuk mengarahkan air dari Pokfulam di sekitar pinggiran bukit, yang timbul pada sungai-sungai kecil pada masa yang sama melintasi akuaduk yang direncanakan. Surveyor Umum memperkirakan biayanya berjumlah £25,000. Namun, Sir J. Bowring berpendapat bahwa ini bukanlah bisnis Pemerintah untuk menunjang orang-orang dengan air melebihi kebutuhan hidup lainnya dan sehingga pemasukan tahunan Koloni tak sepenuhnya menerapkan spekulasi semacam itu. Sir John menyarankan pembentukan perusahaan milik bersama, namun menekankan, pada saat yang sama, kesulitan yang mengumpulkan kadar air dari penduduk Tiongkok.

Dalam lingkup perkara perdagangan, Sir J. Bowring malangnya menghadapi, nyaris langsung setelah kedatangannya ke Tiongkok, pergesekan dengan Kamar Dagang Shanghai. Kala penaklukan Shanghai oleh pasukan Taiping membuat kantor pabean Kekaisaran di pelabuhan tersebut terhenti (7 September 1853 sampai 9 Februari 1854), Sir G. Bonham meminta agar para pedagang Inggris yang terus berdagang disana harus mendepositkan, di Konsulat, bon untuk pembayaran bea cukai berikutnya. Para pedagang keberatan, atas dasar bahwa Pemerintah Tiongkok tak dapat mengklaim penarikan, kala mereka menghentikan otoritas dan meniadakan perlindungan, dan bahwa kapal-kapal Amerika, Prusia dan Austria benar-benar datang tanpa membayar penarikan terhadap kargo mereka. Sebelum meninggalkan London, Sir J. Bowring membahas persoalan tersebut dengan Earl Clarendon dan memahamkannya untuk berujar bahwa penarikan tersebut harus dibayarkan. Pada waktu Sir John mencapai Shanghai, kantor pabean Tiongkok didirikan kembali (10 Februari 1854), namun, karena tak giat berjalan, terhenti kembali (28 Maret 1854}, kala para konsul asing sepakat untuk mengumpulkan penarikan untuk pencatatan yang dijanjikan. Sir John memberitahukan Kamar Dagang soal keputusan Earl Clarendon, para pedagang Inggris menangani bon mereka untuk mengurungkan penarikan sampai 12 Juli 1854. Usai membuat kesepakatan dengan Utusan AS agar Inspektur Eropa harus dipilih untuk mengumpulkan penarikan sementara yang dibayarkan kepada Pemerintah Tiongkok, Sir John pulang ke Hongkong (Agustus 1854) dan, dengan sangat terkejut, menghimpun pengerahan yang menunggunya pada Kantor Luar Negeri, yang bertindak di bawah nasehat para pengacara mahkota, memerintahkannya untuk mengembalikan bon ke pihak yang memberikannya. Sir John kemudian memerintahkan pengembalian bon yang dilakukan dari September sampai Februari, namun mempertahankan bon lain, karena ia menafsirkan instruksinya untuk mengatur penanganannya. Nmaun kala Kamar Dagang Shanghai sekali lagi mengajukan ke Kantor Luar Negeri, Earl Clarendon memberitahu perutusan Asosiasi Hindia Timur dan Tiongkok (November 1854) bahwa Sir J. Bowring mengeluarkan perintah positif untuk tak campur tangan dalam hal apapun dengan pengumpulan penarikan. Sir John kini kini mendapatkan omong kosong yang tak pantas kala paa pedagang Shanghai, yang mendorongnya untuk bertindak sepanjang pemberlakuannya berseberangan dengan instruksinya, mengerahkan tindakannya dalam persoalan tersebut dengan sangat tidak tulus dan otokratik. Sehingga, banyak hal yang dilakukan terhadap peran para pedagang yang sama, yang mereka, serta kabar pengecaman parlementer karakter dan tindakan Sir John dalam hubungannya dengan Perang Arrow yang mencapai Shanghai (April,1857), secara langsung mengesahkan resolusi yang secara antusias membela karakternya dan membenarkan tindakan dan kebijakan umumnya.

Perdagangan Koloni berkembang sepanjang pemerintahan tersebut. Keputusan perjanjian Sir John dengan Siam menyebabkan, sejak Mei 1855, kapal-kapal besar Siam mengerumuni Hongkong. Ini menyebabkan revolusi langsung perdagangan beras yang kini banyak jatuh ke tangan asing, yang mengakibatkan pengurangan harga penyambutan, karena tingkat kelaparan yang telah menimpa Kanton. Pembukaan Jepang, lewat Konvensi yang dihasilkan (14 Oktober 1854) oleh Laksamana Sir James Stirling, tak memiliki dampak langsung semacam itu terhadap perdagangan Hongkong, namun menghimpun dasar penting lewat cabang perdagangan yang berkembang secara perlahan. Selain itu, perdagangan dengan Kepulauan Filipina, yang secara material berlanjut lewat pembukaan (11 Juni 1855) pelabuhan-pelabuhan Saul, Iloilo, dan Zamboanga (di pulau Mindanao), yang hanya menunggu untuk pendirian komunikasi arus biasa untuk memanfaatkan Hongkong lebih khusus lewat peningkatan tawaran tahunan untuk pabrik-pabrik Inggris. Imigrasi Tiongkok berlanjut untuk berkembang dari tahun ke tahun. Pegawai imigrasi dilantik oleh Sir John (Mei 1854) dengan dampak bagus. Pengangkutan para imigran dengan kapal pertama dilaporkan (November 1854) datang dengan selamat di Kingston. Rombongan imigran ke California dan Australia (khususnya ke Melbourne) tetap meningkat. Sebanyak 14.683 imigran Tiongkok berlayar dari Hongkong pada tahun 1855, dan 13.856 pada 1858. Larangan diberlakukan pada suatu waktu (1 September 1854) terhadap perdagangan kuli ke Kepulauan Chincha, kala perdagangan diyakini dihasilkan dalam bentuk perbudakan yang sanagt berlebihan, ditarik lagi (3 Februari 1855) karena tindakan yang kal itu diambil untuk perlakuan baik dan penaungan biasa tenaga kerja Tiongkok di Kepulauan tersebut. Pada sekitaran waktu yang sama, aturan-aturan baru terkait kebiasaan dan tujuan penumpang Tiongkok di kapal-kapal imigran dibuat (7 Maret 1855). Hongkong terus menjadi pelabuhan dari seluruh imigran Tiongkok Selatan, mampu melandasi pergerakan mereka, utamanya untuk kepergian ke negara-negara asing. Keberadaan tersebut pada suatu kali (Maret 1857) menutup pengiriman-pengiriman kuli di Hongkong menjadi temuan mengejutkan, dan secara langsung diurungkan. Sir John menganggap Perintah Penumpang Tiongkok terlalu ketat terkait imigran Tiongkok membayar pergerakan mereka sendiri, walaupun untuk imigrasi para buruh yang diundang berada di bawah kontrak yang dianggap olehnya sangat dibutuhkan terhadap UU tersebut. Kondisi perkaran yang mengganggu di dalam dan di luar Koloni tak mencampuri banyak perdagang Koloni. Sehingga, perdagangan kapal jung mendadak merosot pada 1857, saat jeda pertikaian kala Sungai Kanton ditutup untuk kapal-kapal jung Hongkong, dan menurun sampai 270.244 ton dalam setahun, namun dengan cepat pulih kembali. Perkapalan luar negeri kembali untuk lima tahun pemerintahannya menunjukkan rata-rata peningkatan tahunan 487 kapal, mewakili 251.350 ton, menjadi 68 persen. Bobot meningkat dari 300.000 sampai 700.000 ton kapal berbentuk persegi. Perdagangan kapal jung diberlakukan secara keseluruhan dalam proporsi serupa. Dibantu pada masa itu lewat perluasan besar jaringan komunitas yang menghubungkan Hongkong dengan belahan dunia lain, Koloni tak hanya terus menjadi markas besar seluruh pihak perdagangan besar di Tiongkok, namun kala itu menjadi pelabuhan paling banyak dikunjungi di Pasifik.

Persoalan mata uang tak dimajukan dalam cara apapun oleh Sir J. Bowring. Lewat perintah Kantor Kolonial, ia menerbitkan (9 Juli 1857) sebuah notifikasi untuk memberlakukan agar sovereign dan half-sovereign Australia harus menjadi mata uang sah di Hongkong. Namun, ia berpendapat agar pengesahan Pemerintahan Yang Mulia yang membuat sovereign menjadi alat tukar standar di sebuah negara tempat emas tak menjadi alat tukar sah. Ia juga menentang kerancuan pertahanan catatan Pemerintah terhadap Sterling di sebuah Koloni tempat tak ada pedagang, penjaga toko atau orang manapun yang melakukan transaksi apapun kecuali dalam dolar dan sen. Sir J. Bowring bahkan kemudian dan mendorong para Kepala Komisioner Perbendaharaan Yang Mulia untuk mensanksi pemakaian dolar Inggris dan pengesahan Mint di Hongkong. Malangnya, usulan tersebut ditolak oleh Badan Perbendaharaan atas permohonan agar para pendukung perdagangan dari pernyataan Sir J. Bowring yang sebenarnya merupakan beberapa pedagang Shanghai yang, dari penekanan terhadap diri mereka sendiri, mencegah pemakaian dolar Meksiko di tempat tersebut dan agar kepentingan tertentu dimajukan pada skema apapun yang, jika berhasil, memulihkan mereka dari kesulitan dan, jika gagal, takkan membiayai mereka. Panggilan Sir J. Bowring untuk dolar Inggris tak hanya dianggap percobaan berresiko dan mahal namun bersifat dini dalam pandangan fakta bahwa uang Sterling tetap, di bawah keputusan proklamasi kerajaan tertanggal 1 Mei 1845, menjadi standar nilai di Hongkong, Dalam hal ini, sebagaimana dalam beberapa pernyataan lain, gagasan Sir John dimajukan pada masanya.

Sejauh apa masa beberapa pria langgeng di Hongkong bertahan, dibuktikan oleh fakta bahwa pada musim semi 1856, Wagub, Kolonel W. Caine, menyerahkan permohonan lama, yang mula-mula dibuat oleh Kapten Elliot (28 Juni 1841) dan kemudian diulang oleh para pedagang Hongkong yang salah acuan (Desember 1846), bahwa Parlemen harus memberlakukan pemberlakuan berbeda terhadap satu penny per pound terkait teh yang diangkut dari Hongkong. Koloni Caine menganggap bahwa, jika tindakan tersebut diberlakukan, hasilnya takkan membutuhkan demonstrasi. Namun, Sir J. Bowring bersikukuh terhadap pernyataannya, bahwa seluruh sistem penugasan berbeda, dalam pandangannya dan prinsipnya, dicurangi pada penerapannya dan ditolak pada hasilnya. Setelah itu, skema tersebut tak lagi terdengar.

Di antara topik perdagangan kecil yang meraih perhatian masyarakat, yang menyebutkan keluhan yang dibuat oleh Postmaster General terkait kedatangan tak biasa dari kapal-kapal uap pengirim pesan (10 Desember 1854), keretakan Perusahaan Paket Kapal Uap Kanton dan Hongkong (13 Desember 1854), dan sebuah keputusan yang diberikan oleh Mahkamah Agung (2 Mei 1855) diberlakukan agar Peninsular and Oriental Steam Navigation Company harus menyerahkan parsel tanpa penundaan yang tak dibutuhkan dan tak memiliki hak untuk meninggalkan parsel untuk Eropa di belakang, pada titik manapun pada rute mereka, untuk membuat ruang bagi kargo lain.

Fakta bahwa reputasi komersial Koloni telah, bahkan pada masa itu, tak didirikan kembali di Inggris, menjadi bukti menyakitkan pada sebuah artikel yang muncul (17 Desember 1858) dalam Times dan menyebabkan banyak tanggapan di Koloni. Hongkong digambarkan terasa dirrendahkan dan disingkirkan lewat pembukaan banyak pelabuhan perjanjian di Tiongkok. Diduga, seluruh kesuksesan persenjataan Inggris di Tiongkok, yang sangat berharga pada belaahn dunia lain dan sangat penting untuk kepentingan besar kemanusiaan, lebih digerakkan oleh pedagang Hongkong, terhadap penekanan alami mereka pada kepentingan perorangan mereka sendiri. Pernyataan penulis nampak menyatakan bahwa Mr. M. Martin, yang pengaruhnya sempat muncul lagi (mungkin untuk terakhir kalinya) menyatakan bahwa Koloni salah ditempatkan di Hongkong dan seharusnya dipindahkan ke Chusan, jika Koloni Inggris secara keseluruhan diinginkan di Tiongkok. Seluruh pergerakan Hongkong dikatakan secara khusus timbul pada puncaknya menjadi pelabuhan tunggal yang memiliki hak di Kanton, penulis menekankan bahwa kesuksesan Hongkong sebetulnya datang dari kesulitan Kanton.

Sejarah pendidikan pada masa itu disifatkan oleh penurunan tajam sekolah gratis. Anglo-Chinese College, yang terdiri dari 30 sampai 85 cendekiawan, ditutup pada akhir tahun 1850 dikarenakan tak ada pembenaran untuk melanjutkannya. Walaupun melatih sejumlah pramuniaga handal pada kantor-kantor perdagangan, sekolah tersebut gagal dari sudut pandang pendidikan dan misionaris, dan, mengakui kegagalannya. Dr. Legge dengan berani menutup Kolese. St. Paul's College berlanjut selama beberapa tahun lamanya, namun Sir J. Bowring, yang memberatkan hasilnya dalam skala resmi, nampak menganggapnya gagal. 'Karena selama enam tahun terakhir' ujarnya, '250 pound setahun disepakati oleh Parlemen terhadap Bishop's College untuk pendidikan enam orang yang ditujukan untuk kepegawaian negeri, dan bukan perorangan tunggal dari Kolese yang dinyatakan kompeten untuk mengambil alih departemen berguna dari penugasan penerjemah, walau aku tak meragukan harapan dan keinginan Bishop's untuk menunjukkan beberapa hasil terapan dan bermanfaat dari pemberian Parlemen yang dikatakan. Bagi misionaris sendiri, aku dapat melirik bantuan aktif, dan tujuan khusus mereka secara tak lazim menyelaraskan mereka untuk pengarahan pendidikan umum dan populer.' Sebuah pergerakan pendidikan baru diinisiasikan (6 Maret 1855) oleh pertemuan publik yang, mengeluhkan bahwa Hongkong masih tak memiliki sekolah negeri untuk anak-anak Inggris, yang kurang terdidik ketimbang orang Tiongkok, menghimpun keantusiasan besar terhadap sekolah (yang kemudian dikenal sebagai St. Andrew's School) di bawah Komite perwakilan dan sangat populer (Hon. J. F. Edger, A. Shortrede, James Smith, B. C. Antrobus, C. D. Williams, Douglas Lapraik, F. W. M. Green, dan Geo. Lyall). Namun walau sekolah tersebut dimulai dan berlanjut di bawah pengasuhan Mr. Shortrede, keputusan kemudian mendorong dirinya terhadap pengakuan umum bahwa gagasan asli Komite yang mempercayakan Sekolah tersebut untuk pembimbingan anak-anak pemukim Inggris tak diterapkan. Diberatkan dalam skala populer, sekolah tersebut juga didapati diinginkan, melalui pelaksanaan beberapa tahun lamanya. Namun walau sekolah-sekolah gratis utama kemudian berkurang pada masa itu, dan kemudian sekolah-sekolah yang didirikan oleh misi Protestan dan Katolik untuk pemanfaatan orang Tiongkok juga berlanjut dalam kondisi yang berkesinambungan, 13 Sekolah Pemerintahan, yang memberikan pendidikan Tiongkok murni, bertumbuh dan berkembang dalam hal kehadiran dan pelaksanaan, walaupun pengangkatan (12 Mei 1857) Inspektur, Rev. W. Lobscheid. Pelaksana Tugas Jurutulis Kolonial (Dr. W. T. Bridges), kala berujar (Maret 1857) bahwa tak ada yang lebih baik ketimbang pergerakan pendidikan lokal, mengakui tanda-tanda vitalitas kesehatan dalam Pemerintahan (sekecil apapun) yang dikunjunginya secara pribadi.

Sedikit catatan terkait perkara keagamaan pada masa itu. Bimbingan besar timbul kala Sir J. Bowring mengurungkan (25 Mei 1855) permintaan Uskup Smith agar gubernur harus membuat 6 Juni 1855 sebagai hari raya dan cuti, dengan rujukan pada Perang Krimea dan peniruan tindakan populer yang diberlakukan di Inggris. Sir John menyatakan pernyataan tak adil terhadap banyak warga beragama di Koloni tersebut, namun tindakannya sangat disepakati oleh Kantor Kolonial karena proklamasi hari raya umum merupakan wacana yang bahkan Penguasa Berdaulat, selaku kepala Gereja Inggris, hanya memutuskan dalam bentuk Perintah dalam Dewan. Beberapa bulan kemudian, Uskup Smith datang (18 Oktober 1858) lagi ke depan lewat publikasi surat edar yang ditujukan kepada Uskup Agung Canterbury dalam ulasan Perjanjian Tientsin yang berdampak pada kepentingan Kristen di Timur. Surat tersebut, yang juga Uskup tujukan kepada Gereja untuk pembaharuan upaya misionaris di Tiongkok, memiliki dampak besar di Inggris dan Benua tersebut. Pada Mei 1858, sebuah pernyataan umum yang timbul di Hongkong memajukan, di bawah nasehat Sir F. G. Ouseley, Profesor Musik Oxford, sebuah organ (seharga £125) dan pemain organ kelas satu. Akibatnya, seorang musisi berbakat dan sangat terlatih (C. F. A. Sangster) dikirimkan (pada 1800) dan ia memandu paduan suara Katedral selama 35 tahun dengan kesuksesan besar.

Walaupun kehidupan sosial Hongkong berlangsung secara keseluruhan terpusat pada Balai Pemerintahan, Sir J. Bowring menghimpun beberapa jabatan yang dipegang oleh kelompok tulisnya dan salah satu pendahulu gubernurnya, Sir J. Davis. Keduanya nyaris sama-sama cerdik dan sama-sama kurang populer di Hongkong. Hal ini seringkali menandakan bahwa para teman dan penasehat Sir J. Bowring—dan bahwa ia menganggap hal semacam itu adalah pernyataan yang dibutuhkan—kebanyakan non-Inggris. Koresponden New York Times (4 Januari 1859) yang diwakilkan dalam ranah sosial dan intelektual Sir John Bowring, menduga bahwa satu rahasia ketidaktenraran Sir John 'dalam masyarakat kurang tersorot di Hongkong' adalah kesederhanaan demokratik yang dianut olehnya dalam gaya hidupnya. Sejumlah kejadian yang memberikan warna pada kehidupan sosial pada masa itu, usai peristiwa-peristiwa yang telah disebutkan, yakni kedatangan (1 Agustus 1854) kapal angkut AS Supply, yang para perwiranya mengangkut sejumlah batubara ke Formosa; kedatangan (14 Agustus 1854) kapal Amerika Lady Pierce dengan pemiliknya Silas E. Burrows; serangan (12 September 1854) tukang cuci lokal yang menuntut gaji yang lebih baik; kehadiran (14 September 1854) komunitas Amerika di Kanton dan Hongkong untuk penugasan terhadap Komodor Perry dalam komando Skuadron AS; kedatangan (1 November 1854) kapal penemuan Enterprise dari Samudra Arktik; makan malam perpisahan umum yang diberikan (20 November 1858) kepada para perwira 59th Regiment (2nd Nottinghamshire) yang selama sembilan tahun berada di Tiongkok; serangkaian hiburan teatrikal (sejak Januari 1859) yang diberikan oleh para perwira tingkat satu atau Royal Regiment yang mengeluarkan tiket musiman untuk keperluan tersebut.

Kejadian-kejadian yang disebutkan berikut ini sebagai tanda pergerakan yang dibuat oleh Koloni pada masa itu, yakni pembentukan, atas contoh Mr. W. Gaskell, dari Perhimpunan Hukum Lokal (28 Oktober 1854); penghimpunan pemadam kebakaran sukarela (23 Januari) dan pemadam kebakaran Tiongkok (7 Maret 1856); penunjangan penerangan kota, yang kini juga meliputi Praya Timur dan Wantsai, 100 penerangan minyak ditambahkan (1 Oktober 1856) menjadi 250 penerangan minyak yang sebelumnya ada, dan tingkat penerangan disediakan untuk seluruh penggelontoran (Perintah 11 tahun 1856); pendirian sejumlah vila di Pokfulam yang dipakai sebagai sanatorium dan kebun yang ditujukan untuk menanam jahe dan kopi (Juni 1856); pendirian dok-dok baru oleh Mr. Douglas Lapraik dan Kapten J. Lamont di Aberdeen (Juni 1857).

Tindakan yang diberlakukan oleh Koloni tersebut pada masa itu entah terkait perang atau tindak, ditimbulkan oleh kejadian kecelakaan. Bahkan sebelum para utusan Mandarin Kanton menyerang Hongkong sebagai tindak patriotik, beberapa pergesekan serius terjadi di bagian pusat kota (16 Februari 1855), di Taipingshan (27 Januari 1856) dan di pasar barat (23 Februari 1856). Sebuah guncangan gempa tak mematikan terasa di Hongkong (28 September 1854), hujan lebat yang menyebabkan banyak kerusakan pada dainase, jalan raya dan rumah Tiongkok (22 Juni 1855), dan topan yang nyaris melewati Koloni (September 1855) menyebabkan banyak luka pada pengangkutan dan awak, disamping mengubur sejumlah rumah di Queen's Road West akibat tanah longsor, dampak langsung hujan lebat yang menyertai topan.

Tokoh-tokoh yang meninggal dunia pada masa itu meliputi Mrs. Irwin (21 Juli 1857), Kolonel Lugard (1 Desember 1857), Dr. W. A. Harland (12 September 1858), dan Pelaksana Jabatan Jaksa Agung J. Day (21 September 1858). Sejak kematian J. R. Morrison (pada 1843), tak ada kejadian di Hongkong yang dikabungkan seumum dan mendalam kematian Dr. Harland, yang sejak 1844 bertugas sebagai Dokter Bedah Residen di Seamen's Hospital dan kemudian sebagai Dokter Bedah Kolonial, dan meninggal dunia akibat demam kala tertular saat menghampiri orang-orang miskin Tiongkok.

Pemerintahan Sir J. Bowring dicobai pada suatu waktu (5 Mei 1859) kala tanggapan-tanggapan pers Inggris, yang mengulas diskusi Parlementer dari kekeliruan penanganan Hongkong, mencapai Koloni dan sehingga mereproduksi sejumlah keterpikatan umum. Sir J. Bowring berangkat, sejak Sir J. Davis, di tengah-tengah sejumlah besar komunitas Eropa dan memicu pengecaman akhir yang dimajukan oleh para penyunting lokal. Dalam suatu pernyataan, Sir J. Bowring dikatakan lebih buruk ketimbang para pendahulunya. Sir H. Pottinger, Sir J. Davis, maupun Gubernur Hongkong sebelum dan setelahnya, bahkan Sir J. Pope Hennessy, tidaklah terlalu dilecehkan seperti halnya Sir J. Bowring. Penyebutan dan tuduhan fitnah, secara berkelanjutan ditujukan kepadanya oleh pers publik (kecuali China Mail) sampai kepergiannya, tidaklah selaras untuk disebutkan. Secara jelas, sifat pribadinya alih-alih kebijakannya yang memicu pergesekan para lawan politiknya. Seperti dalam kasus Sir J. Davis, sehingga kini komunitas Eropa menyatakan kebencian mereka terhadap Gubernur lewat kesukaan tambahan kala kedatangan Laksamana saat menghiraukan kepergian Gubernur. Pada 16 Maret 1859, para pedagang utama memajukan kepada Sir Michael Seymour, K.C.B., sebuah pernyataan dan permohonan tentang london dengan jumlah 2.000 guinea untuk penjualan jasa, untuk menandai esensi komunitas Hongkong soal jasa besarnya dan penghormatan yang ditujukan kepadanya secara pribadi. Sebagai tanggapannya, Sir Michael menyebutkan kemajuan yang diberikan darinya, sebelum kedatangan Lord Elgin, nasehat dan pengalaman Sir J. Bowring untuk membantunya. Namun kala, beberapa pekan kemudian, Gubernur meninggalkan Koloni, komunitas Eropa tak menyampaikan pernyataan maupun pesan, menghiraukan kepergiannya, sampai peristiwa langka lelang publik diadakan di Balai pemerintahan (20 Mei 1859) menggambarkan komunitas Eropa dalam nuansa sarkastik terhadap kebaikan dan pemberian mantan Gubernur mereka.

Namun, komunitas Tiongkok sangat berbeda terhadap pandangan wacana publik luar negeri, yang memajukan kesetiaan. Dua orang Tiongkok menunggui Sir J. Bowring pada kesempatan terakhir kala kepergiannya dan menyatakan kecerdikannya yang diemban olehnya terhadap setiap kelas penduduk asli, lewat pemberian beberapa pernyataan luar biasa yang meliputi cermin, vas perunggu, mangkuk porselen dan rajutan satin yang mencantumkan nama 200 pelanggan. Karakter mendadak dari pernyataan tersebut tak diragukan dan banyak menyambut kepergian hati Gubernur.

Kala perjalanan pulangnya menggunakan S.S. Pekin, Sir J. Bowring malangnya mengalami karam kapal di Laut Merah, namun ia mencapai Inggris dengan selamat. Ia, selaku seorang Liberal terdepan, menerima sambutan dari Kementerian Konservatif atas jasa meyakinkan dan sabarnya di Hongkong. Namun, di sisi lain, ia disikapi dingin dengan lobi Dewan Rakyat oleh beberapa mantan teman politiknya. Setelah pensiun dari kepegawaian negeri atas dasar pensiun liberal, ia giat berceramah tentang topik-topik Dunia Timur; menulis makalah-makalah tentang persoalan sosial, ekonomi dan statistik; memberikan pernyataan di pertemuan Social Science Association, British Association, Devonshire dan Perhimpunan lain; mempelajari Tiongkok dan mengkomposisikan syair agama, yang beberapa dianggap berharga. Dengan tenang melirik kembali menjelang akhir masa hidupnya terhadap seluruh ragam peristiwa dari riwayatnya yang menakjubkan, dan memandang karirnya di Tiongkok selain sebagian kecil karya hidupnya, Sir J. Bowring menulis, dalam rekoleksi auto-biografinya, perkataan mengenang berikut ini. 'Karirku di Tiongkok meliputi sebagian besar sejarahnya, bahwa aku tak merasa perlu untuk mencatat kejelasannya. Aku banyak dipersalahkan atas kebijakan yang dimajukan olehku, walau kebijakan tersebut banyak bermanfaat pada negaraku dan umat manusia secara garis besar. Ini tidak adil atau setidaknya menyatakan bahwa seluruh tindakan, yang diterapkan atau dimajukan di dalam negeri, akan selalu sukses di luar negeri.' Sir J. Bowring meninggal dunia dengan damai pada 23 November 1872, tepat pada usia delapan puluh tahun.