Fyhel/ bab 2
Bab 2 trisula
Bangun pagi, rasanya badan ku pegal karena pertarungan tadi malam, waktu menandakan pukul 09.40, aku mandi karena merasa telat. Dan naik motor ke kampus.
Sesampainya di kampus, pahlawan bertopeng misterius menjadi topik pembicaraan di kampus. Idenditas ku pun harus di rahasiakan, karna jika ketahuan akan menjadi masalah.
Sampai di ruang kuliah, aku melihat dan mendengar apa yang di ajarkan oleh dosen. Saat selesai aku harus tetap di kelas. Setelah kelas kedua selesai, aku pun pulang.
Saat pulang aku di ringkus oleh 3 sculpture. Salah satunya sculpture kucing, dan bersama 2 temannya singa dan macan tutul. Dia berencana ingin membunuh ku, aku berubah dan mengeluarkan trisula kemudian maju, aku membunuh si singa dan macan tutul.
Sekarang giliran si kucing, dia berlari dengan cepat, dan menyerang ku, aku mengeluarkan cakram, dia berhasil menghindar. Dia menyerang ku, aku kewalahan menghadapinya. Suara toar yang bilang pada ku :
“coba dengan keteguhan.”
Aku meneguh diam, monster itu bergerak cepat, dia terus mencakar ku. Sampai akhirnya aku merasakan hembusan angin, dan aku menemukannya. Ku tusuk dengan trisula ku, dia menjadi batu dan tertiup menjadi debu.
Aku merasa pusing dan pingsan karena pertarungan ini. Saat sadar, aku melihat lampu, aku terbangun dan di sebelah ku, ada teman ku, aku menyapa dia :
“hey regina, kenapa aku disini ?”
“aku menemukan mu tergeletak pingsan.”
“jangan khawatir motor mu. Ini kuncinya.”
Motor ku di bawa olehnya saat aku pingsan. Biaya administrasi di bayar oleh ku, setelah itu aku pulang ke rumah, regina juga pulang ke rumah.
Saat di rumah aku tertidur dan bermimpi. Di sebuah kantor polisi si sculpture yang berwujud belalang sembah menyerang kantor polisi itu. Para polisi menggunakan pistol dan senapan untuk membunuh monster itu, tetapi gagal. Monster itu membunuh mereka. Bazoka pun di keluarkan oleh para polisi dan menembaknya, kemudian sculpture itu kabur.
Keesokan paginya, aku terbangun dan menonton berita. Apa yang di bilang berita sama dengan yang ku mimpikan. Aku terkejut melihat itu, kamera CCTV memperlihatkan monster itu, dan ternyata sama dengan mimpi ku.
Saat ini para polisi merecanakan sesuatu untuk membasmi mereka. Setelah selesai aku berjalan dengan motor bebek ku untuk melihat kantor polisi yang di serang oleh sculpture.
Saat ini kantor kepolisian dijaga ketat oleh para polisi dan disana aku terkejut ketika aku bertemu dengan seseorang yang satu kompleks dengan ku namanya chris :
“hey david.”
“chris…”
“aku melihat beritanya barusan.”
“seberapa parah hmmm.”
“katanya monster ini membunuh 20 polisi.”
“oh, begitu ya.”
“sudah ya chris.”
Setelah itu aku pulang, mandi, ganti baju, dan ke kampus dengan motor. Sesampainya di kampus, aku melakukan kegiatan perkuliahan. Rasanya membosankan sekali perkuliahan ini.
Setelah selesai, aku langsung ke tempat kerja paman ku, aku menghampirinya, dan ku tanya padanya :
“paman, bisakah ku ganti motor.”
“okey.”
“motor yang bagaimana.”
“motor type kawasaki”
“baiklah.”
Aku mendapatkan motor yang ku impikan, setiap harinya aku berjalan dengan motor itu. Aku sudah terbiasa dengan motor itu, sampai aku lupa dengan sculpture.
Seminggu kemudian, si sculpture belum juga muncul, sampai ku dengar berita bahwa, sebuah senjata baru yang di kembang kan oleh kepolisian manado, dan masih di rahasiakan.
Monster yang membunuh para polisi seminggu lalu, baru sekarang dia muncul bersama keempat temannya. Yang ditengah seperti yang terekam CCTV, bentuknya seperti belalang sembah.
2 di kanannya seperti kumbang pohon kelapa, yang satunya bertanduk satu, sedangkan yang Satunya lagi bertanduk dua, sedangkan dua di kirinya seperti lalat dan lebah.
Yang si belalang sembah maju duluan kemudian disusul mereka berempat. Aku berubah dan berubah dan bertarung dengan mereka. Ku keluarkan cakram terus menerus, mereka menangkisnya, setelah kelelahan mengeluarkan semuanya, aku dikeroyok.
Di keroyok, aku keluarkan trisula ku dan memutarnya, dan ku lempari trisulanya pada si belalng sembah, dia pun menangkisnya. Kesal karena ini, aku maju dan memukul mereka semua.
Namun si belalang sembah menyerang ku dengan tangannya. Aku terlempar jauh. Dan ada sebuah suara yang mengatakan : “gunakan kemampuan pandora.”
Ku keluarkan senjata pandora. Dan yang keluar adalah sebuah kotak, dan ku arahkan padanya, dia pun terkena capnya, menjadi batu dan ku hancurkan batunya.
Kemudian batu itu menjadi debu. Dan mereka berempat kabur seketika. Kemudian aku berubah kembali, dan naik motor baru ku.
Sampai di rumah, aku berlatih beladiri dan meninju bantalan itu, terus berlatih. Ada orang yang menghampiri ku di rumah, dia si anggi, orang yang ku tolong waktu itu. Dia pun mengatakan pada ku :
“kau pahlawan itu kan.”
“maaf, kau pasti salah.”
“jangan bohong, saya melihatnya”
“baiklah, aku sudah tidak bisa mengelaknya lagi.”
“kalau boleh kutahu, siapa nama mu dan berapa usia mu?”
“david sinaga, 19 tahun”
“kauini anggi siapa,hmmm”
“anggi regar”
Kami saling berkenalan satu sama lain, dia pun pulang, pikiiran ku terfokus padanya, meskipun dia empat tahun lebih tua dari ku.
Hari menjelang malam, insting ku muncul kembali, kali ini yang berebntuk lalat kembali. Dia menyerang stasion bus. Aku naik motor menuju kesana, menuju ke tempat yang sepi, dan berubah menjadi fyhel.
Aku bertarung dengan dia, para polisi pun datang membantu, tetapi ternyata menembak kami berdua. Aku pun menghindar dari tembakan mereka, mengeluarkan kotak pandora dan arah kan pada sculpture.
Sculpture lalat menjadi batu, dan langsung di tembak polisi, kemudian abunya di tiup angin.
Aku pun lari dari mereka, berubah menjadi manusia dan kabur. Setelah kejadian barusan, aku pulang ke rumah, masuk ke kamar dan tidur.
Keesokan paginya, aku menonton berita, dan beritayang muncul adalah pahlawan bertopeng yang bertarung dengan monster semalam menjadi buronan polisi.
“itu artinya aku ini buronan polisi sekarang.”