BAB IX.

Pelarian dari Makau dan Peristiwa Menjelang Pendudukan Hongkong.

1839 sampai 1841.

Komisioner Kekaisaran Lin diperintahkan oleh Pemerintah Peking untuk melakukan dua hal, keduanya sama-sama tak mungkin, yakni meniadakan lalu lintas candu, dari akar dan cabang, namun pada saat yang sama mengamankan perdagangan asing yang sah di Kanton di bawah rezim lama. Kala Lin datang ke Kanton, ia mendapati perdagangan candu sedang lesu dan buruknya, perdagangan paksa antara Lintin dan Whampoa, sepenuhnya terputus secara sengaja, yang dihimpun pada terakhir kalinya dengan Otoritas Kanton. Ia meyakinkan dirinya untuk melakukan satu hal yang mungkin yakni memutuskan untuk melakukan tindakan yang nyaris mewujudkan, dalam sepanjang waktu, regenerasi moral bangsa Tiongkok, sehingga mengurangi tuntutan terhadap candu untuk minimum terrendah yang memungkinkan, dan pada waktu yang sama mengenalkan reformasi moral dari cara melakukan perdagangan candu, sehingga mencegah kejadian penyalahgunaannya, ia dapat melakukan beberapa kebaikan dan menghimpun jalan untuk solusi damai berikutnya dari masalah candu yang terkomplikasi tersebut. Namun pengarahannya, yang didasarkan pada rekomendasi aslinya sendiri kepada Takhta, memberikannya kebijakan ekstrim, yang tak mungkin dilakukan dan mengantarkan perdagangan candu pada tekanan baru, disamping mengakui bahwa setidaknya orang-orang di Inggris yang, terlepas dari persoalan candu, mengesahkan perdaagngan sendiri tak dapat dilakukan, dalam perilaku selaras dengan martabat Inggris, di bawah kondisi lama.

Selama empat bulan sebelum kedatangan Lin ke Kanton (Februari 1839), pasar candu mengalami kelebihan stok dan kesulitan menjual apapun telah menjadi. Pengangkutan besar suplai tahun 1838 masih tak terjual, membuat tindakan energetik diambil di daerah-daerah tanah dalam, semuanya melalui provinsi-provinsi selatan, untuk menekan konsumsi. Stok yang ada pada tahun 1839 hanya diakatakan didatangkan dari India di tempat, pada hari kala 20.000 buah diangkut ke Kanton, penjualan menjadi tak memungkinkan atau meruntuhkan, karena harga di Tiongkok telah jatuh menjadi antara dua atau tiga ratus persen di bawah biaya produksi dan harga. Di bawah keadaan tersebut, untuk meraup pemegang candu dari stok yang menumpuk di pasaran, dan menghancurkan lebih dari 20.000 buah candu yang dibayarkan Elliot kepada para pemilik dengan tingkat £120 per buah, lewat pembayaran dua belas bulan pada Kepala Komisioner Perbendaharaan, tak membedakan perdagangan selain memberikannya kesegaran dengan memulihkan pasar yang menumpuk dari bobot stok yang ditekan. Setelah 24 Maret 1839, kala 20.283 buah candu, yang para pemegangnya tak dapat menjualnya tanpa meruntuhkannya, diserahkan kepada Lin, harga dipulihkan dan lalu lintas candu berlangsung dengan semangat yang lebih besar dan laba berjumlah lebih banyak ketimbang sebelumnya. Dengan menangkap enam belas orang, yang beberapa diantaranya adalah pedagang Inggris terdepan, priyayi berbudaya tinggi dan berperasaan termurni, berhalangan hadir dari seluruh keikutsertaan mendatang dalam perdagangan candu, yang menjanjikan mereka semua menurut dengan hormat, Lin sebetulnya membantu menggerakkan perdagangan candu di tangan sejumlah pedagang kecil nan rendah. Kebijakan candu Lin menjadi kegagalan besar.

Namun, kebijakannya terkait perdagangan asing yang sah sama-sama bernasib malang, karena berdasarkan pada kekeliruan karakter dan kuasa Inggris, seperti Napoleon, Lin mendadak lenyap pada kalangan penjaga toko, yang kehidupan dan keberuntungannya bergantung pada suplai teh, sutra dan rhubarb. Ketidakterkaitannya terhadap kesucian yang diatributkan Inggris kepada kehidupan, kebebasan dan harta benda orang lain, anggapannya bahwa warga asing beradap, yang sementara singgah di Tiongkok, harus mengajukan diri mereka sendiri ke kode barbar hukum pidana Tiongkok dan merusak proses yudisial pengadilan Tiongkok, keputusan terbuka dan tak tersamarkannya memegang satu set pedagang asing yang bertanggung jawab dengan kehidupan mereka untuk melakukan hal lainnya yang tak berada di bawah kendali mereka, pernyataan rancunya soal kedaulatan Tiongkok atas Britania Raya dan bangsa asing lainnya, dan terakhir penolakannya untuk memberikan Perwakilan Yang Mulia di Tiongkok dengan status resmi bermartabat, semuany tindakan Lin, sebagai perwakilan khusus golongan mandarin Tiongkok, hanya menjabat untuk dikerahkan pada warga Inggris, berkembang setidaknya dari apati mereka dengan memulai kabar penahanan seluruh komunitas asing, keputusan yang menimbulkan beberapa dampak serius dalam hubungan Inggris dengan Kekaisaran Tiongkok adalah kebutuhan dan bahwa perdagangan Inggris tak pernah dapat dengan aman dibawakan, dan tentunya tak akan dapat berkembang di sebuah negara tempat harta benda Inggris nampak berada dalam belas kasihan dari pemerintah yang berubah-ubah, korup, dan sangat sombong. Digerakkan dari Kanton, dan merasa bahwa perdagangan Inggris dengan Tiongkok sehingga harus dilakukan pada sorotan perkapalan Inggris dan dekat dengan laut, yang Britania Raya dapat memegangnya sendiri melawan seluruh pendatang, baik Elliot dan parra pedagang Inggris kemudian beralih menutup telinga pada seluruh porposal Lin untuk membuka kembali perdagangan, bahkan di bawah aturan baru, di Kanton atau Whampoa. Empat puluh dua firma Inggris menandatangani (23 Mei 1889) sebuah Peringatan yang dialamatkan kepada Lord Palmerston, kala mereka mengeluhkan kedinian Otoritas Kanton dalam kesepakatan mereka dengan perdagangan candu yang dimajukan dan dibukung oleh Otoritas mereka sendiri selama bertahun-tahun, dan tindakan keras Komisioner Lin yang menjadikannya persoalan kebutuhan penekanan untuk menempatkan perdagangan umum warga Inggris di Tiongkok atas dasar pengamanan dan permanen. Para pedagang Inggris kini tak berharap kembali ke Kanton di bawah keadaan apapun. Matanya beralih tertuju ke Makau.

Bahkan sebelum penahanan komunitas asing Kanton berakhir, Elliot memutuskan, dengan kesulitan dan resiko besar, untuk mengirim pesan dari Kanton (13 April 1839) kepada Gubernur Makau, yang meminta agar dirinya sendiri dan seluruh warga Yang Mulia diberi antisipasi di bawah perlindungan Pemerintahan Portugis, dan ditawari pada saat yang sama, atas perantaraan Pemerintah Inggris, fasilitas langsung pada Perbendaharaan Inggris untuk keperluan menempatkan Makau di bawah keadaan pertahanan efektif dan mempersenjatai beberapa kapal bersenajta untuk menjaga pesisir. Gubernur Portugis, A. A. da Silveira Pinto, membalasnya (13 April 1839), menolak tawaran tersebut atas dasar bahwa posisinya mengharuskannya memegang netralitas ketat sepanjang memungkinkan atau sampai harus ada bukti penderitaan langsung yang, ia katakan, Elliot nampak khawatirkan. Gubernur Pinto gagal memahami bahwa penahanan komunitas asing dan Perwakilan Yang Mulia di Tiongkok sendiri terancam deklarasi perang. Sehingga, penahanan kanton berakhir, Kapten Elliot (6 Mei 1839) menulis kepada Lord Palmerston yang menyatakan bahwa akses ke Makau kini menjadi persoalan yang dibutuhkan untuk perdagangan Inggris di Tiongkok, dan agar pemukiman Makau dapat dengan mudah menempatkannya dalam keadaan pertahanan efektif. Ia merekomendasikan agar Lord Palmerston harus menyatakan kesepakatan langsung dengan Gubernur Makau, baik untuk penghentian klaim Portugis terhadap tempat tersebut, atau untuk pertahanan efektifnya dan kesepakatannya untuk pemakaian Inggris lewat cara perembukan.

Pada waktu para tahanan Kanton bebas untuk hengkang dan mulai mengungsi ke Makau, Gubernur Pinto memiliki alasan untuk mengamati bahwa kebijakan Komisioner Lin bergesekan dengan kepentingan Portugis sebagaimana dengan para pedagang Inggris. Gubernur Pinto memerintahkan agar seluruh candu disetor ke Makau dan mengirimkannya (3.000 buah) ke Manila, tempat barang-barang tersebut diselamatkan dari cengkeraman Lin; namun pendapatan Makau, yang sebelumnya berjumlah $100.000 setahun, utamanya didapatkan pada perdagangan candu, kini menurun menjadi tiada, dan walaupun Tiongkok mulai memblokade Makau pada bagian daratan dan Komisioner Lin dengan percaya diri mencetuskan untuk merebut kendali perbentengan Portugis. Di bawah pengaruh keadaan tersebut, Gubernur Pinto menerima pengungsi Inggris mula-mula dengan sambutan hangat. Sehingga, ini nampak jika Pemerintah Makau akan membuat kepentingan umum dengan Inggris dalam waktu tertekan mereka. Namun, Komisioner Lin campur tangan. Kemudian, Elliot meminta Lin untuk mengirim deputi khusus kepada Makau untuk menyatakan kepadanya soal kelanjutan perdagangan, dan sehingga memohon ijin untuk menjadikan Makau sebagai markas besar perdagangan Inggris di Tiongkok, Lin berniat untuk menghasut Gubernur Pinto untuk melawan Inggris. Lin kini menyatakan ulang klaimnya untuk menduduki benteng Makau dan berjanji pada Gubernur untuk meninggalkannya dalam keadaan tak terganggu ketetapan, pada kondisi agar Pemerintah Makau harus membantunya dalam penekanan lalu lintas candu dan mengeluarkan Inggris dari tempat tersebut. Lin memutuskan untuk memaksa perdagangan Inggris kembali ke Whampoa dan Kanton, karena ia menyatakan pernyataannya kepada Kaisar agar, usai meniadakan perdagangan candu, ia kemudian akan diperkenankan untuk melaporkan pernyataan damai dari perdagangan Inggris biasa di Kanton.

Tak ada bukti yang menunjukkan bahwa Gubernur Pinto memasuki pemahaman pasti dengan Lin pada persoalan tersebut, namun dalam tiga bulan setelah kedatangan pengungsi Inggris ke Makau, mereka semua merasakan kurang lebih bahwa mereka berhenti menyambut para tamu, dan bahwa Gubernur berbalik ke posisi netralitas ketat aslinya.

Lin mengerahkan pasukan di sekitaran Makau dan juga memerintahkan kemah untuk didirikan di seberang Hongkong pada tempat yang disebut Tsimshatsui, yang, sebagai bagian dari semenanjung Kowloon, berhadapan dengan pelabuhan Hongkong. Walaupun mengusir Inggris dari Makau, tujuan Lin adalah untuk mengganggu pelayaran mereka pada saat yang sama di pelabuhan Hongkong, sebagaimana yang dikeluhkan para pedagang Inggris untuk datang kembali ke cengkeraman tercintanya di Kanton.

Walau tindakan tersebut sebetulnya adalah persiapan, sebuah peristiwa terjadi, yang menyebabkan keadaan ketegangan yang besar pada Elliot. Beberapa pelaut Amerika dan laskar Inggris, yang masuk dalam kapal-kapal dagang yang, untuk perlindungan saling menguntungkan dan pertahanan, menempatkan pengungsi di pelabuhan Hongkong (sejak 24 Maret 1839), datang ke pesisir pada suatu sore (7 Juli 1839) di Tsimshatsui, dan menimbulkan pergesekan dengan Tiongkok, kala seorang warga Tiongkok, bernama Lin Wai-hi, terbunuh. Elliot sempat mendatangi Hong-kong dan mengadakan penyidikan ketat, mengadakan pengadilan kriminal terhadap beberapa laskar oleh juri Inggris. Namun, tak ada bukti apapun yang mengarahkan dakwaan penjagalan manusia kepada siapapun. Pemerintah Tiongkok diundang oleh Elliot untuk mengirim beberapa pegawai untuk menyaksikan pengadilan, namun Liu mengklaim yurisdiksi untuk dirinya sendiri, tak mengirim pegawai untuk menyaksikan kasus tersebut dan membuat tawaran besar terhadap Elliot, lagidan lagi, agar ia harus menyerahkan pembunuh atau beberapa warga Inggris di tempatnya. Selain itu, Lin kini menuntut dalam hal yuang lebih menonjol bahwa Elliot dan seluruh pedagang Inggris harus menandatangani kesepakatan yang mendeklarasikan agar warga Inggris yang didakwa dengan kejahatan apapun harus diserahkan kepada Pemerintah Tiongkok untuk diadili sesuai bentuk pelaksanaan Tiongkok (melibatkan pengujian lewat penyiksaan terdakwa dan para saksinya) dan dieksekusi seturut metode yang diberlakukan di Tiongkok.

Sayangnya, Lin tak dapat memahami bahwa hari untuk membuat penawaran semacam itu sepenuhnya telah berakhir dan, lewat keputusan mereka, ia sepenuhnya mengalahkan skemanya sendiri dalam mengirim perdagangan Inggris kembali ke Kanton. Namun ia terbutakan pada karir gilanya. Ia kini memerintahkan Prefek Tingkat Rendah Tiongkok di Makau untuk menarik seluruh pegawai Tiongkok dari pemukim Inggris di Makau (21 Juli 1839). Kemudian, ia secara resmi menyatakan (15 Agustus 1839) suplai tujuan dari jenis apapun ke orang atau kapal Inggris. Kala pemukim Inggris di Makau mensuplai tempat pegawai Tiongkok mereka dengan Portugis, Lin kemudian meminta Gubernur Pinto untuk melarang warga Portugis untuk melayani Inggris selaku pelayan domestik atau mensuplai mereka dengan makanan dan minuman, dan mengeluarkan edik demi edik, yang memerintahkan pemberangkatan warga Inggris ke penghukuman berat, dan mendeklarasikan mereka semua untuk bertanggung jawab dengan nyawa mereka atas penyerahan pembunuh Lin Wai-hi. Komite sementara Dewan Perdagangan Inggris dibentuk di Makau (3 Agustus 1839), Mr. James Mathieson bertugas sebagai Ketua, Mr. Scott (Jurutulis bekas Dewan Kanton) sebagai Jurutulis, dan Messrs. J. H. Astell, G. Braine, W. Bell, G. Smith dan Dinshaw Furdonjee sebagai Komite sementara. Kapten Elliot kini berkonsultasi pada mereka dan, bertindak seturut pandangan mereka, memberitahukan pertemuan publik komunitas Inggris di Makau (21 Agustus 1839) bahwa, kala Komisioner Kekaisaran Tiongkok melarang Gubernur Makau memberikan bantuan apapun kepada warga Inggris, ia tak berhendak untuk campur tangan dengan kepentingan Portugis lebih lanjut dan memutuskan untuk meninggalkan Makau dan mengungsi memakai kapal-kapal di pelabuhan Hongkong sememungkinkannya. Dua hari setelahnya, Kapten Elliot dan keluarganya pergi dari Macao, Gubernur Pinto tak membuat deklarasi kehendaknya agr para tamu Inggrisnya harus menetap. Meskipun demikian, seluruh komunitas Inggris mengangkut persoalan bisnis lokal mereka dan bersiap untuk pelarian lainnya. Alasan utamanya adalah peningkatan ketegangan yang tak diinginkan, yang dipicu oleh Tiongkok pada awak dan penumpang (semuanya Inggris) dari kapal kecil (Black Joke), yang memantau di antara Makau dan Hongkong sebagai perahu penumpang kala (dengan satu pengecualian) seluruh awak dibunuh dan penumpangnya (Mr. Moss) dimutilasi dengan mengerikan (24 Agustus 1839). Komite sementara Dewan Perdagangan Inggris, nyaris dalam sesi harian usai keberangkatan Elliot, giat bertutur dengan Gubernur Pinto, yang berada dalam keadaan peringatan besarnya, meskipun ia menyatakan kepeutusannya untuk memperkenankan komunitas Inggris dengan segala perlindungan dan bantuan dalam kuasanya. Namun, pada sore 25 Agustus, ia berujar kepada Komite bahwa ia tak dapat menjamin keamanan warga Inggris yang bertahan di Makau selama lebih dari delapan belas jam berikutnya. Sehingga, Komite mengadakan pertemuan publik pada malam yang sama dan memutuskan untuk meninggalkan Makau pada keesokan harinya. Malam tersebut dijalani dengan memantau serangan bersentata yang ditujukan untuk dilakukan pada seluruh rumah Inggris oleh prajurit Tiongkok. Namun, tak ada yang terjadi, dan pada siang hari pada Senin, 26 Agustus 1839, pelarian Inggris kedua dilakukan. Pria, wanita dan anak-anak, dengan tas dan bagasi, bergerak melewati jalan-jalan raya Makau di tengah-tengah keadaan mengerikan pada seluruh penduduk, membayangkan setiap kejadian pembantaian oleh prajurit Tiongkok. Para pengungsi berkumpul di Praya dihadiri Gubernur Pinto didampingi seluruh pasukan Portugis (sekitar 400 laskar India dan 500 budak Caffre) bersenjata, dan mengangkutnya pada kapal, lorcha, schooner dan perahu Inggris dari berbagai penjelasan, yang berniat langsung berlayar ke pelabuhan Hongkong, sebuah prosesi yang memilukan, untuk mengungsi pada kapal-kapal di Hongkong.

Seseorangan juga dapat memahami bahwa kini setidaknya waktunya tiba untuk pendirian Koloni Inggris di pulau Hongkong, namun tak ada pemikiran semacam itu yang muncul. Bergerak dari Kanton, dikeluarkan dari Makau, terpaksa menarik diri dengan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan Hongkong, para pedagang Inggris melirik kembali dengan penyesalan terhadap pot-pot daging Makau. Kemunculan kepentingan di Hongkong sangat menekan. Di satu sisi, pelabuhan tersebut terdoro dari bebatuan pembatas yang tertata baik, tak dapat mensuplai barang-barang untuk dua ribu warga Inggris yang kini berkumpul bersama pada badan kapal dalam kondisi kelaparan, dan di sisi lain, mereka mereka mendirikan kemah Tiongkok besar dalam proses pembangunan di semenanjung Kowloon, dengan dua baterai pesisir di Tsimshatsui, yang satu ditempatkan pada wilayah saat ini dari Craig Millar dan lainnya di dekat tempat Barak-barak Militer saat ini, mengkomandani bagian terbaik dari perlabuhan. Ini bukanlah penampakan yang mendorong. Ketersediaannya terhalang dengan kesulitan besar dari perahu-perahu bum dan jung Tiongkok, namun harganya sangat tinggi. Tak mengagetkan bahwa negosiasi baru kini dilakuakn dengan Gubernur Pinto. Kapten Elliot, yang melabuhkan kapal di Benteng William, yang kemudian selama bertahun-tahun menganugerahi pelabuhan Hongkong sebagai tempat angkut, ditulis kepada Gubernur Pinto (1 September 1839), menawarkan pengiriman seluruh warga Inggris kembali ke Makau, dan menempati penempatan Gubernur di H.M.S. Volage yang telah datang, dan pasukan 800 sampai 1000 pasukan untuk pertahanan pemukiman Portugis. Elliot menyatakan pada saat yang sama, dengan rujukan kepada dokumen-dokumen resmi Tiongkok dalam penugasannya, bahwa tindakan Pemerintah Tiongkok, dalam memuji dan berterima kasih pada Otoritas Portugis atas 'bantuan mereka dalam memindahkan warga Inggris,' tanpa ragu adalah sebuah tindakan dini, yang harus dijadikan sumber mendalam untuk Gubernur. Ini adalah kesempatan lain untuk pencegahan Pemerintah Portugis, setidaknya pada kesempatan terakhir, terhadap pendirian Koloni pesaing di Hongkong, dan menghasilkan kekayaan di Makau. Namun, Adriaŏ Accacio da Silveira Pinto, Gubernur Makau dan Sekitarnya, tanpa ragu menindaknya dengan pengarahan terbodoh dari Lisboa, yang mendobrak pintu di hadapan komunitas Inggris. Ia menyatakan (3 September 1839), selain pada kepentingan kenegaraan, bahwa ia tak dapat berhenti untuk menghimpun netralitas paling ketat antara bangsa Tiongkok dan Inggris, dan menambahkan bahwa warga Inggris, yang menarik diri dari catatan mereka sendiri dari Makau dengan pandangan tak berkompromi dengan pihak Portugis, dan dengan langkah ini menempatkan diri mereka sendiri di bawah kebutuhan yang tak dilabuhkan kesana lagi sepanjang kesulitan yang kini timbul antara Tiongkok dan Inggris terus berlanjut tanpa penyelesaian. Kala Gubernur Pinto menyegel surat tersebutm ia menyegel kubah kemakmuran Makau selaku Koloni dan Hongkong yang baru didirikan.

Sehingga, waktu ke Hongkong, yang kini nyaris nampak di genggaman, tak terwujud. Di sisi lain, Elliot memutuskan untuk tak menempatkan perdagangan Inggris lagi ke Bogue, namun, di sisi lain, ia mengambil gagasan persinggahan di pulau Hongkong, mungkin pada catatan ketidakmampuannya untuk mengurusi barang-barang dan atas catatan pihak semananjung Kowloon yang kala itu diduduki oleh pasukan Tiongkok. Kala Elliot, yang melirik barang-barang tersebut, datang dengan Dr. Gützlaff dalam dua perahu kecil (4 September 1839) untuk membujuk para penduduk desa dekat kota Kowloon untuk menunjang armada dengan barang-barang, tiga jung perang Tiongkok dan baterai di dermaga Kowloon (yang masih ada) menembakkan tembakan kepada mereka, yang dibalas oleh perahu-perahu Elliot, dan jung-jung dilabuhkan. Sebagai apra pedagang, mereka nampaknya tak nampak terhibur dengan keinginan apapun untuk bermukim di Hongkong. Mereka kini (7 September 1839) mengalamatkan Peringatan kepada Lord Palmerston, yang ditandatangani oleh dua puluh delapan firma Inggris, mewakili tiga puluh delapan kapal laut Inggris yang berkumpul di Teluk Hongkong. Namun dalam Peringatan tersebut, tak ada kata untuk pendirian Koloni Inggris. Para memorialis menyesalhkan pelarian dari Kanton dan Makau. Mereka menyatakan bahwa mereka meninggalkan Makau di bawah dakwaan bahwa keputusan semacam itu dibutuhkan untuk keselamatan umum. Mereka juga mengulangi deklarasi lama mereka bahwa, karena tindak kekerasan Komisioner Lin, pengembalian warga Inggris ke Kanton akan nampak berbahaya untuk diri mereka sendiri dan harta benda mereka dan menghina kehormatan negara mereka, 'sampai waktu seperti kekuatan Pemerintah Inggris dapat membujuk Otoritas Tiongkok agar ketegangan semacam tersebu takkan terjadi.' Kata-kata terakhir tersebut nampak menyatakan bahwa para pedagang Inggris melakukan pergerakan cepat dari wilayah asal, hukuman efektif Otoritas Kanton, dan terkahir pendirian ulang seluruh komunitas Inggris, pada basis baru kesetaraan internasional, di Kanton atau Makau. Hongkong tak menjadi salah satu pilihannya.

Sementara itu, Komisioner Lin, usai mengadakan pembukaan ulang perdagangan dengan Makau, pada kondisi agar Inggris harus tetap dikecualikan dari pelabuhan, dan setelah memperkuat pertahanan Tsimshatsui, memutuskan untuk membiarkan para pedagang Amerika dan asing lainnya untuk bertahan di dalam atau kembali ke Kanton, dan setiap hal yang dapat dilakukan olehnya nyaris menciptakan perpecahan di kalangan pedagang Inggris dan mereka berencana melawan Elliot. Lin kini melirik Elliot sebagai satu-satunya halangan dalam jalannya, dan sehingga mendakwanya, dalam proklamasi umum, dengan seluruh jenis kejahatan, dalam rangka membangkitkan perasaan kuat rakyat Tiongkok untuk melawan Elliot. Lin juga memerintahkan para Magistrat wilayah sekitar untuk mengeluarkan proklamasi yang melarang, dengan hukuman berat, suplai barang ke armada Inggris, dan memerintahkan rakyat untuk menembaki warga Inggris dimanapun mereka berada di pesisir.

Akibat pelaksanaan tersebut, Kapten Smith, dalam komando H.M.S. Volage, memberikan catatan soal niatnya mendirikan blokade pelabuhan Kanton (11 September 1839), namun kala Otoritas Kanton berjanji untuk menarik proklamasi ofensif, blokade ditangguhkan lima hari kemudian. Negosiasi kini diumumkan terkait keinginan Elliot untuk membawa komunitas Inggris kembali ke Makau. Kapten Elliot dan Smith diwawancarai (24 September 1839) dengan Prefek Tingkat Rendah Tiongkok di Makau, dengan kehadiran Gubernur Pinto, memohon untuk mendapatkan basis perjanjian antara Elliot dan Lin. Elliot memutuskan untuk tak membuka ulang perdagangan di Bogue. Lin sama-sama memutuskan untuk tak membiarkan pengembalian Inggris ke Makau. Sehingga di pihak Tiongkok, ini diusulkan sebagai sebuah kompromi, bahwa perdagangan Inggris sehingga harus dilaksanakan di Chuenpi, di bawah meriam benteng Bogue. Lin juga mengusulkan serangkaian aturan perdagangan baru, gagasan utama yang menyatakan bahwa monopoli Pedagang Hong menaungi dan melakukan perdagangan sebagai perantara bertanggung jawab yang harus berlanjut, dan agar kargo-kargo harus mengambil resiko kapal sampai berlabuh di Kanton, dan reskor Pedagang Hong sampai pengangkutan dilakukan. Kompromi tersebut akan memiliki kesempatan sukses bagus, tak memasangkan Lin dengan keadaan tak mungkin bahwa setiap pedagang, dalam menghadapi keikutsertaan dalam perdaagngan, harus menandatangani perjanjian, menyepakati bahwa seluruh warga Inggris di Tiongkok harus menjadi sosok yang diadili dan dihukum mati pengadilan Tiongkok sesuai Kitab Hukum Tiongkok. Kapten Elliot menanyai Komite perwakilan pedagang Inggris (Messrs. H. Wright, G. T. Braine, W. Wallace dan Wilkinson Dent) untuk menasehatinya soal bahan usulan aturan perdagangan, Komite, usai konsultasi dengan Pedagang Hong, menyatakan (22 Oktober 1839) bahwa dalam wacana mereka, perdagangan di bawah usulan rencana baru tak dapat diberlakukan sampai komunitas Inggris kembali ke Makau. Sehingga, orang-orang dari kalangan komunitas Inggris datang kembali ke Makau kala negosiasi tersebut dilaksanakan. Kapal Inggris (Thomas Coutts), dengan pemiliknya (Kapten Warner), bertindak di bawah nasehat hukum yang diberikan di India, menandatangani kesepakatan pengajuan kepada yurisdiksi kriminal Tiongkok, memasuki Bogue bertentangan dengan pelarangan Elliot. Kapal tersebut memutuskan untuk berdagang dan secara liberal diperlakukan oleh Tiongkok yang mencurgai bahwa pihak Inggris lain akan mengikuti contoh Kapten Warner.

Kala Elliot memberitahukan Lin soal ketidakmampuannya untuk menyepakati perdagangan Inggris dibuka ulang atas usulan dasar di Chuenpi, Liu mengirim tawaran kepada Elliot (26 Oktober 1839) agar seluruh kapal Inggris harus meninggalkan pesisir Tiongkok dalam tiga hari, tanpa perjanjian yang diajukan kepada yurisdiksi kriminal Tiongkok yang sempat ditandatangani. Kapten Elliot, yang menyadari bahwa Lin menyusul tuntutan tersebut dengan mempersiapkan sejumlah kapal tembak dan mengumpulkan armada kapal jung perang besar, untuk menyerang kapal-kapal Inggris di Teluk Hongkong, dan menganggap perlabuhan di Teluk Tungku kurang layak untuk dikejutkan oleh kapal-kapal tembak, kini memerintahkan seluruh kapal Inggris berlabuh di Hongkong untuk pindah ke Tungku. Namun, para panglima tiga puluh lima kapal di Hongkong, dan para kepala dua puluh firma Inggris, bersama dengan para agen untuk Lloyds dan sebelas Perusahaan Asuransi, berulang kali menyatakan (26 Oktober dan 9 November 1839) penentangan terhadap perintah tersebut. Mereka berpendapat bahwa perlabuhan Tungku kurang aman dan bahwa, jika Hongkong ditinggalkan, Tiongkok akan menduduki dan membentengi Pulau tersebut. Sampai saat ini, kapal-kapal dagang tersebut masih berlabuh di Pelabuhan Hongkong.

Kapten Smith (H.M.S. Volage) di bawah pengarahan ketat dari Kelaksamanaan untuk menghindari segala hal yang memungkinkan pergesekan apapun dengan Tiongkok. Namun, mengamati peningkatan pasukan harian di wilayah pengangkutan di Hongkong, dan pendirian baterai yang kini terjadi di pantai tersebut, ia memutuskan untuk membuat kepeutusan melawan dorongan lebih lanjut. Sehingga, ia memutuskan (28 Oktober 1839) untuk mengirim surat ke benteng Bogue yang ditujukan kepada Komisioner Lin, menuntut agar proklamasi pertikaian atau jenis perang apapun harus ditarik dan pedagang Inggris diperkenankan untuk bermukim di Makau. Kapten Elliot, yang sepakat dengan tindakan tersebut, datang pada hari yang sama kala Volage yang, bersama dengan H.M.S. Hyacinth (Kapten Warren), memutuskan maju ke benteng Bogue, tempat Komisioner Lin dan Waliraja Tang pada waktu itu memeriksa benteng, kapal tembak, dan armada dua puluh sembilan kapal jung yang kuat di bawah komando Laksamana Kwan (keturunan langsung Kwan Ti, dewa perang). Kala datang ke Bogue pada pagi 2 November 1839, Kapten Smith mengirim surat kepada Laksamana Kwan yang dialamatkan kepada Komisioner Lin dan Waliraja Tang. Ditulis dalam bahasa Tionghoa, surat tersebut berisi tawaran agar, selama tiga hari, proklamasi harus memberlakukan penarikan perintah resmi untuk penghancuran kapal-kapal kargo Inggris, memohon perijinan para pedagang Inggris dan keluarganya untuk bermukim di pesisir dan ditunjang dengan para pelayan dan suplai sampai perintah Ratu Inggris diterima untuk penyelesaian segala kesulitan. Dalam memajukan surat tersebut lewat seorang penerjemah (Mr. Morrison), Kapten Smith memberitahukan Laksaman bahwa ia akan menunggu jawaban Lin dan Tang dan bahwa perahu yang memberikan jawaban harus membawa bendera putih. Laksamana Kwan berjanji untuk mengajukan surat kepada para atasannya, namun menyatakan harapan agar dua kapal perang harus dikerahkan setelah itu. Kapten Smith langsung mengajukan permintaan tersebut untuk menunjukkan ketundukannya. Namun alih-alih mendapatkan jawaban. Laksamana Kwan dua kali dikirim ke Mr. Morrison untuk mengunjunginya, yang menolak permintaannya, atas dasar bahwa surat Kapten Smith menyatakan semua yang dibutuhkan. Keesokan paginya, sepanjang siang (3 November 1839), skuadron Tiongkok, di bawah Laksamana Kwan, mematahkan landasannya dan berdiri di luar hadapan kapal-kapal Yang Mulia, yang secara langsung bergerak di bawah dan diarahkan menuju hal yang diharapkan. Kala Tiongkok mengamati pelaksanaan tersebut, skuadron mereka berlabuh dalam perintah yang baik dengan jumlah dua puluh sembilan layar, dan kapal-kapal Yang Mulia berharap untuk, sesuai pesan yang dikirimkan oleh kapten Smith ke kapal-kapal jung perang, meminta mereka dengan cepat kembali untuk berlabuh di utara Chuenpi. Dalam menanggapinya, Laksamana Kwan menyatakan bahwa, jika pembunuh Lin Wai-hi seskali menyerahkan diri kepadanya, ia akan menarik kembali pasukannya ke Bogue, selain bukan hal lain. Pada saat yang sama, Laksamana mengembalikan surat asli Kapten Smith, yang ditujukan kepada Lin dan Tang, tanpa jawaban. Ini mendorong dan menimbulkan Pertempuran Chuenpi. Karena ini merupakan pertikaian AL pertama antara kapal-kapal perang Tiongkok dan Inggris yang diketahui dalam sejarah, penjelasan mendetil dari peristiwa tersebut, baik dari sumber Tiongkok maupun sumber Inggris, sangat dijelaskan.

Menurut sejarah Tiongkok, Pertempuran Chuenpi berkembang akibat pengiriman dua pasukan perang oleh Elliot ke Bogue dengan petisi agar Tiongkok harus berbelaskasihan pada kapal-kapal Inggris di Tsimshatsui dan tak menghancurkannya, sehingga ia dapat menunggu pengerahan dari Inggris. Laksamana Kwan mengembalikan petisi tersebut tanpa jawaban karena Inggris enggan untuk menyerahkan pembunuh Lin Wai-hi. Bahkan kala lima kapal perang Tiongkok memulai penghimpunan perdamaian pada wilayah laut, mengibarkan bendera merah di bagian pucuknya. Inggris salah mengira bahwa bendera tersebut adalah deklarasi perang, karena di Inggris, bendera merah mengartikan perang dan bendera putih mengartikan perdamaian, dan meletuskan tembakan. Tokoh utama dari kapal Inggris tersebut meletuskan tembakan dari meriam Kwan, menyebabkan banyak prajurit Eropa tewas tenggalam. Kala Kaisar membaca catatan soal pertikaian tersebut, ia menuliskan, 'Laksamana Kwan telah mengetahui lebih baik ketimbang pihak yang terlibat, kala ia mempertaruhkan martabat jabatannya di mata pasukannya.' Pada waktu Kaisar menyinggungnya atas keberaniannya, gelar Batulu, dan memerintahkan pernyataan perwira agar tunduk pada penghormatan dan daftar orang yang tewas dan luka-luka dalam aksi dipersiapkan agar mereka dapat meraih pemberian yang diberlakukan oleh hukum.

Catatan Inggris soal Pertempuran Chuenpi sedikit berbeda. Catatan tersebut berasal dari penuturan Kapten Elliot. 'Kapten Smith tak merasa dirinya tertekan dalam meninggalkan pertahanan Tiongkok dalam keadaan bebas untuk mengesahkannya pada malam hari dan memberikan dampak pada kapal-kapal dagang. Berpikir bahwa penarikan dua kapal Yang Mulia (Volage dan Hyacinth), di hadapan pasukan yang bergerak mundur dengan niat untuk mengintimidasi, tak selaras dengan penghormatan bendera, ia memutuskan maju untuk menghimpun pengembalian mereka ke bekas tempat mereka berlabuh. Sehingga, menjelang siang (3 November 1839), sinyal dibuat untuk pertikaian, dan kapal-kapal tersebut, yang kala itu dikerahkan di ujung kanan pasukan Tiongkok, bergerak sejajar dan berdekatan, mengikuti angin pada tiang badan kapal. Dengan cara ini, dan di bawah layar, mereka bergerak ke batas Tiongkok, menghujaninya dengan tembakan destruktif. Arah angin memperkenankan kapal-kapal untuk melakukan tindakan yang sama dari sudut berlawanan dari garis tersebut, bergerak kembali dengan badan-badan kapal. Tiongkok membalasnya dengan jiwa khas mereka; namun dampak mengerikan dari tembakan mereka sendiri kemudian terjadi. Satu kapal jung perang diledakkan nyaris pada tembakan pistol yang berasal dari Volage, sebuah tembakan mungkin dapat dilakukan pada medan tempur; tiga orang tenggelam dan beberapa orang lainnya tercebur ke air. Ini adalah tindakan benar untuk pasukan berani seraya berkata, bahwa tindakan Laksamana Tiongkok merugikan kubunya. Kapal jungnya benar-benar bersenjatakan lebih baik dan diawaki lebih banyak ketimbang kapal lainnya; dan, setelah ia memiliki bobot atau, lebih mungkin, potongan atau selipan, ia memajukan dan mengerahkan kapal-kapal Yang Mulia dengan isyarat, mewujudkan resolusi perilaku, ditunjang oleh ketiadaanharapan dari upayanya. Namun, dalam kurang dari tiga perempat jam, ia dan sisa skuadron menarik diri dalam tekanan besar pada tempat labuh lama mereka; dan karena ini bukanlah pengerahan Kapten Smith untuk memicu pertikaian destruktif, atau melakukan lebih dari pergerakan yang dimajukan, ia tak menawarkan penghalangan untuk penarikan diri mereka, namun tak melanjutkan tembakan dan berlayar ke Makau dengan tujuan untuk menutup embarkasi warga Yang Mulia seperti yang dapat terlihat tepat untuk menarik diri dari tempat tersebut.' Mereka mendambahkan catatan bahwa Volage memberikan beberapa tembakan sepanjang pelayarannya dan Hyacinth mengambil kesempatan yang baik dalam menggelorakan dan memanahinya; dua belas pound tembakan dilakukan pada bagiannya dan satu mengenai bagian utamanya, yang mengharuskannya untuk diamankan. Tidak ada puing-puing tembakan yang mencederai Tiongkok. Meriam dan bubuk tembak mereka terhimpun dengan baik, dari kejauhan alat-alat tersebut dibawa, namun bukannya selaras untuk peningkatan dan penekanan, seluruh tembakan mereka terlalu tinggi untuk memiliki dampak apapun selain memanahi dan menggelorakan.

Kala kabar pertempuran Chuenpi mencapai tentara Tiongkok yang berkemah di Tsimshatsui, baterai pesisir tersebut mengeluarkan tembakan (6 November 1839) terhadap kapal-kapal dagang yang berlabuh di pelabuhan Hongkong, terjaga dalam dentuman meriam selama berhari-hari. Terdapat pernyataan dalam Tawarikh Tiongkok bahwa, pada November 1839, Inggris gagal menyerang benteng utara Tsimshatsui, namun, seperti halnya sumur-sumur telah teracuni, dan mereka mengkhawatirkan serangan malam, mereka menarik kapal-kapal mereka lagi. Tak ada bukti pembenaran pernyataan tersebut. Namun, sesuai dentuman meriam yang disebutkan di atas, para panglima kapal dagang memutuskan untuk menaati tawaran Elliot sebelumnya dan menarik kapal-kapal ke Tungku. Hongkong sekali lagi ditinggalkan.

Bahkan sejak pedagang Inggris dikecualikan oleh Komisioner Lin dari pembagian langsung manapun dalam perdagangan yang dilakukan di Makau dan secara khusus sejak kegagalannya untuk melibatkan mereka untuk kembali Chuenpi, dan walau Elliot melarang pengembalian mereka ke Kanton atau Whampoa, sebuah kesepakatan besar dari bisnis perkapalan yang dijalankan oleh cara trans-perkapalan kargo Inggris dari dan untuk kapal-kapal Amerika dan kapal-kapal asing lainnya. Kebingungan para pemilik kapal Inggris dan nasib untuk kejelasan kapal mereka yang menyebabkan mereka berada di bawah tekanan yang diberilakukan pada mereka lewat penguncimatian pemahaman antara Lin dan Elliot. Hanya satu kapal Inggris, Royal Saxon (Captain Town), mengikuti contoh buruk yang disiapkan oleh Kapten Warner. Namun kala kebingungan Lin hanya diluaskan pada para pedagang dan kapal Inggris setia, sementarra kapal-kapal kebangsaan asing lainnya diperlakukan oleh Lein selaku netral dan lebih disukai karena mereka menandatangani kesepakatan yang sangat dibenci oleh Elliot, sebuah tawaran besar yang berkembang pada kapal-kapal netral, di bawah pemanfaatan perjanjian,l untuk mengerahkan kargo dari dan sampai antara pelabuhan Whampoa dan kapal-kapal Inggris di Hongkong atau Tungku. Kapal-kapal tempur untuk rute pendek tersebut berkembang menjadi $6 per bal kapas yang diangkut ke Whampoa, dan $10 per ton untuk barang Tiongkok dari Whampoa untuk kapal-kapal Inggris. Pengibaran bendera Inggris dan nilai bendera lainnya mendatangkan perpanjangan semacam itu terhadap sebuah kapal Inggris setelah lainnya dijual untuk penunjangan nominal, Konsul Amerika secara khusus memberikan sanksinya terhadap trnasfer semacam itu, perlawanan yang mereka lakukan kepada Kapten Elliot. Pengecualian total pedagang Inggris dari perdagangan langsung dengan Tiongkok, yang telah menjadi fakta yang disertai selama beberapa waktu, secara resmi dideklarasikan oleh Edik Kekaisaran yang diterbitkan di Kanton (26 November 1839), untuk berdampak pada, kala Inggris terseret dalam perlakuan mereka terhadap persoalan candu, mereka tak lagi bersinggungan dengan martabat untuk berlanjut mengijinkan perdagangan mereka, dan sehingga perdagangan Inggris harus sepenuhnya dihentikan dari setelah 6 Desember 1839, dan selamanya. Keadaan tersebut, yang berlangsung selama dua belas bulan lamanya sampai penarikan besar kepentingan perdagangan Inggris, kemudian membentuk sebab paling kuat yang dihasilkan dalam tuntutan untuk pendudukan Hongkong.

Namun, untuk saat ini, Elliot merenggangkan setiap saraf untuk melibatkan Lin untuk mewujudkan keinginannya agar perdagangan Inggris harus didirikan kembali, dalam beberapa bentuk atau lainnya, di Makau, namun Lin, walau sempat secara lebih dini diperlakukan oleh Elliot (16 Desember 1839) untuk memperhatikan beberapa kompromi dalam pengarahan tersebut, yang menjadikannya tak terhindarkan. Bahkan, Gubernur Portugis Makau bergabung dengan Lin dalam kebijakan obstruktifnya, dan kala Kapten Elliot (1 Januari 1840) membujuk Gubernur Pinto, atas nama Yang Mulia Inggris-nya, untuk memperkenankan setidaknya menyetor sisa kargo Inggris di gudang-gudang Maaku atas pembayaran tugas yang disahkan lewat aturan suatu tempat, ia mendapati keputusan setara. Dalam sikap tak bersahabat tersebut, Gubernur Portugis bahkan bergerak lebih jauh. Pada permulaan februari 1840, proklamasi kejahatan melawan Inggris kembali terjadi pada tembok-tembok Makau. Kapten Smith, yang melihat nyawa warga Inggris yang bermukim di Makau dibahayakan oleh plakat tersebut, memerintahkan H.M.S. Hyacinth untuk memasuki pelabuhan dalam Makau (4 Februari 1840), dengan pandangan untuk memperkenankan warga Inggris untuk mengungsi ke kapal. Sehingga, Gubernur Pinto dan Senat Makau saling bergesekan, menyatakan martabat mereka terancam, kenetralan mereka dilanggar dan memerintahkan kapal tersebut untuk langsung pergi. Kapten Smith mengiyakan dan menarik Hyacinth pada keesokan harinya. Namun, penghargaan paling terrendah dan keberuntungan perdagangan Inggris di Tiongkok kini dicapai, dan perubahan berada pada genggaman.

Di Inggris, wacana masyarakat kini setidaknya berkembang, menyambut pernyataan penting oleh Pidato Ratu dari Takhta (Januari 1840) kala Yang Mulia mengidentifikasikan kepentingannya dan martabat Mahkota dengan nasib Elliot dan pedagang Inggris di Tiongkok. Walau menyayangkan dan mengecam perdagangan candu secara keseluruhan, masyarakat Inggris secara jelas menganggap bahwa perdagangan Inggris dengan Tiongkok harus dirombak dpada basis baru secara keseluruhan. Aransemen diam-diam dibuat oleh Pemerintah untuk menyelaraskan ekspedisi ke Tiongkok. Lord Palmerston menejlaskan di Dewan Rakyat (12 Maret 1840) bahwa tujuan ekspedisi tersebut bukanlah menyatakan pertikaian namun membuka komunikasi dengan Kaisar Tiongkok. Orang-orang baik dari Britania Raya tak ingin perang dengan Tiongkok dan secara khusus menggetarkan perdagangan candu, namun mereka sangatmenyelaraskan itu, seperti yang diekspresikan oleh Perintah dalam Dewan (4 April 1840), penyelarasan dan perbaikan harus ditawarkan dari Pemeirntah Tiongkok pada catatan pelaksanaan pencederaan pegawai Kaisar Tiongkok tertentu.

Sementara itu, pemerintah Tiongkok tetap memberitahukan juga apa yang terjadi di Inggris. komisioner Lin memiliki semangat besar untuk mempertahankan rempah-rempah di kalangan pegawai dari para pedagang dan pegawai Inggris, dan badan intelijensinya membiarkannya disuplai dengan terejmahan potongan surat kabar. Sehingga, Lin dapat memberitahu Kaisar, lama sebelum ekspedisi tiba, 'bahwa Elliot telah mengerahkan pasukan untuk dikirim ke Tiongkok; bahwa Ratu telah memerintahkan Parlemen untuk merembuk persoalan tersebut; bahwa badan resmi, sipil dan militer, menyepakati perang, sementara kepentingan perdagangan adalah untuk perdamaian; bahwa diskusi berlangsung selama beberapa hari tanpa hasil pasti apapun; bahwa setidaknya lahan-lahan yang melingkupi Kuil Lo Chan-sze dan tiga tiket ditemukan terkait perang yang menuntaskannya; bahwa Pak-mak (Bremer), kerabat Ratu lewat perkawinan, diperintahkan untuk mengerahkan puluhan kapal perang atau lebih di bawah komandonya, yang menambahkan dua puluh atau tiga puluh kapal penjaga dari India.' Kaisar menjawab, usai membaca laporan tersebut, 'Apa yang dapat mereka lakukan, jika kita benar-benar menunggu pertahanan dan memantau pergerakan mereka?' Tak lama sesudahnya, kala Lin ditanyai (1 Juni 1840) oleh beberapa pedagang Amerika di Kanton untuk memperkenankan kapal-kapal mereka untuk menurunkan kargo mereka secepat mungkin karena ekspedisi Inggri takkan datang dan memblokade pelabuhan, Lin memberikan gagasan bahwa Inggris dapat atau mampu secara efektif memblokade Sungai Kanton.

Namun, Lin menjadi pria yang terlalu memanas untuk menunggu. Pada awal tahun (16 Januari 1840), ia memperkuat pertahanan Tsimshatsui dengan membangun benteng baru di tempat persinggahan pengamanan perairan saat ini, dan mensuplai benteng Bogue dengan sekitar 200 meriam baru dari pembangunan asing, yang tak sulit dibeli di Kanton dari para pedagang asing bersahabat. Ia khawatir untuk menghimpun warga asing untuk melawan Inggris namun tak dapat mengurusinya. Ia kemudian membeli beberapa kapal asing dan kapal jung yang dibangun dengan gaya asing, menyelaraskan mereka bak pasukan perang, dan memerintahkan awak mereka untuk berjuang dalam gaya asing. Namun, ia dengan cepat melihat, dalam menyaksikan beberapa manuver percobaan, bahwa rencana tersebut takkan bekerja, dan menariknya. Sehingga, ia mengalihkan seluruh perhatiannya ke rencnaa yang ia nyatakan lama sebelumnya, pada Agustus 1839, lewat menghimpun armada sukarelawan, yang dibentuk oleh nelayan dan pelaut dengan bayaran $6 sebulan, dengan tambahan $6 untuk setiap keluarga mereka, dana yang disediakan dalam cara umum di Tiongkok, lewat mengumpulkan orang-orang handal untuk memberikan pengerahan 'sukarela' untuk keperluan publik. Namun armada sukarela tersebut, yang lekas memangsa kerkaaplan Inggris (sejak Agustus 1839) dengan kapal-kapal jung perang dan kapal-kapal tembak, dan menghalangi para pedagang Tiongkok yang tak setia dari mensuplai kapal-kapal Inggris dengan barang-barang, yang kemudian tak disertai. Karena kekeliruan, mereka membakar kapal Spanyol Bilbaino (September 1839), merebutnya dan kapal-kapal jung Tiongkok yang mensuplai kapal-kapal Inggris dengan barang-barang, melakukan serangan-serangan malam terhadap kapal-kapal Inggris dengan mengirimkannya, dengan kapal-kapal tembak yang dikumpulkan bersamaan secara berpasangan, namun mereka tak merebut kapal atau perahu Inggris tunggal. Komisioner Lin kemudian kembali ke penindakan Tiongkok biasa untuk mengerahkan dan memerintahkan para Magistrat daerah tetangga untuk mengeluarkan proklamasi yang menawarkan bataran, bukan untuk penghancuran pasukan perang atau kapal dagang Inggris, untuk sejumlah besar uang yang dijanjikan, namun untuk merebut atau membunuh perorangan. Sehingga, harga $5.000 dikenakan terhadap kepala Elliot, jumlah yang beragam dari $5.000 sampai $500 ditawarkan untuk pegawai Inggris manapun, berdasarkan pada tingkat pangkat, dijadikan tahanan dan sepertiga uang dalam setiap kassu untuk pegawai Inggris yang dibunuh, juga pemberian $100 yang ditawarkan untuk pedagang Inggris yang dijadikan tahanan dan $20 untuk pedagang semacam itu yang dibunuh. Namun, tebusan dan skema pembunuhan Lin nyaris tak membuahkan hasil pada skema sukarelanya. Tak ada pegawai Inggris yang ditangkap atau dibunuh, namun beberapa warga sipil Inggris dijadikan tahanan atau dibunuh, melalui tindakan rahasia yang sering dilakukan dan peracunan sumur menjadi praktek umum.

Pada Juni 1840, sekumpulan kapal ekspedisi mulai berkumpul di pelabuhan Hongkong, dan setiap hari mengangkut beberapa pasukan perang atau kapal perang atau pihak lain dari Inggris atau India. Pada akhir Juni, terjadi kedayangan tujuh belas pasukan perang pada tiga kapal tempur (Melville, Wellesley dan Blenheim), dengan empat kapal uap bersenjata Perusahaan Hindia Timur (Queen, Atalanta, Madagascar dan Enterprise, yang kemudian ditambah dengan Nemesis). Terdapat juga dua puluh tujuh kapal pasukan, yang membawa tiga resimen (18th Royal Irish, 26th Cameronians dan 49th Bengal Volunteers), sebuah korps Bengal Engineers, dan sebuah korps penambang dan penggali parit Madras, sekitar 4.000 pasukan tempur secara keseluruhan. Ekspedisi tersebut berada di bawah komando Sir J. J. Gordon Bremer, yang memberikan perintah terhadap dua utusan berkuasa penuh yakni Laksamana Muda Kehormatan George Elliot, dan Kapten Ch. Elliot, R.N., mantan Kepala Petinggi Perdagangan di Kanton.

Perintah yang diberikan oleh Kabinet kepada dua utusan berkuasa penuh tersebut adalah, (1) untuk melakukan perbaikan terhadap penghinaan dan pencederaan yang ditujukan kepada Petinggi Yang Mulia dan warga Yang Mulia oleh Pemerintah Tiongkok, (2) untuk memberikan ganti rugi terhadap perdagangan pedagang Inggris dengan Tiongkok atas kehilangan harta benda mereka yang dipicu oleh ancaman kekerasan yang dinyatakan oleh orang-orang yang berada di bawah arahan Pemerintah, dan (3) untuk memberikan keamanan tertentu agar orang-orang pada perdagangan masa depan dengan Tiongkok harus dilindungi dari penghinaan atau pencederaan, dan agar pedagangan dan kegiatan komersial mereka diutamakan pada pijakan yang tepat.

Nada arahan umum tersebut akan teramati, agar tujuan ekspedisi tak memicu perang melawan Tiongkok, selain berkomunikasi dengan Pemerintah Tiongkok (di Peking), dalam rangka melakukan perombakan resmi dan ganti rugi untuk masa lampau dan kekebalan dan keamanan perdagangan untuk masa depan. Gaya dan mode prosedur kini melayangkan apa yang banyak direkomendasikan oleh sebagian besar bekas pemukim Kanton dan terutama Mr. James Matheson pada 1836. Sebuah banding dilakukan melawan Otoritas Kanton, menimbulkan kekeliruan dan prasangka buruk Kaisar dan negosiasi yang dilakukan dengan dukungan moral dari keberadaan pasukan ekspedisi disiapkan untuk perang dalam kasus tindakan pasifis tak membuahkan hasil. Selain dari ganti rugi untuk candu yang direbut oleh Lin, persoalan candu tak dilibatkan dalam program tersebut, dan sehingga, dalam menyatakan Inggris kini bangkit di Tiongkok, selama dua abad perlakuan buruk yang dilakukan kepada para pedagangnya, persoalan candu sebetulnya menjadi dakwaan tambahan. Terakhir, teramati juga bahwa, di kalangan ekspedisi, pendudukan bagian tertentu di wilayah Tiongkok, atau pembentukan Koloni Inggris di Timur, tak dilibatkan. Ini disepakati tanpa ragu kepada Kapten Elliot yang, seperti yang kami lihat, menyerahkan pernyataan pemilihan Hongkong atau pulau lainnya untuk keperluan Koloni dan melirik persinggahan dagang aman di pesisir dan terutama di Makau.

Pemerintah India menasehati utusan berkuasa penuh bahwa, usai kedatangan ekspedisi di Tiongkok, benteng Bogue harus diratakan dengan tanah, dan Pulau Lantao (yang berdekatan dengan Hongkong) diduduki sebagai depot komisariat, yang pada masa mendatang dapat dijadikan persinggahan dagang. Namun, karena tujuan ekspedisi pertama adalah komunikasi damai dengan Peking alih-alih perang di Kanton, dua utusan berkuasa penuh sepakat untuk tidak hadir pada kejadian manapun yang menimbulkan pertumpahan darah selama mungkin. Namun, untuk mencegah kesalahpahaman di Kanton, Komodor Bremer diperintahkan untuk memberikan catatan (21 Juni 1840) bahwa blokade pelabuhan Kanton, lewat seluruh bagian masuknya, akan dilakukan pada 28 Juni, dan juga, dalam rangka menekankan negosiasi yang diharapkan di Utara, Komodor Bremer sempat berniat untuk mengerahkan pasukan untuk menduduki Pulau Chusan, yang dapat dilakukan (5 Juli 1840) lewat pendudukan Tinghai.

Laksamana Elliot dan Kapten Elliot, usai (30 Juni 1840) menghadap Komodor Bremer dengan sisa pasukan eksekusi, mula-mula diperintahkan untuk mengajak Otoritas Chehkiang (provinsi yang meliputi Chusan) untuk mendatangkan pernyataan ke Peking yang ditandatangani oleh Lord Palmerston dan dialamatkan ke Otoritas Kekaisaran di Peking, namun kala mereka melakukannya, sampai Tientsin tempat pengerahan ditujukan kepada Waliraja Chihli, yang disebut Kishen. Menurut catatan sejarah Tiongkok, pengerahan Lord Palmerston, usai membuat pernyataan tertentu yang ditujukan untuk mencerahkan Kaisar soal yang terjadi pada Otoritas Kanton, membuat tuntutan berikut, (1) pembayaran ganti rugi nilai candu yang direbut oleh Lin, (2) membuka lima pelabuhan traktat (Kanton, Amoy, Foochow, Tinghai dan Shanghai), (3) pernyataan komunikasi resmi atas dasar kesetaraan internasional, (4) pembayaran biaya ekspedisi, (5) pengawalan serangkaian pedagang, harus tak memegang tanggung jawab untuk perlakuan pihak lainnya, dan (6) peniadaan monopoli Pedagang Hong.

Akan teramati juga bahwa pendudukan Hongkong, maupun pendirian Koloni di tempat lainnya, masuk dalam program tersebut. Namun kala Gubernur Jenderal india merujuk kepada Lantao, dan kala para utusan berkuasa penuh, tak lama usai penaklukan Tinghai, menghimpun pemerintahan sipil, yudisial dan fiskal sepenuhnya untuk seluruh Pulau Chusan, karena jika tempat tersebut dijadikan Koloni Inggris, kesempatan Hongkong kini nampak lebih jauh dihapuskan ketimbang saat itu.

Mata Kaisar terbuka setidaknya kala ia memantau pergerakan Lord Palmerston, dan melihat bahwa ia memajukan tuntutan Inggris atau berperang, ia berkata soal pengamatan, kala ia mengerahkan sikap, bahwa 'Lin menyebabkan perang lewat penugasan khususnya dan membunuhi orang dalam rangka menutup mulut mereka.' Para musuh Lin di Istana kini sampai ke telinga Kekaisaran dari segala arah, akibat Lin dan Tang (mantan Waliraja Kanton, kini Waliraja Fohkien) terlucuti. Kishen diangkat menjadi Komisioner Kekaisaran untuk mengurusi kepentingan Kanton, namun ia dihampiri oleh pengarahan untuk berkonsultasi pada Lin dan Tang untuk tindakan yang diambil. Eleepoo, Waliraja Nanking, juga diangkat menjadi Komisioner Kekaisaran dan diarahkan untuk bergerak ke Ningpo (seberang Chusan) untuk mengurusi kepentingan Chusan. Setelah berbagai negosiasi dengan Eleepoo, para utusan berkuasa penuh Yang Mulia datang ke Chusan (6 November 1840) untuk kepemahaman umum tak terdefinisikan agar negosiasi damai, yang diharapkan, harus berlanjut dan ditetapkan di Kanton oleh Kishen, dan agar Inggris menduduki Chusan; sebagai penjagaan.

Meskipun para utusan berkuasa penuh menduduki utara, Komisioner Lin, melalui tindak blokade Sungai Kanton, mula-mula meneruskan bekas kegiatan pengeraman telur orang-orang untuk melakukan tindak kekerasan melawan Inggris dan menyerbu tembok Makau lagi dengan pengecaman yang ditujukan melawan pemukim Inggris di tempat tersebut. Rev. V. Stanton, yang bertugas sebagai Kapelan Inggris di Makau, diculik di pesisir (5 Agustus 1840) dan tetap di bawah naungan tertutup di penjara umum di Kanton, sampai ia dibebaskan oleh Kishen (12 Desember 1840). Kala Lin campur tangan dengan suplai barang ke Makau, empat kapal meriam Inggris dikerahkan dan merebut benteng pembatas Tiongkok dekat Makau (19 Agustus 1840); lainnya tanpa pergerakan serius dari pengaruh apapun yang terjadi di dekat Kanton sampai pemutusan gencatan senjatanya.

Kala kabar gencatan senjata Chusan mencapai Makau, penolakan, keraguan dan kecemasan melanda komunitas Inggris. Kala dua utusan berkuasa penuh tiba, lima firma Inggris (Dent, Bell, Mcvicar, Gribble Hughes dan Dirom) mengirim pengalamatan bersama kepada Kapten Elliot, menyelidiki, apakah gencatan senjata Chusan menerapkan penangguhan blokade Kanton, entah ini menentukan bahwa perdagangan Inggris harus dilakukan di masa mendatang di luar Bogue, atau apakah hal tersebut membuat kapal Inggris harus memasuki Bogue dan perdagangan dilakukan sementara di Makau. Pada menyelidikan tersebut, Kapten Elliot bergerak dari Tungku (27 November 1840), enggan menjawab pertanyaan atas dasar bahwa ia menghiraukan niat-niat Pemerintah Tiongkok. Namun kala Laksamana Elliot, yang menderita penyakit berat, memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan pulang ke Inggris (1 Desember 1840), meninggalkan Kapten Elliot dalam mengadakan negosiasi selaku utusan berkuasa penuh tunggal, Elliot umum dianggap akan menekan perdagangan Inggris untuk dilakukan di luar Bogue, usaha-usaha secara khusus dilakukan di Makau. Sir H. S. Fleming Senhouse secara sebagian menggantikan laksamana Elliot dalam komando armada, komando seluruh ekspedisi masih berada di tangan Sir J. J. Gordon Bremer.

Di Kanton, para pegawai dan rakyat Tiongkok berada dalam keadaan tak menentu dan tak terberi yang serupa, sampai kedatangan Kishen (29 November 1840). Kala Elliot mengirim kapal uap Queen, di bawah bendera gencatan senjata, menuju Bogue (20 November 1840), untuk mengumumkan kedatangannya dan mengirim pengerahan oleh Eleepoo yang ditujukan ke Kishen, kapal-kapal tersebut ditembaki oleh benteng Bogue, dan tembakan padat yang dijatuhkan oleh Queen ke benteng-benteng membalas tindakan yang ditujukan kepada Lin dalam kemenangan besar, namun permintaan maaf kemudian dinyatakan. Dalam mengirim permintaan maafnya, para pegawai Tiongkok, untuk pertama kalinya, mengalamatkan Elliot dengan rasa hormat yang sebenarnya. Kala kishen datang ke Kanton, ia diperlakukan oleh pegawai, jurutulis dan priyayi Kanton, untuk tak menyerahkan satu batu dari benteng mereka maupun satu inchi wilayah mereka, namun meneruskan operasi pertikaian sesekali. Namun, Kishen menyatakan sikap yang lebih baik terhadap kekuatan senjata, strategi dan disiplin asing, dan memutuskan untuk membuat perdamaian, namun, memiliki kemungkinan yang tipis. Namun kala ia melalui kebijakan yang ditujukan untuk melawan perasaan populer dan kehilangan kepercayaan diri dan kerjasama berhati dari seluruh bawahan lokalnya, pendiriannya sangatlah sulit. Sehingga, negosiasi berlangsung dari hari ke hari dan pekan ke pekan tanpa landasan apapun yang dicapai. Elliot menanyai soal pelabuhan di luar Bogue, tempat kapal-kapal Inggris berlabuh dan menurunkan kargo mereka, Kishen menawarkan Amoy atau Hongkong kepada Elliot. Namun dengan diarahkan untuk berkonsultasi pada Lin dan Tang, seorang pria yang nampak seperti negarawan, berujar 'bahwa Amoy adalah kunci dari Fohkien, dan bahwa Hongkong, yang menduduki posisi utama di perairan Kanton, akan dijadikan tempat landasan untuk otoritas Kanton jika Inggris membentengi Pulau Kwantailou (Hongkong) dan semenanjung Kowloon.' Sehingga, Kishen mendapati dirinya terkurung dalam setiap langkah. Lin dan Tang diam-diam menentang kebijakannya karena pengaruh mereka pada bawahan lokal Kishen dan Kishen menyatakan jiwapemberontak terharap seluruh pihak yang berada di sekitaran dirinya sendiri. Departemen intelijensi Lin juga takkan melayani Kishen dengan kehendak baik dan digerakkan untuk menyediakan seluruh karya penafsiran pada seorang sosok, Pao Pang, yang dipandang oleh Tiongkok sebagai pengkhianat dan oleh Elliot sebagai sekutu, yang dulunya merupakan orang kesayangan Mr. Dent pada masa-masa pabrik lama.

Pada permulaan Januari 1841, Elliot mendapati dirinya sendiri, usai enam pekan negosiasi, tak mendekati penyelesaian ketimbang yang ia lakukan sebelumnya. Sehingga, ia memutuskan untuk mengirim persoalan pada krisis dan mengirim ultimatum ke Kishen (6 Januari 1841) untuk memberi dampak agar, tanpa beberapa dasar pasti untuk perjanjian yang dicetuskan oleh Kishen pada pukul 8 a.m. keesokan harinya, benteng Bogue akan ditempatkan pada pendudukan. Tanpa jawaban yang diraih keesokan paginya, sehingga tindakan tersebut dikenal sebagai Pertempuran Chuenpi Kedua, diumumkan, pukul 9.30 a.m. pada 7 Januari 1841, kala armada menyerang dua benteng Bogue, Chuenpi (juga disebut Shakok) di timur dan Taikok di barat Bogue, sementara pasukan (yang dikatakan 1.461 orang secara keseluruhan) mendarat di sekitaran benteng dan menempatkan mereka pada serangan. Dalam satu setengah jam, delapan belas jung perang Tiongkok dihancurkan, sekitar 500 prajurit Tiongkok tewas, sekitar 300 orang lainnya luka-luka, sementara di pihak Inggris, 38 orang luka-luka (kebanyakan akibat ledakan yang meledakkan bubuk meriam Tiongkok), dan tidak ada yang tewas. Pada pukul 11, peristiwa tersebut berakhir dan bendera Inggris dikibarkan di atas reruntuhan benteng Bogue.

Sejarawan Tiongkok memberikan catatan berikut soal Pertempuran Chuenpi Kedua. 'Kala meriam-meriam armada Inggris membombardir dua benteng di depan, sepasukan sekitar 2.000 pengkhianat Tiongkok menaiki perbukitan dan menyerang mereka dalam jarak dekat. Seratus orang atau lebih terkena ledakan ranjau, namun sisanya, yang kalah jumlah jauh dari garisun 600 pasukan, datang tanpa bertindak. Dua atau tiga ratus pasukan lainnya terbunuh oleh dentuman kami, namun setidaknya bubuk mereka menipis, dan kapal-kapal uang bergerak di sekitaran benteng dan membakar armada kami. Tiga benteng lain, yang menjauhi sungai, yang masing-masing dikomandani oleh Laksamana Kwan, Laksamana Muda Li dan Kapten Ma, hanya memiliki beberapa ratus pasukan di dalamnya, tak dapat berbuat apapun selain merenungkan satu sama lain dengan air mata berlinang. Laksamana Kwan mengirim Li ke Kanton untuk mengajukan penambahan pasukan, namun Kishen bersikukuh dan singkatnya menjalani semalaman menulis proposal damai lebih lanjut yang ia dikirim lewat Pao Pang ke Elliot. Hongkong kini ditawarkan, oleh Kishen, selain ganti rugi candu dan para tahanan Chehkiang ditukar dengan Tinghai.'

Kalimat terakhir dari catatan Tiongkok mengenai Pertempuran Chuenpi Kedua tersebut berpengaruh istimewa, karena mengesahkan sumber tersebut soal usulan untuk menduduki Pulau Hongkong; kepada Takhta Inggris. Sosok yang mengesahkan pendudukan tersebut adalah Kishen dan bukannya Elliot. Kala 'tahanan Chehkiang' disebutkan disini, terdapat beberapa kekeliruan disini. usulan Kishen adalah untuk menduduki Hongkong sebagai persinggahan dagang (seperti Whampoa) dan ditukar dengan benteng Bogue dan Chusan (Tinghai). Kemudian, 'tahanan Chehkiang,' yang diujarkan, awak dan penumpang kapal pasukan Kite, yang didapatkan (15 Februari 1841) lewat kecelakaan di pesisir dekat Tinghai dan jatuh ke tangan Tiongkok, sebenarnya diserahkan oleh Tiongkok kala Tinghai dievakuasi.

Setelah penaklukan benteng Bogue, Laksamana Kwan mengibarkan bendera gencatan senjata, memohon gencatan senjata, dalam rangka memberikan waktu pada Komisioner Tinggi untuk menghimpun proposis tertentu yang ditujukan olehnya untuk menawarkan penerimaan Elliot. gencatan senjata tersebut diterima dan negosiasi diadakan. Pada akhirnya, pada 20 Januari 1841, Traktat Chuenpi dicapai.

Lewat Traktat tersebut, empat usulan dini disepakati oleh utusan berkuasa penuh Tiongkok dan Inggris, untuk memberlakukan, (1) agar pulau dan pelabuhan Hongkong (tak meliputi semenanjung Kowloon) harus diserahkan kepada Mahkota Inggris, dan baterai-baterai Tiongkok di Tsimshatui ditarik sebagai pertukaran untuk benteng Bogue yang dihancurkan, (2) agar ganti rugi enam juta dolar harus dibayarkan kepada Pemerintah Inggris dalam enam kesempatan tahunan, yang mula-mula dibayarkan sesekali, (3) agar perhubungan resmi langsung antar dua negara harus dilakukan pada penjejakan kesetaraan internasional, dan (4) agar perdagangan pelabuhan Kanton harus dibuka dalam sepuluh tahun setelah Tahun Baru Imlek (sehingga pada 1 Februari 1841) dan dilakukan di Whampoa, sampai penerapan lebih lanjut dapat diterapkan di Hongkong. Seluruh penjelasan lain diangkat untuk negosiasi lebih lanjut. Namun, harus ditambahkan bahwa mula-mula pendahuluan perdamaian yang dimajukan dipasangkan dengan syarat, yang kemudian ditolak oleh Pemerintah Inggris, agar memberlakukan 'seluruh bayaran dan tugas kepada Kekaisaran Tiongkok, pada perdagangan yang dilakukan di Hongkong, harus dibayarkan seperti jika perdagangan dilakukan di Whampoa.' Kalimat tersebut menandakan bahwa kesepemahaman Kishen dan Elliot, lewat kompromi saling menguntungkan, mendorong pendudukan hongkong pada masa itu, aagr Hongkong dapat dijadikan perlintasan hibrida antara pelabuhan traktat Tiongkok dan Koloni Inggris, tanah yang dimiliki oleh Britanai Raya namun bayaran dagang dipegang oleh para pegawai Tiongkok. Konstitusi campuran semacam itu akan menimbulkan sumber pergesekan tanpa akhir antar dua pemerintahan tersebut, disamping menjadi kesempatan terhadap keinginan pedagang bebas akan pelabuhan bebas.

Dalam menonjolkan warga Yang Mulia terhadap keputusan yang sukses dari Perjanjian Chuenpi (20 Januari 1890), Kapten Elliot memberitahukan mereka bahwa, menundang kesenangan lebih lanjut yang Mulia, tak ada pelabuhan atau bayaran lainnya kepada Pemerintah Inggris di Hongkong. Pada saat yang sama, Elliot memohon perlindungan bendera Inggris kepada warga dan kapal kekuatan asing, yang dapat menghimpun kekuasaan Yang Mulia di Hongkong. ia juga mendorong pedagang Inggris untuk mengadopsi perlakuan yang sama dengan rakyat Tiongkok dan ditunjuk untuk menjadi pertahanan bagi negara sebanyak tiga kali lipat yang nyaris mereka dirikan, dan akhirnya menyatakan rasa syukurnya kepada para pegawai dan anggota pasukan ekspedisi, atas keberanian yang dihasilkan kini menyertai sebagian besar darinya.

Tak lama usai kesepakatan Perjanjian Chuenpi, skuadron Inggris menarik diri dari Bogue dan berpindah ke barat daya Teluk Lantao, meninggalkan H.M.S. Samarang di belakang, yang panglimanya (Kapten Scott), yang kemudian dikenal sebagai Gubernur Chuenpi, diperintahkan untuk menyerahkan benteng Chuenpi dan Taikok kepada Otoritas Tiongkok. Pada saat yang sama, H.M.S. Columbine dikerahkan ke Chusan, untuk menjalani sisa masa ekspedisi.

Pada 24 Januari 1841, Komodor Bremer, yang datang dari Makau ke Lantao, mengarahkan Kapten Belcher, dalam komando H.M.S. Sulphur (yang memberikan namanya kepada Aliran Sulphur) untuk bergerak maju ke Hongkong dan mengadakan surveinya. Sehingga, Sir E. Belcher mendarat pada Senin, 25 Januari 1841, lima belas menit menjelang pukul 8 a.m., di kaki Taipingshan, dan di bukti, yang kini diduduki oleh lapangan hiburan Tiongkok. Kapten Belcher dan pegawainya, menganggap diri mereka sendiri bermanfaat bagi para pemukim Inggris pertama, menyembuhkan kesehatan Yang Mulia dengan tiga sambutan, sehingga tempat tersebut dikenal sebagai Possession Point. Ini dilakukan secara tanpa resmi dan sebagai arbitrer dini untuk survei pulau tersebut. Namun keesokan harinya (26 Januari 1841), kala seluruh skuadron dayang ke pelabuhan Hongkong, pendudukan Hongkong diresmikan oleh Komodor Bremer. Pada Selasa, 26 Januari 1841, para marinir dari seluruh kapal mendarat di tempat yang sama sehari sebelumnya dan pendudukan resmi dilakukan terhadap pulau tersebut oleh Sir J. J. Gordon Bremer atas nama Yang Mulia Ratu Victoria. Komodor Bremer didampingi oleh para pegawainya, dan pada kesempatan kala bendera Inggris dikibarkan di Possession Point, para marinir di tempat tersebut menembakkan tembakan penyambutan, sementara seluruh kapal perang di pelabuhan tersebut membuat perbukitan tersebut diwarnai dengan petir Penghormatan Kerajaan pertama yang pernah ditembakkan di Hongkong. Sir E. Belcher mengambil posisi Hongkong yang sebenarnya di daerah bukit, pada susunan rumah batu di Bukit Morrison, yang berada di koordinat 22° 16′ 30″ N. Lat. dan 114° 08′ 30″ E. Long. Ia juga menentukan nama dan ketinggian puncak utama sebagai berikut, Puncak Victoria (1.825 kaki), High West (1.774 kaki), Gunung Gough (1.575 kaki), Gunung Kellett (1.131 kaki), Gunung Parker (1.711 kaki) dan kemudian Puncak Pottinger (1.010 kaki).

Hal ini timbul dari catatan yang dimajukan dari akuisisi Hongkong, bahwa pendudukan sebenarnya adalah kejutan untuk seluruh pihak terkait. Pada kesempatan akhir, Kishen mengulang penawaran untuk menduduki Hongkong, dan Elliot, yang menerimanya, karena pada kesempatan tersebut ia sulit melakukan hal lain, mengambilnya secara tak diharapkan. Untuk para pedagang Inggris, para pemimpin yang pada bertahun-tahun kemudian berujar dalam peringatan bersama kepada Lord Stanley (13 Agustus 1845) bahwa 'penyelesaian semacam itu terhadap Hongkong tak pernah benar-benar diterima oleh pedagang Inggris,' pendirikan mendadak Koloni tersebut tak diharapkan seperti halnya kelahiran anak dalam keluarga yang umumnya memiliki anak lainnya. Mereka hanya dapat membayangkan bagaimana semuanya datang, namun mereka tak dapat menerima kenyataan. Mereka tak berkonsultasi terhadap hal tersebut. Itu adalah: Koloni Hongkong yang baru lahir. Dan seperti rakyat Inggris—'Apa yang akan mereka katakan soal ini di rumah?' adalah pemikiran kecemasan dari Elliot dan para pedaganga, dan tak ada yang dapat menuturkan secara rinci lala Koloni yang baru dihimpun akan dihidupkan untuk merayakan yibeliumnya atau setidaknya tahun kelahirannya.

Pada 3 Februari 1841, menghiraukan pendudukan sebagai hal yang tercapai, Jawatan Luar Negeri memberikan pengarahan kepada Kapten Elliot yang memandangnya memberikan hal baik yang diinginkan agar pendirian persinggahan dagang di Hongkong kemudian mendapatkan kesepakatan Pemerintah Yang Mulia. Pengerahan tersebut berisi pernyataan nubuat berikut ini: 'Kau atur untuk merencanakan kondisi agar, jika Mahkota Inggris menduduki sebuah pulau di lepas Pantai Timur Tiongkok untuk dijadikan sebagai persinggahan dagang untuk warga Inggris, para pedagang dan penduduki Tiongkok dari seluruh kota besar dan kecil di Pesisir Tiongkok harus diperkenankan oleh Pemerintah Tiongkok untuk datang secara bebas dan tanpa setidaknya penghalangan atau penjamahan kepada Pualu tersebut untuk keperluan dagang dengan warga Inggris yang didirikan disana.' Malangnya bagi Hongkong, pergesekan yang berkaitan dengan kemungkinan pendudukannya sepenuhnya bersinggungan sepanjang bertahun-tahun usai pendudukan menyertai. Kishen menawarkan Hongkong sebagai hunian untuk warga asing namun tak ditujukan untuk dijadikan Alsatia dari Tiongkok.

Sulit untuk dikatakan, dengan keakuratan utama dan dalam beberapa kata, bagaimana Hongkong dapat diduduki Mahkota Inggris, banyak kehendak yang secara jelas dihimpun lewat penjalasan di atas bahwa catatan biasa saat ini soal pendudukan Hongkong bersifat tak akurat. Ini benar-benar tak adil untuk menyatakan, apa yang umum ditemukan diatakan dalam catatan sejarah Benua dan Amerika dari perjumpaan Inggris dengan Timur Jauh, bahwa 'Inggris menginginkan Hongkong dan mereka merebutnya dengan senjata.' Namun itu juga merupakan campur tangan tak menonjol yang digambarkan oleh pengkompilasi Colonial Year Book (1890) dari pandangan pendudukannya, dengan dakwaan bahwa 'aneksasi Hongkong memberikan contoh menonjol dari tindakan Inggris untuk memberikan persyaratan kondisi keadaan apapun yang terjadi dan mendatangkan seturut mereka.' Dengan segala hormat bagi kecepatan sudut pandang Inggris secara umum, hal ini mengkhawatirkan bahwa dalam kasus terkini pelajaran seluruh babi di atas lebih menekankan pengarahan yang berseberangan.