Eropa di Tiongkok/Bab 5
Pergesekan dan Kebijakan Senyap
1834 sampai 1836.Pengusiran Lord Napier dan para rekannya menghentakkannya (pada 1834) namun gejala-gejala dini angin ribut Kekaisaran Tiongkok, keresmian dan kekayaan populernya, yang disanjung para kepala komunitas Inggris di Kanton pada lima tahun berikutnya (pada 1839). Pada saat ini, gangguan singkat terhadap perdamaian diikuti oleh jeda temporer. Namun, pada keberlangsungannya, tekanan dalam timbul di kalangan seluruh pihak terkait, daalm Kabinet Inggris, di kalangan Petinggi yang menggantikan Lord Napier, di kalangan pedagang Inggris dan di kalangan Tiongkok.
Mr. J. F. Davis (kemudian lebih dikenal sebagai Sir John Davis, Sinolog dan Gubernur Hongkong) meneruskan jabatan Kepala Petinggi perdagangan Inggris di Tiongkok (12 Oktober 1834), Sir George B. Robinson menjabat sebagai Petinggi kedua dan Mr. J. H. Astell menjabat sebagai Petinggi Ketiga. Kala mengumumkan perusahaan yang terjadi kepada Lord Palmerston, Mr. Davis menyatakan bahwa tindakan pengajuan yang tak terwujud dan dini tak hanya akan tak berbuah namun mengusik, dan sehingga 'kebungkaman dan kesenyapan absolut' menunjukkannya kebijakaan paling selaras untuk dimajukan, sampai penerimaan perintah dari Kabinet.
Namun Kabinet Inggris tak dalam suatu posisi, selama bertahun-tahun mendatang, untuk membentuk kebijakan pasti apapun terkait dengan Tiongkok. Lord Palmerston secara sementara (14 November 1834, sampai 10 April 1835) melepas jabatan dan kala para pemimpin Whig meneruskan sisa masa Pemerintahan (10 April 1835, sampai 16 September 1841), mereka merasa tanah di bawah kaki mereka tak terlalu stabil untuk merresikokan keberadaannya mereka dengan mengadopsi kebijakan berkaitan dengan Tiongkok. Adipati Wellington secara pribadi mengadopsi pandangan para pegawai Tiongkok dan tak bergesekan dari penerapannya pada masa lampau, dalam mengecam tindakan Lord Napier, atau untuk masa depan dalam menyepakati rancangan kebijakan yang belum diberlakukan oleh Mr. Davis. Pada masyarakat Inggris, ini memegang sikap apati, tak memperdulikan hal-hal tersebtu, sepanjang suplai teh dan sutra dikedepankan dengan harga biasa, Menurutnya, kala Mr. Davis, yang khawatir ia ditinggalkan tanpa perintah apapun, memajukan saran positif, mereka, walau dorongan baik diambil dan diberlakukan pada tahun-tahun berikutnya, sangat dinaungi untuk kebaikan meskipun oleh Pemerintahan.
Mr. Davis merekomendasikan (24 dan 28 Oktober 1834) untuk tak mengirimkan utusan lain, namun memohon kepada Kaisar Tiongkok dengan cara pengerahan yang dilakukan oleh armada kecil di muara Sungai Peking (Peiho), dan, jika permohonan semacam itu gagal, maka ia berharap untuk memakai tindakan paksa. Mr. Davis merekomendasikan pernyataan tersebut atas dasar bahwa Pemerintah Kekaisaran Tiongkok ingin mengusik keadaan para pedagang Inggris, namun Otortias Kanton, lewat kekeliruan mereka, membiarkan Kaisar dalam kekelaman selaku posisi kepentingan sebenarnya. Pada saat yang sama, Mr. Davis menyatakan bahwa para Mandarin di Kanton tetap mengendalikan pedagang Inggris di tangan Pedagang Hong, karena sistem tersebut memperkenankan mereka untuk menyoroti tanggung jawab mereka sendiri dan menerapkan tindakan keras mereka pada perdagangan dengan tekanan yang lebih besar.
Dalam pandangan tersebut, Davis didukung oleh seluruh komunitas Inggris di Kanton dan Makau, yang memajukan (9 Desember 1834) sebuah petisi yang ditandatangani oleh enam puluh empat warga Inggris dan ditujukan kepada Yang Mulia Raja di Dewan. Opini yang dimajukan oleh mereka menyatakan agar pengakuan lama dalam anggapan kepemimpinan arogan atas para penguasa dan masyarakat dari negara lain, yang diklaim oleh Kaisar Tiongkok, telah menyebabkan kecacatan dan pembatasan yang diberlakukan pada perdagangan Inggris di Tiongkok, dan bahwa Lord Napier tak memiliki kekuatan yang handal, yang sebetulnay ditunjang oleh pasukan bersenjata, telah menempatkan para pedagang Inggris dalam posisi mereka saat ini yang terkikis dan tak aman. Sehingga, mereka menyarankan kepada Raja dalam dewan, bahwa pernyataan yang menentukan peringkat Kekaisaran Inggris pada skala bangsa-bangsa merupakan kebijakan sebenarnya untuk diadopsi, dan mereka merekomendasikan rencana yang sebenarnya dilakukan tujuh tahun kemudian dalam peristiwa yang disebut perang candu kala pejabat berkuasa penuh dengan pasukan bersenjata bergerak untuk tempat pemberhentian di pantai timur Tiongkok dan tuntutan perbaikan sikap Kaisar terhadap hinaan yang ditujukan kepada Lord Napier, kepada Raja dan masyarakatnya, dan untuk merancang pelantikan Komisioner Kekaisaran untuk dihimpunkan dasar pejabat berkuasa penuh Inggris untuk mengatur perdagangan Inggris, sehingga dapat mencegah ketegangan pada masa mendatang, dan meluas ke perdagangan di Amoy, Ningpo dan Chusan.
Fakta bahwa pada akhir tahun 1834, alasan-alasan yang ada untuk membuat tuntutan tersebut dan untuk mengambil tindakan tersebut, yang tanpa tindakan koersif bersifat tak mungkin, menjadi penting. Dampak setara merupakan fakta lain bahwa perang tahun 1841 pada masa berikutnya tak lebih dari apa yang dibutuhkan dan dituntut pada tahun 1834. Untuk fakta-fakta yang menunjukkan bahwa pengusiran lanjutan komunitas Inggris dari Kanton (pada 1839) dan seluruh pertanyaan candu, seperti yang terhubung dengan perang tahun 1841, sebetulnya tambahan kejadian pada fakta yang telah paten pada tahun 1834 untuk setiap pemukim di Tiongkok, pedagang asing dan Petinggi Inggris, bahwa kebutuhan perdagangan Inggris, dipadukan dengan penghormatan diri tunggal dan nasional Inggris, sangat berkaitan dengan perhatian Tiongkok terhadap perdagangan dan pernyataan Tiongkok terhadap ketuanan dan otokrasi, sehingga membuat perang antara Britania Raya dan Tiongkok menjadi kebutuhan absolut. Tanpa cara lainnya yang dapat dilakukan oleh Otoritas Tiongkok untuk membuat pemberlakuan terhadap pedagang, mereka undang sendiri dan ingin mereka lanjutkan perdagangan mereka dengan Tiongkok. Ketiadaan pemendekan dari unjuk rasa bersenjata pasukan yang dapat mendorong para Mandarin Tiongkok untuk memberikan modus vivendi bermartabat kepada perdagangan asing. Pada akhir tahun 1834, perang dengan Tiongkok menjadi pertanyaan waktu yang sebenarnya. Perbincangan secara ketat singkatnya menjadi pertanyaan yang mengembangkan opini publik di Inggris untuk pengakuan terhadap kebutuhan sebenarnya dari kasus tersebut. Namun, hal ini mengambil waktu bertahun-tahun untuk menyertainya, dan walaupun kepentingan di Tiongkok berada dalam keadaan transisi, posisi pedagang Inggris dan Petinggi mereka sangatlah rancu.
Para pedagang Inggris di Kanton, Makau dan pelabuhan Lintin, biasanya berada di bawah kendali Petinggi Inggris. Namun, Otoritas Tiongkok bersikukuh mengecam klaim status resmi mereka, dan Kabinet Inggris meninggalkan otoritas politik mereka tanpa dukungan dan yurisdiksi mereka atas warga Inggris tak dipastikan. Selain itu, banyak pedagang Inggris menganggap bahwa Pemerintah mereka sendiri mematahkan keyakinan dengan mereka dalam persoalan pembubaran monopoli dagang Perusahaan Hindia Timur. Karena pemerintah yang diberlakukan lewat UU Parlemen membuka perdagangan dengan Tiongkok dan sehingga mengundang mereka untuk beroperasi di Kanton, dan sehingga Pemerintah muncul untuk mentoleransi dan mensanksi sebuah kejadian di Kanton dari monopoli perdagangan Perusahaan Hindia Timur dalam bentuk Komite Keuangan broker keuntungan yang, dengan sumber daya pendapatan India atas komando mereka, menghampiri, dan menguasai operasi perdagangan para pedagang bebas Inggris. Pernyataan tersebut lebih mengena, karena Otoritas Tiongkok meningkatkan pemberlakuan mereka terhadap perdagangan Inggris nyaris dari bulan ke bulan, bahkan sejak piagam Perusahaan Hindia Timur terhenti.
Kemudian, dikepalai oleh Jardine, Matheson & Co., R. Turner & Co., J. Innes, J. McAdam Gladstone, A. S. Keating, J. Watson, N. Crooke, W. S. Boyd, J. Templeton & Co., dan Andrew Johnstone, Badan Perdagangan Inggris di Kanton memprotes melawan kelanjutan di Tiongkok dari bagian manapun dari pabrik Perusahaan Hindia Timur, bahkan untuk keperluan menjual keuntungan di India dan menjajakan keuntungan di Inggris, dengan memajukan barang dan pernak-pernik perorangan yang ditujukan untuk keberlangsungan Inggris. Mereka memohon agar pratek tersebut menjadi dorongan UU Parlemen yang mewajibkan Perusahaan Hindia Timur disingkirkan dari segala usaha perdagangan; agar harga barang-barang Tiongkok meningkat; agar mendorong spekulasi tertunjang; agar menutup ibukota perkapalan Inggris lewat pendudukan lahan dengan pendapatan India; dan agar membentuk monopoli dekat dengan teh yang diinginkan melalui kesepemahaman dengan Pedagang Hong.
Sementara itu, Otoritas Tiongkok meneruskan taktik mereka sebelumnya. Mereka bukanlah harapan paling cerah untuk membunuh angsa yang mengerami telur-telur emas; hanya angsa yang tak harus memiliki aspirasi di atas angsa dan masih dalam pergesekan mereka sendiri. Kala mereka mendengar kedatangan Lord Napier di Makau, mereka membuka kembali perdagangan (29 September 1834) dan memberlakukan pelarangan terhadap pilot-pilot yang melabuhkan kapal-kapal asing ke Whampoa. Perdagangan yang dimajukan direkomendasikan ulang dan memberlakukannya sememungkinkannya, baik di Kanton maupun Lintin. Namun otoritas Kanton dan Pedagang Hong mencegah pengakuan Petinggi Inggris memiliki status resmi apapun, sementara mereka menggunakan segala cara yang memungkinkan, baik secara adil maupun curang, untuk mendorong pedagang Inggris melanggar otoritas dan yurisdiksi Petinggi. Mereka bahkan berniat melibatkan Badan Perdagangan untuk mencalonkan 'tai-pan dagang' (Kepala Superkargo) secara resmi diakui oleh Pemerintah Tiongkok bertanggung jawab untuk tindakan pribadi dan transaksi perdagangan setiap pedagang asing, dan juga secara khusus untuk perdagangan candu Lintin. Untuk undangan pencalonan tai-pan dagang, khususnya yang diperintahkan oleh Gubernur (19 dan 20 Oktober 1834), pedagang Inggris, terutama yang diperingatkan oleh Jurutulis Petinggi yang masih setiap (10 November 1834), terlibat dalam sebuah badan, yang tanpa otoritas jenis tersebut dapat dipegang oleh pedagang Inggris manapun tanpa otoritas Mahkota Inggris.
Meskipun demikian, komunitas Inggris tak menyamarkan para Petinggi yang, jika wacana yang dibuat oleh mereka kepada Pemerintah Inggris tak dihargai, komunitas perdagangan tersebut takkan memiliki kepercayaan apapun dalam kebijakan para Petinggi, dan bahwa, tanpa diakui sebagai Komisi yang masih berkaitan dengan Otoritas Tiongkok dan tak mampu menganggap klaim mereka pada otoritas politik dan hukum, mereka berniat tak mengkhususkan komunitas perdagangan Inggris untuk melirik mereka untuk pemanduan, pengarahan atau perlindungan. Salah satu pedagang, Tuan Keating, bersengketa besar dengan firma Turner & Co. terhadap klaim tiga ratus dolar, yang dikecam oleh firma tersebut, timbul sepanjang menyangkali yurisdiksi para Petinggi secara bersamaan, atas dasar karakter tak pasti dari fungsi mereka dan keinginan kekuatan mereka untuk mewujudkan keputusan mereka. Atas dasar yang sama, Tuan Innes, pedagang Inggris lain, yang dipersalahkan oleh Tiongkok, mengancam para Petinggi dengan memberlakukan hukum dalam penanganannya sendiri dan membuat persembahan terpisah pada penduduk asli.
Meskipun sengketa serupa memecah belah pedagang asing dan Petinggi mereka, Otoritas Tiongkok dan Pedagang Hong tidak dalam hubungan yang lebih baik. Pedagang Hong sangat bergesekan dengan para petinggi mereka karena gagal membawa para pedagang asing di bawah kepala asing bertanggung jawab dan karena dampak kegagalan cara apapun untuk mendorong mereka menghentikan perdagangan yang dilakukan di Lintin oleh kapal-kapal pengangkut candu. Selain itu, prinsip-prinsip perdagangan bebas mulai dirasakan mereka sendiri di pihak Tiongkok. Monopoli diri Pedagang Hong mulai tumpah ruah. Untuk beberapa waktu lampau, Pedagang Hong Senior, yang merampungkan sendiri, secara nampak bertindak sebagai pemegang monopoli tunggal, namun Pedagang Hong lainnya, yang dicobai oleh utang mereka dengan pedagang asing dan Mandarin, diambil untuk menerapkan beberapa hak mereka pada pedagang dan penjaga toko Tiongkok swasta, yang dengan sendirinya mereka mengeluarkan lisensi untuk bersepakat dengan barang-barang asing di bawah nama Pedagang Hong masing-masing. Dengan cara ini, wilayah pabrik di Kanton secara bertahap dikelilingi oleh koloni pedagang bebas dan penjaga toko Tiongkok. Pada kenampakan jalan dalam dari prinsip perdagangan bebas, para Mandarin menggerakkan keuntungan dan serangkaian edik yang diberlakukan terhadap Pedagang Hong dan lisensi turunannya.
Ini terjadi pada Januari 1835, kala Mr. Davis, mendapati dirinya tak diakui, tak berdaya dan tak diuntungkan pada perubahan kebijakan awal, mengisi jabatannya sebagai Kepala Petinggi dan kembali ke Inggris (21 Januari 1835). Sir George Best Robinson kini memegang jabatan sebagai Kepala Komisi Raja, menyatakan niatnya untuk mengikuti serangkaian kebijakan yang dicetuskan oleh Mr. Davis. Mr. J. F. Astell menjabat sebagai Petinggi kedua dan Kapten Ch. Elliot, R.N. menjabat sebagai Petinggi Ketiga. Namun kala Mr. Astell mundur tak lama setelahnya (1 April 1835), Kapten Elliot meneruskan jabatan Petinggi kedua dan Mr. A. R. Johnston diangkat menjadi Petinggi Ketiga, sementara Mr. E. Elmslie bertindak sebagai Jurutulis dan Bendahara.
Pergesekan kini berkali-kali lipat di setiap pihak. Sir George Robinson menyatakan antipati terhadap para pedagang bebas Inggris yang secara keliru ia anggap mewakili Jawatan Luar Negeri yang menyebabkan kegagalan Lord Napier oleh pergesekan pihak mereka, seperti yang dihimpun dari harapan, bantuan dan perhubungan Otoritas Tiongkok, untuk menghindari rujukan apapun kepada Para Petinggi, dan memecah diri mereka sendiri lewat pergesekan sampai rasa takut. Namun, Sir George sama-sama seragam dengan para koleganya dalam Komisi. Ia berbeda dari dua Petinggi lain tentang persoalan kebijakan, sehingga ia tak hanya berpidah dari mereka, meninggalkan mereka di Makau atau Kanton kala ia menghimpun dirinya sendiri (2 November 1835), dengan Jurutulis dan arsip-arsip Komisi, di atas pemotong Louisa di Lintin, selain menulis dari sana kepada Lord Palmerston (29 Januari 1836) merekomendasikan untuk mengurangi Komisi tersebut menjadi satu anggota 'karena keretakan dan perlawanan yang dihasilkan dari keberadaan Dewan atau Badan tiga orang.'
Di Lintin, Sir George masih bertahta di pusat lalu lintas candu yang dibenci, yang Petinggi lainnya sama-sama anggap sebagai sumber ketidakrahmatan dan marabahaya. Walau bermukim di tengah-tengah para dealer candu, Sir George bukanlah ahli perdagangan candu. Sebaliknya, ia secara jelas memohon kepada Lord Palmerston untuk perintah pencegahan kapal Inggris terlibat dalam lalu lintas tersebut. Sir George kala itu membayangkan bahwa ia akan mampu untuk memberlakukan perintah semacam itu. Namun, konsumsi candu pada masa itu menghimpun dimensi sedemikian rupa dan mendapatkan ketenaran sedemikian rupa di pihak Tiongkok, agar tak ada kekuatan di bumi, baik Inggris atau Tiongkok, untuk menghentikan penawaran oleh rakyat Tiongkok atau suplai lewat pengiriman asing. Sehingga, Sir George kemudian menasehati Lord Palmerston (5 Februari 1836) agar 'metode yang lebih menentu akan melarang pertumbuhan tanaman candu dan pengolahan candu di India Britania.'
Sepanjang masa jabatannya sebagai Kepala Petinggi (22 Januari 1835 sampai 14 Desember 1836), Sir George B. Robinson tak menjalin komunikasi dengan Pedagang Hong maupun Otoritas Kanton, yang menerapkan keputusan mereka untuk tak mengakui keberadaan pegawai asing manapun. Kala awak Argyle ditangkap di pantai Tiongkok dan ditahan (25 Januari 1835), Kapten Elliot datang ke Kanton (4 Februari 1835) dan menuntut pembebasan mereka. Ia diperintahkan untuk meninggalkan Kanton, kala para awak direncanakan untuk dibebaskan (18 Februari 1845). Pada 23 Februari 1835, para pejabat Kanton melakukan unjuk rasa terbuka terhadap penentuan mereka untuk memberlakukan edik kekaisaran (dari 7 November 1834) dan, dengan merebut sejumlah candu, membakarnya secara terbuka. Namun, secara pribadi, mereka terus berhimpun dan menggerakkan perdagangan candu, dan perdagangan berlangsung cepat sepanjang tahun. Pada musim gugur (16 Oktober 1835) Sir G. B. Robinson menulis kepada Adipati Wellington, untuk memandangnya sebagai pelindungnya alih-alih kepada Lord Palmerston, yang tak pernah memiliki tingkat tertinggi yang mengadakan pelengseran apapun pada pihak Otoritas Tiongkok untuk menjalin komunikasi apapun, atau bahkan ijin perhubungan dengan para pegawai Komisi dan agar upaya Elliot untuk membuka komunikasi dengan mereka hanya melibatkannya dalam penugasan tambahan dan penghinaan, sehingga sangat menunda pemastian menguntungkan dari kesulitan yang ada. Perkataan yang dituliskan oleh Adipati Wellington (24 Maret 1835) dalam mengecam misi Lord Napier, 'ia (Kepala Petinggi) tak harus dayang ke Kanton tanpa ijin, ia tak harus berangkat dari saluran komunikasi yang disediakan, namun ia harus memiliki kekuatan besar untuk memperkenankannya untuk mengendalikan dan menjaga para warga Raja-nya (pedagang bebas), dan harus selalu berada dalam capaian kapal Konsul-Jenderal dan kapal perang yang lebih kecil,' nampak selalu merongrong dalam telinga Sir George dan membentuk catatan penting dari apa yang ia suka sebut sebagai 'kebijakan paling menonjolnya'. Ia menganggap dirinya sendiri sebagai Konsul-Jenderal, tanpa terakreditasi pada Pemerintah Tiongkok, namun secara khusus bertugas untuk menjaga para pedagang bebas dalam rangka kala mereka sangat membutuhkannya, di Lintin. Saat ia menjabat, tanpa tersentuh dengan para pemimpin perdagangan sah di Kanton dan Makau, tak diakui oleh Otoritas Tiongkok dan dipisahkan dari para koleganya sendiri dalam Konsili yang ingin mengikuti kebijakan aktif. Sampai akhir tahun 1836, Sir George tak melaksanakan tugasnya selain menandatangani manifes-manifes kapal dan pembersihan pelabuhan dan laporan tertulis kepada Lord Palmerston, yang ia laporkan berkali-kali bahwa perdagangan terus berkembang tanpa gangguan, berterima kasih atas serangkaian kebijakannya sendiri, dan disambit di kendaraan-kendaraan Menteri yang 'menunggu untuk perintah positif dan definitif terhadap tindakan masa mendatang.'
Namun, di satu titik, Sir George keluar dari batas kebijakan Adipati Wellington. Ia melirik tempat perdagangan Inggris yang dapat dipakai tanpa terganggu dengan campur tangan dan gangguan para Mandarin, dan di tempat Kepala Petinggi dapat berada di luar tekanan dan pergesekan antar pihak dari pedagang bebas Kanton. Mula-mula, ia menganggap hanya demonstrasi pasif (13 April 1835) yang dibuat, melawan Otoritas Kanton, lewat pencabutan seluruh warga Inggris ke kapal-kapal dagang untuk disinggahi 'di beberapa pelabuhan indah di wilayah Lantao atau Hongkong.' Kemudian, ia merekomendasikan (1 Desember 1835) agar Komisi harus singgah secara tetap di Lintin, dan kemudian (29 Januari dan 18 April 1836) ia memberitahukan Lord Palmerston, agar Otoritas Tiongkok hanya memandang satu hal untuk mencegah Komisi Komisi menyingghakan diri mereka sendiri secara tetap di Kanton, dan bahwa tanpa intimidasi dan melakukan pertikaian tanpa pemahaman sebenarnya yang dapat dihimpun. Sehingga, ia berpendapat bahwa 'penghancuran satu atau dua benteng, dan pendudukan salah satu pulau di wilayah tersebut, secara tunggal sangat diadaptasi oleh alam dalam setiap kepentingan untuk tujuan perdagangan, akan benar-benar menghasilkan setiap dampak yang diinginkan oleh mereka.' Jika Sir George B. Robinson menjadi nabi, ia tak dapat mengantisipasi cikal bakal mendatang dari Koloni mereka, pertempuran Chuenpi dan pendudukan Pulau Hongkong yang menyertai tujuh tahun kemudian, pada Januari 1841.
Namun, Lord Palmerston tak siap untuk menyatakan opini sesuai sugesti manapun yang berujung pada pendirian permanen persinggahan atau koloni Inggris di Timur. Walaupun gagasan Adipati Wellington bergerak di luar pendirian Konsul-Jenderal di sebuah pelabuhan Tiongkok, ia dibekingi oleh sebuah kapal dagang dan kapal perang kecil. Lord Palmerston sepenuhnya sedikit ikut untuk menyimak penjelasan Sir George Robinson terhadap pernyataan Adipati atau untuk membayar perhatian apapun pada tindak monotonnya pada hal serangkaian kebijakan. Sebagai perintah positif dan definitif terkait tindakan mendatang, yang ditunggu oleh para petinggi dari 1834 sampai 1836, pandangan Lord Palmerston tak sampai meraih perhatian dalam pikiran masyarakat di kalangan Adipati bangsawan, sehingga Menteri memberikan pengarahan apapun kepada Sir George untuk kebijakannya. Dan kala (7 Juni 1836) ia setidaknya melakukannya, ia memberitahukan Sir George bahwa tak ada lagi kebutuhan apapun untuk mempertahankan jabatan Kepala Petinggi yang ditiadakan, dan bahwa fungsi Sir George seharusnya berhenti dari tanggal penerimaan pengerahan tersebut. Sehingga, ia memerintahkan Sir George untuk menyerahkan arsip kantornya kepada Kapten Elliot yang diminta olehnya untuk mengangkat dirinya menjadi Kepala Komisi. Tanpa tedeng aling-aling, Sir George mempertahankan jabatannya dan mengajukan perombakan (mungkin melirik Adipati Wellington untuk penyelamatan), namun semuanya sia-sia. Kabinet mulai melirik bahwa kebijakan tersebut telah gagal. Empat bulan kemudian, Lord Palmerston mengulang perintahnya dan Sir George kembali ke Inggris.
Hal tersebut mengakhiri masa pemberlakuan kebijakan Mr. Davis, dan Sir George Robinson. Kebijakan yang lebih aktif diberlakukan serta perhatian masyarakat di Inggris dapat mengembangkan rasa tak hormat terhadap pedagang dan pegawai Inggris oleh otokrasi Tiongkok.