Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 2/Divisi 3/Bab 5
PETRUS AGUNG DAN SINODE KUDUS
Alexis wafat pada tahun 1676 dalam usia empat puluh tujuh tahun, dan digantikan oleh putra sulungnya Feodor, seorang pemuda dengan kesehatan yang lemah, yang berkuasa tanpa ketonjolan selama enam tahun, dan wafat tanpa pewaris. Sophia, putri Alexis, seorang wanita mempesona, kemudian menyatakan diri selaku wali raja untuk saudaranya Ivan dan saudara seayah mudanya, Petrus, anak Alexis dari istri kedua, yang lahir pada tahun 1672, dan sehingga berusia empat tahun kala ayahnya wafat. Petrus adalah seorang anak yang cerdik nan teliti. Namun oleh kebijakan kejam Sophia dan kehandalan menteri yang tak populer Basil Golitsin, yang menjadi tangan kanannya, pendidikannya dihambat. Tujuan ketidakadilan kejam tersebut adalah demi menjaganya secara permanen tak layak untuk mengurus pemerintahan negara, sehingga mereka dapat terus membaginya di antara mereka. Ini adalah kebijakan rendahan. Namun tindakan tersebut mengalami kegagalan. Dalam usia tujuh belas tahun, Petrus merebut kekuasaan dan mengirim saudarinya ke konven. Disana, ia wafat usai tujuh belas tahun ditahan. Sebagian besar kebrutalan dan kekasaran tindakan tsar besar berikutnya harus ditiadakan pada catatan masa mudanya. Kisah hidupnya akan sangat berbeda dalam berbagai hal jika tak sejalan dengan rancangannya. Jika itu adalah kejahatan mencuri roti dari mulut anak-anak, ini merupakan kejahatan ringan yang memberikannya pendidikan yang merupakan hak alaminya; dan ini merupakan dakwaan yang harus dicantumkan pada catatan kekuasaan ambisius dan menteri pembelotnya.
Dengan pembukaan masa kekuasaan Petrus Agung, kami memasuki sejarah Rusia modern. Peristiwa tersebut ditandai dengan bab-bab yang mendahului secara langsung yang akan menyangkali pernyataan populer bahwa Rusia bahkan sepenuhnya terisolasi dan terpojokkan dari bangsa-bangsan Eropa, kecuali selama tiga abad pendudukan Mongol. Sebelum masa itu, negara tersebut menjalin kontak dekat dengan Konstantinopel. Baik Gereja dan Negara di pusatpusat besar Kiev dan Novgorod, peradaban Rusia sejalan dengan peradaban Eropa Timur. Dalam beberapa hal, negara tersebut lebih maju ketimbang Eropa Barat kala perpecahan Kekaisaran Romawi dan pada masa peperangan para baron. Invasi Mongol menyapu banyak budayanya, mengawasi perkembangan nasional, memutus penduduk Sclavonic dari Yunani dan Eropa Teutonik, dan mengubah Rusia menjadi negara semi-Asiatik. Diperlukan beberapa masa generasi bagi rakyatnya untuk pulih dari marabahaya yang besar dan merusak. Sebagian besar wilayah Rusia, ketipisan masyarakatnya yang berkembang luas, dan keterpencilan sebagian besar mereka dari pusat-pusat pencerahan, selalu dihasilkan dan harus tetap dihasilkan dalam perbedaan besar dalam keadaan sosial masyarakat. Dengan demikian, masyarakat petani menjadi satu-satunya kelompok yang berdampak tak langsung, jika secara keseluruhan terpengaruh, oleh laju budaya dalam kota-kota. Dalam hal agama serta sosial, sebagian besar Rusia masih berada dalam Abad Pertengahan, yang dapat dikatakan, pada masa sebelum Renaisans.
Namun di Moskwa, Rostoff, Novgorod, dan kota besar lain, terdapat kesadaran dunia yang lebih besar lama sebelum Petrus berkuasa. Ivan yang Mengerikan memutuskan untuk mengambil langkah-langkah terhadap pengiriman budaya Barat ke Rusia. Dinasti Romanoff mengikuti langkah yang sama. Alexis yang jantan mengimpor pendidikan dan hal-hal mencerahkan ke kekaisarannya. Sehingga, kala semuanya yang dilakukan dengan cara tersebut meraih pengakuan, Petrus Agung masih benar0benar meraih tugas besar mengembalikan Rusia ke Eropa dan mengenalkan Eropa ke Rusia. Gagasan-gagasannya dan keselarasannya jelas-helas jauh melebihi hal apapun yang menyertai atau bahkan diupayakan atau didorong oleh pengarahan paran pendahulunya. Ie berniat memodernisasi Rusia dengan mengirimkannya ke kontak dengan bangsa-bangsa Barat progresif dan dalam tingkat menonjol yang diteruskan olehnya, meskipun tanpa arti untuk menghimpun penampilan luar yang akan ditonjolkan. Kami dapat membandingkan Rusia pada masa Petrus dengan Jepang pada masa kami sendiri. Dalam kedua kasus, kami mendapati rakyat yang lama buntu mendadak disetir dan dikembangkan oleh kehidupan dari Barat progresif. Namun, dampak langsung lebih besar di Jepang ketimbang di Rusia. Dampaknya yang setara dengan laju ras kuning tersebut masih nampak.
Petrus selalu menjadi landasan penemuan-penemuan mekanikal, dan sangat menyelaraskannya dengan pekerjaan sisi demi sisi pada para artisan di halaman dok di Deptford kala ia datang ke Inggris untuk mempelajari pembangunan kapal. Entah pendidikanny maupun perilakunya berada di luar standar tenaga kerja Inggris pada masanya. Namun, ia memiliki kecerdasan besar dan kehendak tak tertandingi, dan ini menjadikannya diselimuti atau diprasangkakan oleh perbincangan sekolah-sekolah. Bahkan melebihi Napoleon, Petrus, selaku putra kaisar, benar-benar menjadi sosok yang berdikari. Perjalanan Eropa dan tenaga mekanikalnya sangat menempatkan pada para abdinya ke tempat mereka dalam kebijakannya. Petrus mendatangi halaman-halaman dok untuk mempelajari pembangunan kapal, karena ia menyaksikan bahwa Rusia membutuhkan AL jika negara tersebut mengerahkan dirinya ke Baltik. Untuk alasan yang sama, ia mendirikan ibukota barunya dekat dengan laut (tahun 1703). Namun, ia memiliki gagasan yang lebih besar dan proyek yang lebih luas ketimbang pertahanan atau serangan AL. Moskwa dikubur dalam jantung Rusia. Sebelum masa jalur kereta api, metropolis tersebut sangat bersentuhan dengan negara-negara asing. Kini, tempatt ersebut menjadi rancangan Petrus Agung untuk mengirim negaranya ke kontak vital dengan bagian Eropa lainnya. Pendirian St. Petersburg menjadi satu langkah penting dalam pengarahan tersebut. Dengan tenaga besar, ia melakukan semuanya selaku satu ssook yang dapat melakukannya dengan tindakannya sendiri untuk mengenalkan gagasan dan seni rupa bangsa-bangsa maju pada masyarakatnya yang kemalaman. Kebanyakan pengaruh dari Barat mengalir ke Rusia kala Petrus membukakan pintu. Inggris dan Jerman secara khusus datang dalam jumlah besar, menyebarkan perdagangan dan pendidikan ilmiah di kalangan masyarakat kota.
Pengerahan tersebut bukannya tak mendapatkan pertentangan. Kala Petrus melakukan perjalanannya, ia mendengar pemberontakan berbahaya Streltsi, pasukan kekaisaran terpilih, "penjaga prætoria" Rusia. Tsar berputar balik, meredam pemberontakan tersebut, dan menghukum para pemberontakan dengan sangat kejam. Pihak Nasionalis lama menyebut Petrus dengan sebutan "tsar asing," dan para pengikutnya dengan sebutan "orang-orang Jerman." Sehingga, ia tak terlepas dari keperluannya. Ia menyadari bahwa ini baik untuk bangsanya. Pemerintahan paternal menjadi esensi ketsaran, dan semenjak Petrus sejauh ini menjadi sosok paling handal di negaranya, kepala dan pundak di atas rakyatnya, ia merasa dibenarkan dengan memperlakukan mereka selaku anak-anak. Sehingga, kami memiliki paradoks dari sosok tak terdidik yang menyebarkan gagasan-gagasan baru dan menghimpun fondasi-fondasi peradaban dan budaya terhadap suatu bangsa besar. Secara keseluruhan, Petrus dianggap patriotik. ini bukannya berdasarkan pada dugaan apapaun seperti yang timbul di Inggris kala Ratu Mary berhadap untuk menempatkan rombongan Spanyol pimpinan Philip pada jabatan-jabatan tinggi di Gereja. Inggris, Jerman, Belanda datang selaku guru dan pedagang untuk memberikan pengetahuan dan kekayaan ke Rusia; namun tak ada dari mereka yang diangkat pada jabatan kehormatan. Para menteri dan pejabat Petrus pada jabatan-jabatan tinggi semuanya merupakan kelahiran Rusia.
Tsar besar tersebut sepenuhnya merombak kekaisarannya dalam urusan militer, sosial dan agama. Ia meniadakan Streltsi yang memberontak, dan menghimpun pasukan reguler yang terdiri dari lebih dari 200.000 pasukan. Kemudian, ia memperkuat otokrasi dengan meningkatkan kekuatan militernya. Ini memiliki dampak pada seluruh departiiioiit Negara. Gagasan Petrus menjadi pendirian organisasi persatuan bersama. Setiap orang yang mengabdi pada Negara—beberapa dalam ketentaraan, lainnya dalam Gereja, sisanya lewat pembayaran pajak. Ia memperkenalkan perubahan penting dalam tatanan politik. Tak ada keraguan bahwa semuanya tak tertunjang. Di tempat dengan kebiasaan lama dengan warisan setara, Petrus menginisiasikan hukum primogenitur Jerman; dan para petani kehilangan kekuasaan dan hak dengan menjadi bagian dari sistem teritorial besar. Namun dalam persoalan penting, Petrus nyaris membawa reformasi besar. Ini adalah emansipasi wanita. Namun, wanita Rusia terjaga dalam perlakuan dan pengaturan ketimuran, sebagian dari pengaruh Bizantium lama, sebagain juga berdampak dari masa kekuasaan Mongolia yang lama. tsar memandang pendirian wanita yang sangat berbeda di Barat, dan ia berniat memberikan kebebasan serupa dan hak serupa kepada wanita kekaisarannya. Ia memerintahkan agar pertunangan harus dilakukan enam pekan sebelum perkawinan, dengan hak memutus kontak pada masa sementara. Orangtua dan penjaga ditugaskan untuk bersumpah agar mereka tak membuat para kaum muda mereka menikah melawan kehendak mereka, dan para masjikan melakukan hal yang sama dalam perkawinan para budak mereka. Para ibu rumah tangga dilarang untuk dijauhkan dari anak kandung. Kemudian, terjadi reformasi dalam pengarahan lain. Selain itu, praviozli, atau pencambukan terbuka terhadap para debitur dihentikan. Petrus memperkenankan para pegawai rumah tangga untuk masuk tentara tanpa ijin majikan mereka, dan ia mengijinkan orang-orang yang mengumpulkan uang lewat perdagangan untuk menjadikan diri mereka sendiri selaku warga kota yang dihuni oleh mereka — juga tanpa ijin majikan mereka. Ia memerintahkan Senat untuk melarang para petani untuk menjual lahan.
Salah satu perubahan Petrus terhadap Rusia sejalan dengan belahan Eropa lainnya dalam cara yang sangat signifikan. Kalender Rusia lama tertanggal dari "penciptaan dunia", dan tahun Rusia lama dimulai pada September. Petrus diperhitungkan oleh era Kristen; tahun yang dimulai pada Januari, seperti halnya kami.
Namun, beberapa peniruan Petrus terhadap barat berada di luar perilaku rakyatnya. Ia memperkenalkan "majelis," yang mengenakan busana Eropa; namun ini "hanyalah plesetan Versailles." Para pengunjung dari Barat mengamati bahwa pria didampingi oleh keberadaan wanita, dan kemudian para kavaleri bangsawan dikeluarkan dalam keadaan mabuk.
Petrus juga memperkenalkan reformasi dalam pemerintahan Gereja. Inovasi paling berpengaruhnya adalah pengadaan Sinode Kudus untuk patriarkat. Patriark Adrien, yang menunjukkan sedikit simpati terhadap gagasan baru yang dibawa dari Barat, wafat pada tahun 1700. Petrus tak mengangkat penerusnya. Ia memberikan Stephen Javorski dengan gelar "penjaga takhta patriarkal," sesambil ia menghimpun bentuk pemerintahan gerejawi yang baru.
Kemudian, ia mengadakan Sinode Kudus untuk pemerintahan tertinggi Gereja Rusia. Sinode tersebut mengambiol tempat patriark. Ini terdiri dari para uskup dan imam yang dicalonkan oleh tsar dan dipimpin oleh pejabat negara, yang disebut "Prokurator Tinggi," seorang awam, yang diambil oleh Petrus dari perwira militer, yang mewakili tsar. Prokurator tersebut lebih dikenal sebagai "mata tsar." Dulunya, rohaniwan tingkat rendah berjumlah mayoritas; namun kini mereka kalah jumlah dengan uskup. Sinode tersebut dihimpun di St. Petersburg dan memiliki delegasi di Moskwa dan tempat lainnya. Tsar terkadang dikatakan merupakan kepala Gereja Rusia. Ini pada kenyataannya adalah benar, karena otokrasi mengaitkan Gereja serta Negara. Namun, ini tak diperkenankan dalam teori, maupun diakui dalam bentuk-bentuk tatanan gerejawi. Gereja Timur protes melawan kepausan Roma. Mereka tak dapat membentuk kepausannya sendiri, yang menghormati satu sosok akan sangat menimbulkan skandal, karena paus adalah uskup, namun tsar adalah orang awam. Gereja Rusia tak dibangun atas teori yang diciptakan oleh Henry viii., dan dihidupkan oleh Elizabeth—bahwa raja adalah kepala Gereja sebenarnya dan semacam majikan para uskup. Kesepakatan dalam Protestanisme terhadap pengutamaan bahwa hanya Kristus yang menjadi Kepala Gereja, dan tak diperkenankan menyertakan-Nya dengan vikar duniawi. Di bawah Kristus, sinode tersebut diperintah secara independen. Ini bersifat fiksi.
Pendirian Sinode Kudus dibekarna oleh Petrus atas dasar konsili-konsili gereja kuno. Ia menyatakan bahwa ia mengembalikan landasan atas Gereja-nya yang diatur oleh konsili. Namun sebetulnya, kebangkitan arkeologi yang sebenarnya merupakan hal terakhir yang sangat menginovasi tsar agar layak untuk dipromosikan. Petrus mengeluarkan kitab gerejawi yang sebenuhnya disesuaikan dengan sifat tersebut. Ia menyingkirkan kebiasaan dan landasan yang tak sesuai denagn tujuannya. Dengan teori-teori tsar tak terhitung apapun. Penerapan praktikal semuanya melaluinya. Ia berpendapat bahwa pemerintahan oleh konsili lebih baik ketimbang otoritas otokrat, karena ini menimbulkan marabahaya tirani—menutup mata terhadap penerapan prinsip yang sama dengan pendiriannya sendiri selaku otokrat. Namun, ia tak mendorong persaingan terhadap patriark. Ia memiliki contoh peringatan terhadap Nicon di hadapan matanya. Petrus tak akan memberikan kesempatan kedua kepada Nicon. Sehingga, kala peniadaan patriark menjadi tindakan yang menyesuaikan kebebasan, hal ini benar-benar menjadi sesuatu yang menekan kemerdekaan Gereja dan membuatnya tunduk pada Negara. Tsar yang handal tersebut tak akan memperkenankan Gereja menjadi negara kedua dalam Negara. Sehingga, ia membuat Gereja menjadi lembaga negaranya. Kesepakatan tingkat tinggi Petrus dengan Gereja hanya diajukan oleh para uskup dengan rasa pahit. Di sisi lain, sistem baru tersebut didukung oleh para patriark gereja ortodoks. Namun, mereka tak harus melupakan bahwa para tetamu berada dalam kondisi mengenaskan dalam keadaan tunduk pada Kekaisaran Turki di kalangan masyarakat yang tertimpa kemiskinan, yang kebanyakan bergantung pada ikatan tsar untuk suplai kebutuhan mereka.
Petrus menuduh para uskup terlalu bangga, dan menganggap mereka menjadikan diri mereka sendiri menjadi berpenghidupan sangat rendah. Ia memerintahkan mereka untuk mendirikan sekolah-sekolah untuk mendidik anak-anak. Siapapun yang tak mendidik diwajibkan masuk tentara. Ini merupakan pendidikan dasar di bawah ancaman hukuman wajib militer. Para putra bangsawan juga masuk sekolah para uskup. Tsar berkenan untuk menyebarkan pendidikan umum. Ia mendirikan sekolah untuk tujuan tersebut di setiap provinsi kekaisarannya, para pengajar didatangkan dari sekolah matematikanya ke St. Petersburg. Ia juga mendirikan perguruan-perguruan tinggi teknik dan angkatan laut khusus. Namun, masyarakat tak diwajibkan untuk mengikutinya, dan bahkan usaha Petrus meninggalkan Rusia secara keseluruhan masih jauh dibanding belahan Eropa lainnya.
Keseluruhan inovasi semacam itu memaksa golongan konservatif oleh otoritas agar tak lagi menentang, yang akan menunjukkan kesempatan untuk mengekspresikan dirinya sendiri. Para imam menjadi penentang kuat terhadap keseluruhan gerakan tersebut. Tanpa ragu, pengetahuan Petrus bahwa mereka harus mengambil sikap tersebut menjadi salah satu motif yang mendorongnya menekan patriarkat dan memasukkan gereja secara lebih efektif berada di bawah kekuasaannya sendiri. Namun, peristiwa tersebut menimbulkan penarikan dan berujung para rencana balasan. Dalam sorotan keadaan perkara tersebut, kami harus menengok peristiwa paling menyedihkan dalam kehidupan tsar tersebut, penghukuman mati putranya Alexis. Pangeran malang tersebut menyatakan ketidaksenangannya terhadap ayahnya dengan menunjukkan perilaku tak menyenangkan. Kemudian, ia tak lagi menjadi contoh tak umum dari pewaris takhta, dan berpihak dengan lawan. Ia melakukannya dengan sangat buruk. Ia berintrik dengan Swedia bertentangan dengan pemerintahan ayahnya, melalui keyakinannya soal kepentingan sebenarnya dari negaranya. Dalam perlawanannya terhadap metode pemerintahan baru, ia dibantu oleh ibunya Eudoxia, istri pertama Petrus, yang diperlakukan tsar dengan kebrutalan tak berhati dan dikirim ke konven. Ia mengubah konven tersebut menjadi istana. Disana, ia menyambut orang-orang malang. Bagi mereka, Eudoxia menjadi pelindung kelompok imam. Alexis dilaporkan berujar, "Aku akan menyerahkan firman kepada para uskup. Mereka akan meneruskannya ke para imam; yang akan mengulangnya kepada rakyat, dan setiap hal akan seperti sediakala."
Pengkhianatan tersebut tak ditoleransi dan tak dibiarkan. Eudoxia dikirim ke konven lain. Disana, ia dijaga dalam pengawasan ketat, dan tsarevitch diadili, dikecam, dicambuk dan dihukum mati—mungkin dengan cara penggantungan. Petrus tentunya bertanggung jawab atas penyiksaan dan kematian putranya Alexis. Tindakan tersebut menjadi tindakan yang sangat disayangkan. Sehingga, tindakan tersebut tak sebanding dengan perbuatan mematikan Ivan yang Mengerikan kala ia menghantam jasad putranya dengan tangannya sendiri dengan perasaan marah. Namun, keseluruhan cerita tersebut merupakan tragedi renungan. Menjadikannya lemah dan rapuh, Alexis menjadi berkeyakinan bahwa kebijakan ayahnya meruntuhkan negara dan bergesekan dengan Gereja. Di sisi lain, Petrus memandang putranya, pewaris takhtanya, selaku lawan reformasi yang memberikannya tenaga yang besar. Tsar agung meyakini dalam reformasi dengan seluruh hatinya diperlukan untuk hal baik negaranya. Kemudian, bagaimana dapat ia mengijinkan mereka untuk diperiksa dan memastikan mereka bukan pengkhianat, tentunya kala ia wafat, apakah mereka semua akan disingkirkan? Kami dapat mempermalukan Petrus melebihi kami mempermalukan Alexia yang malang.
Petrus merasa bahwa para biarawan menjadi musuh reformasi terburuknya, dan kami memandang lembaga monastisisme menimbulkan keburukan secara sosial dalam dua cara: biara-biara memegang sebagian besar wilayah Rusia, dan para biarawan diperkaya di tengah-tengah kemiskinan para petani. Rusia menderita, bak Kekaisaran Romawi menderita pada masa akhirnya, dengan penarikan banyak pasukan bertubuh bugar dari penugasan negara mereka. tsar tak berniat untuk bersinggungan secara langsung dengan kejahatan pertama tersebut. Ia tak berniat untuk merampas lahan Gereja. Namun, ia membuat sejumlah upaya untuk menekannya dengan tak mengijinkan siapapun menjadi biarawan di bawah usia tiga puluh tahun. Kemudian, ia menekan kekuatan biara-biara dengan membatasi pengaruh melek huruf mereka. Ia melarang para biarawan untuk memiliki tinta atau pena di sel-sel mereka. Orang-orang tak menutup diri mereka sendiri untuk menulis; mereka bekerja di perdagangan. Di sisi lain, Petrus mendorong kegiatan sastra para uskup. Pada masa kekuasaannya, Dmitri Touptalo, metropolitan Rostoff, menyunting ulang Menologium (Kehidupan Orang Kudus) dan menulis karya-karya teologi karyanya sendiri. Para penulis lainnya yang kurang tercatat juga berkembang dalam lingkup panas dari budaya eksotis yang diperkenalkan oleh Petrus ke Rusia.
Kehandalan Petrus tak selamanya membuatnya berpikiran sempit. Kebijakannya bersifat liberalisme rasionalistik. Ia sangat mementang konservatisme kehidupan dan agama Rusia. Sehingga, kami bersiap untuk menyorotinya pada sejumlah perbedaan tertentu terhadap beragam kepercayaan agama, dan ini menjadi persoalannya. Ia tak campur tangan dengan bagian yang lebih besar dari sekte Raskolnik, yang tinggal di hutan-hutan terpencil. Ia melindungi skismatik damai dari penindasan besar. "Allah memberikan kekuatan kepada para tsar atas bangsa-bangsa," ujarnya, "namun Kristus sendiri memiliki kekuatan atas hati nurani orang-orang." Namun, ia memberlakukan para anggota sekte tersebut yang hidup di Moskwa dengan pajak berganda, dan mewajibkan mereka untuk mengenakan busana khas. Mereka harus membayar kebebasan yang tak nyaman. Mereka harus hidup selaku sosok menonjol. Petrus tak menutup opininya bahwa pendirian mereka adalah kekeliruan, dan ia memperlakukannya demikian. Ia melarang mereka menyatakan pandangan mereka dengan ancaman hukuman mati. Hadir ke gereja setiap minggu dan perjamuan kudus Paskah menjadi kewajiban.
Tsar melindungi Capuchin di Astrakan, karena, seperti yang dikatakan oleh Voltaire, para biarawan tersebut tak berdampak. Namun pada tahun 1718, ia mengusir Yesuit dari Rusia selaku politisi berbahaya. Meskipun ia sangat bersahabat dengan Belanda dan Inggris, ia menindas warganya sendiri yang menganut Protestan. Contohnya, seorang wanita Protestan Rusia, Natasia Zima, diperlakukan bersama suaminya dan enam penganut lainnya dengan "tindakan mengerikan" dan disiksa secara kejam.
Petrus Agung wafat pada tahun 1725 dalam usia lima puluh tiga tahun. Ia terkesima atas sejumlah karya dalam masa hidupnya yang pendek. Ia mendapati Rusia terpencil dari pergerakan dunia, tenggelam dalam barbarisme abad pertengahan, lebih Timur ketimbang Barat dalam kehidupan dan perilaku. Memiliki kekuatannya sendiri melawan kehendak dan perasaan sebagian besar masyarakatnya, sebelum kematiannya, ia memperlihatkan negaranya dalam hubungan vital dengan belaahn Eropa lainnya dan jalan menuju pergerakan. Sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi, perpustakaan-perpustakaan dan museum-museum, galeri-galeri lukisan dan pahatan, hanya tersentuh sedikit orang; bendungan-bendungannya dan kapal-kapalnya membawa kehidupan segar dan tenaga baru pada sejumlah besar warganya. Petrus tak peduli dengan kemegahan dan negara, tak memiliki martabat pribadi, tak memiliki perilaku. Ia bersifat tirani, kejam, kasar, rakus. Lelucon terapannya menjadi lelucon kanak-kanak. Di sisi lain, comoohannya terhadap pemahaman gaya lama memiliki dampak baik. Sangat berbeda dari opini ortodoks, ia akan bebas mengunjungi para bida'ah dan memajukan wali baptis pada anak mereka. Mungkin, klaim utamanya untuk menghormati, selain membukakan negaranya ke Eropa, menjadi niatnya untuk pendidikan. Ini nampak secara khusus dalam persoalan gerejawi. Petrus berniat memberikan beberapa budaya pada rohaniwan paroki. Namun kesepakatan otokratiknya dengan Gereja melumpuhkan tenaganya. Dari masa itu, hanya sedikit hal yang dikisahkan dalam perkara gerejawi Rusia. Sekte-sekte akan menjadi aktif dan memahami, namun gereja ortodoks bahkan lebih dan lebih penat. "Gereja," tutur M. Leroy Beaulieu, "telah datang untuk dianggap selaku sejenis polisi, dan praktek-praktek keagamaan selaku aturan-aturan polisi." Sehingga dalam pemikiran Gereja di Rusia kala hal tersebut kemudian diterapkan pada pendirian Sinode Kudus oleh Petrus Agung, dengan penyampaian kehidupan resminya ke dalam birokrasi, kami sepenuhnya harus mengingkirkan pemikiran gagasan hubungan pastor dan rakyat yang nampak di Inggris dan Amerika, atau imam Irlandia dan Prancis beserta umatnya. Pemimpin desa bernasib malang, dan ia menjalani kehidupan sederhana dengan memegang tugas-tugas dari para petani, dan menerima kunjungan kala pemanggilan pemungut cukai. Kami tak melihatnya selaku pemimpin agama. Ia merupakan fungsioner yang mengadakan upacara-upacara tertentu. Ia jarang berkotbah, dan ia tak harus melakukannya sampai ia mengaujukan kotbahnya kepada keputusan petinggi gerejawi. Tak ada orang yang memikatnya untuk menjadi model kehidupan yang lebih tinggi ketimbang para tetangga pada umumnya. kami melihat bahwa meskipun para uskup tak menikah dan menghuni biara-biara, para imam atau penghuni paroki haruslah orang yang menikah. Imam harus menikah sebelum ia dapat ditahbiskan. Jika istrinya wafat, ia tak dapat menikah lagi. Namun, entah apa yang harus ia lanjutkan dalam penugasan selaku duda. Ia harus mundur sesekali, dan pensiun ke sebuah biara. Namun kini, kewajiban tersebut diperringan, dan kini ada beberapa imam duda di Rusia. Sesuai aturan yang muncul, uskupnya mencari istri untuk postulan imamat muda. Kebiasaan khas tersebut membuat uskup tersebut bertanggung jawab atas para imamnya beserta keluarga mereka. Gaji pemimpin desa memperkenankannya tak bertindak untuk mengamankannya. Namun kala ia wafat, istri beserta keluarganya tak dibiarkan begitu saja, dan uskup memegang mereka di tangannya. Cara termudah yang diberikan pada mereka adalah untuk mengesahkan mereka pada penerus almarhum dengan memberikannya salah satu putri untuk dijadikan istrinya. Hasilnya adalah para imam menjadi sebuah kasta. Jabatan tersebut bersifat herediter seperti halnya di kalangan suku Lewi. Pendirian pemimpin desa bersifat sangat anomali dan sangat tak renggang. Ia merasakan dirinya di atas para petani, dan istrinya berbusana Eropa Barat. Namun, ia tak diterima dalam masyarakat. Dalam persoalan ini, ia sangat berbeda dengan nasib rohaniwan Inggris. "Aku tau bahwa meskipun ia mabuk sesekali," ujar petani dari pemimpin desanya, "namun ia adalah Kristen yang baik, dan ia tak pernah mabuk pada Sabtu malam atau Minggu pagi."
Perlu dikatakan bahwa tak hanya gereja ortodoks di Rusia yang mengalaminya. Ini melebihi pertolongan terhadap perkembangan nasional. Fungsinya bersifat seremonial, bukan spiritual. Masyarakat menghadiri liturgi seperti yang diwajibkan hukum. Namun, mereka tak memahami dialek Sclavoniclama dari kitab-kitab madah bakti. Tak ada gagasan dalam gereja Rusia yang berkaitan dengan Gereja Roma kala para imam berujar dalam misa tanpa memandang hadirin kaum awam. Liturgi bersifat kongregasional. Kaum awam harus hadir. Sehingga, orang-orang yang berdiri sepanjang berjam-jam dalam upacara yang lama tak mengetahui arti firman yang dilantunkan kala didengarkan. Ini adalah akibat dari sifat angkuh yang mengkekal di Gereja, karena liturgi Yunani St. Basil dan St. Krisostomus awalnya diterjemahkan ke Sclavonic untuk tujuan dipakami oleh kongregasi yang ikut serta di dalam mereka. Dengan petani, pembawaan ikon-ikon menjadi bagian keagamaan utama. Ikon-ikon ada di setiap rumah, di setiap ruangan dari setiap rumah. Kala memasuki ruangan, orang Rusia menghadap ikon yang tergantung di sudut yang menghadapnya, dan bersujud kepadanya. Ini adalah tugas keagamaan utamanya.
Seperti di Irlandia, kegiatan perdagangan dan pendidikan dihentikan di Rusia pada berbagai hari orang kudus. Dies nefas, kala kerja dianggap tabu, menjadi penanganan serius dalam sejarah kehidupan modern. Hari-hari orang kdusu beserta dengan hari Minggu melingkupi nyaris sepertiga waktu orang Rusia, karena mereka hanya meninggalkannya sekitar 250 hari untuk kerja. Ia kemudian akan bekerja pada hari minggu ketimbang pada hari orang kudus.
Peziarahan dilakukan dalam kehidupan gereja Rusia. Kiev kini menjadi pusat ziarah utama di dunia. Terhitung pada tahun 1886, setidaknya sejuta peziarah, masing-masing menyumbangkan lilin dan koin, mengunjungi kota tersebut, biara Kristen Rusia primitif. Terkadang, nuansa dalam gereja menjadi positif, dan orang-orang nyaris terpaku oleh sejumlah lilin peziarah yang tak terhitung. Relik-relik dan ikon-ikon karya mukjizat menjadi barang khusus yang dikunjungi dalam peziarahan besar tersebut. Dalam banyak konven, pekerjaan parabiarawan nampaknya meliputi menyimpan relik-relik dan ikon-ikon serta mengumpulkan amal.