Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 2/Divisi 4/Bab 4
NESTORIAN DARI TIMUR JAUH
Usaha menonjol pewartaan Siria yang didorong oleh dorongan pergerakan Nestorian terdaftar dalam persebaran takhta metropolitan atas sebagian besar Asia Tengah dan Timur. Digerakkan oleh dua unsur, penindasan gereja ortodoks berpadu dengan Kekaisaran Bizantium mengirim mereka ke pengasingan, dan semangat perkabaran injil yang mengubah pencekalan mereka menjadi penaatan, Nestorian datang lebih jauh ketimbang yang sebenarnya dibutuhkan untuk mengamankan kekebalan dari penjamahan; dan kala mereka menanam standar salib. Sehingga, kami mendapati keuskupan-keuskupan metropolitan di Siria, Armenia, dan Arabia; di Elam, Nisibis, Bethgerma, dan Carach di Persia; di Halavan atau Halach di Media; di Mara di Korassan; di Hara di Camboya; di Raja dan Tarbistan di Kaspia; di Dailen, Samarcand, dan Mavaralnabar; di Tauket atau Taugut—sebuah wilayah Tartary raya; di Casgar, di Turkistan, di India, di Tiongkok. Dari sebagian besar pusat tersebut, semuanya bermula dari gereja perdana yang telah lama hilang, tersingkir dalam invasi Mongolia, ditekan oleh tirani Muslim, atau, jika lekang oleh waktu, umumnya hanya meninggalkan penghirauan dan pengikisan spiritual. Namun di beberapa tempat, kelompok tersebut masih memiliki sejumlah pengikut.
Gereja Siria lama paling penting pada masa kami sendiri adalah komunitas Kristen kuno yang terdiri dari 400.000 orang yang menghuni pinggir gunung dan lembah dan pantai Malabar, kelompok yang paling mencolok menghuni Travancore. Tradisi lokal mengaitkan cikal bakal Gereja India dengan Rasul Tomas, yang dikatakan "berlabuh ke Malankara, sebuah pulau di laguna dekat Crangamore, berkotbah pada penduduk asli dan membaptis banyak orang." Menurut legenda di wilayah tersebut, ia membangun tujuh gereja dan menahbiskan dua imam di wilayah tersebut, memindahkan agama raja dan seluruh rakyat Mailapore, datang ke Tiongkok dan meraih keberhasilan serupa, dan kembali ke Mailapore. Disana, ia membuat kaum Brahmin menjadi iri hati, yang menghasur rakyat untuk merajamnya, setelah itu salah satu dari mereka menusuknya dengan tombak. Kala sisa-sisanya didatangkan ke Eropa oleh para petualang Portugis pada tahun 1517, sejumlah reruntuhan dan relik yang disimpan di sebuah kapel terlihat, para penjelajah tersebut menggalinya dan mendapati sejumlah tulang, yang diidentifikasi oleh mereka tanpa ragu sebagai relik sang rasul pada catatan putih menonjol mereka.
Menurut legenda lokal, cikal bakal tersebut tak dapat ditelusuri sampai zaman kuno, dan ini dapat dicatat selain dari tradisi, seperti kami harus menengok pengolahan cerita, kala kami mendapati catatan harfiah. Disana, kami mendapati catatan terawal dari pewartaan St. Tomas ke India dalam Kisah Yudas Tomas, yang sebelumnya dirujuk, yang berasal dari abad ketiga, atau bahkan abad keempat, yang ditulis oleh seorang pria bernama Leucius, penuli sejumlah "Kisah Rasul" yang apokrif. Karya tersebut menuturkan pada kami bahwa dalam pembagian wilayah di kalangan para rasul, India masuk ke wilayah Tomas. Ia tak ingin pergi jauh karena misinya dianggap berbahaya. Kemudian, Kristus muncul kepadanya dalam sebuah penglihatan, membujuknya dengan janji menyertainya. Tomas masih ragu dan bahkan makin murka, Kristus menjualnya ke pedagang India sebagai pekerja tukang kayu. Datang ke India usai peristiwa menakjubkan tersebut, Tomas berkenalan dengan Raja Gundaphorus. Kala raja tersebut mengetahui apa yang didagangkan olehnya, ia memberikannya uang untuk membangun istana. Beberapa kali, rasul tersebut dikirimi uang lagi, menyebut raja mendorong upayanya dari tembok sampai atap; namun ia memakai seluruh uang tersebut untuk diberikan pada para janda, yatim piatu dan orang-orang membutuhkan lainnya. Sehingga kala Gundaphorus datang untuk melihat istananya, tak ada istana yang nampak. Para teman Tomas bertutur kepadanya bahwa Rasul tersebut beramal dan menjalani kehidupan asketis selaku orang kudus. "Raja mendengarnya, menepuk wajahnya dengan tangannya, menggelengkan kepalanya pada waktu yang lama." Ia memutuskan untuk membunuh Tomas dan peniaganya, membaringkannya dan membakarnya, kala saudaranya wafat dan masuk surga, di tempat ia melihat istana, yang dikatakan oleh para malaikat yang dibangun oleh Tomas untuk sang raja. Kembali hidup kala jasadnya ditempatkan dalam jubah penguburan, pangeran memberitahukan penguasa soal apa yang dipahami akan dunia atas. Akibatnya, raja dan rakyatnya berpindah agama. Setelah abad keempat, hubungan Tomas dengan India banyak diterima di Gereja Timur dan Barat.
Kami memiliki dua kebingungan, pertama pada sosok misionaris dan kemudian pada wilayah tersebut. Terdapat dua Tomas dan beberapa India. Berabad-abad kemudian, seorang misionaris Nestorian bernama Tomas datang ke India, dan pewartaannya dikaitkan dengan peran sang rasul; kemudian kata "India" dipakai pada masa awal lebih kepada wilayah di sekitaran setelah Laut Merah dan Teluk Persia—Abisinia, Arab Selatan, mungkin juga Persia Selatan. Tradisi ortodoks soal kehidupan Tomas menyebut Parthia sebagai wilayahnya. Menurut Eusebius, rasul lain, Bartolomeus berkotbah kepada orang-orang India. Namun ini nampak tak mungkin sejarawan keliru dengan nama Sindia di wilayah Bosphorus. Disana, para raja dari wangsa Ptolemaos berkuasa, karena ladang pewartaan tradisional Bartolomeus merupakan wilayah Bosphorus.
Kami memiliki informasi lebih pasti tentang Pantænus, kepala sekolah teologi di Aleksandria, yang memberikan karyanya di pusat budaya dan kemewahan tersebut untuk dibawa misionaris ke "India." Eusebius mengidentifikasikan "India" ini dengan tempat pewartaan Bartolomeus. Namun, ini sangat tak mungkin, jika wilayah yang dikaitkan dengan rasul tersebut benar. Sejak tak ada keraguan bahwa namanya adalah "India" dalam kasus ini, tak ada kemungkinan penyamaan dengan Sindia. Namun pertanyaannya adalah apa itu "India"? Eusebius berujar pada kami bahwa Pantænus mendapati salinan Injil menurut jemaat Ibrani, yang ia sebut "Injil menurut Matius," yang ditulis "dalam bahasa Ibrani." Sehingga, seharusnya ada Kristen di tempat itu pada masa sebelumnya, dan dalam segala kemungkinan, terdapat Kristen Yahudi. Yahudi berjelajah jauh dalam perjalanan dagang mereka, dan sangat memungkinkan bahwa gerakan Kristen jauh tersebut berada di wilayah yang kini kami kenal sebagai India. Di sisi lain, kami tak mendapati jejak pasti Kristen disana sebelum kedatangan Nestorian. Sehingga, "India" menurut Pantænus paling memungkinkan adalah salah satu wilayah yang dekat dengan Mesir yang terkadang disebut dengan nama tersebut.
Penduduk India juga diyakini memahami soal Kristen melalui kunjungan mereka sendiri ke Aleksandria, dan membawa injil kembali ke negara mereka pada perjalanan pulang mereka. Sejumlah kebangsaan terwakili dalam pusat perdagangan kosmopolitan yang lebih awal ketimbang orang-orang yang menyematkan nama "India." Dion Cassius, yang berasal dari sekitar tahun 100, menulis soal rombongan Etiopia, Arabia, Baktria, Skitia, Persia dan India yang datang ke Aleksandria. Urutan nama tersebut menyiratkan bahwa India yang datang terakhir dari kebanyakan wilayah timur terpencil dari seluruh kebangsaan yang disebutkan, dan sehingga mereka menyusul Persia yang kami harus menyatakan bahwa negara mereka lebih jauh ketimbang Persia. Jika kami dapat meyakinkan informasi dan akurasi Hieronimus, kami harus memiliki landasan yang jelas bahwa India sebenarnya adalah negara yang didatangi Pantænus, karena ia berujar dalam suratnya kepada Magnus, seorang orator di Roma, "Pantænus, seorang filsuf aliran Stoik,"—ia telah menjadi Stoik sebelum masuk Kristen,—"pada catatan reputasi besarnya untuk pemahaman yang dikirim oleh Demetrius, uskup Aleksandria, ke India untuk mewartakan Kristus di kalangan Brahmin dan filsuf disana." Sosok tersebut sangat memikat untuk dipikirkan selaku orang yang beralih dari filsafat Yunani ke Kristen dipilih menjadi misionaris untuk Brahmin India dan sebenarnya berniat memindahkan agama kasta tersebut yang didapati misionaris kami nyaris tak memungkin, meskipun nampak tanpa hasil yang sesuai, atau ia sulit meninggalkan karya untuk meneruskan jabatannya di sekolah teologi Aleksandria. Namun malangnya, Hieronimus menyatakannya tak akurat, seringkali menyatakan kesalahan terhadap kesimpulan pada bukti tak layak, dan mengisi rincian informasi dengan membuat khayalan, meskipun tanpa ragu dibentuk dalam kaitannya dengan tingkat pembenaran tertentu. Kami tak harus memberikan banyak bobot pada anggapannya kala mereka pergi ke luar Eusebius dan penulis lainnya pada masa sebelumnya. Hieronimus seharusnya memahami bahwa Pantænus dikirim ke beberapa tempat yang disebut "India," karena ia menyatakan sebagai bahan persoalan soal Stoik yang pergi untuk menginjili Brahmin. Namun, anggapannya diambil seberharga hal tertentu. Ini menunjukkan bahwa pada awal abad kelima, seorang sosok terpelajar diyakini memiliki pengetahuan dunia yang luas, bahwa India sendiri dikunjungi oleh misionaris Kristen sebelum akhir abad kedua. Sehingga pada masa Hieronimus, setidaknya India kami diketahui dan dapat diakses. Namun, ini mungkin atas dasar lainnya. Selain itu, pengaruh India dapat ditelusuri pada filsafat Aleksandria dan Gnostisisme Kristen. Tak ada kesulitan berarti dalam meyakini bahwa injil diwartakan ke negara tersebut sebelum akhir abad kedua. Selain itu, bahkan jika kami dapat menyimpulkan pertanyaan tersebut dalam penjelasan tersebut,jawaban tersebut takkan bernilai banyak. Kami tak dapat melihat tanda-tanda hasil apapun dari misi awal. Bahkan, jika ini terjadi, hal tersebut akan nampak sia-sia. Kepulangan Pantænus dan kelanjutan karya lamanya, seperti yang telah disebutkan, menekankan akhir tak sia-sia terhadap proyek ambisius tersebut. Sebuah misi direncanakan dalam cara mendadak tersebut tak nampak berhasil. Ini menonjolkan serangan benteng yang sangat tebal jika upayanya adalah untuk mewujudkan tujuan tersebut; yang lainnya adalah Quixotik.
Karena melawan otoritas Hieronimus berkaitan dengan India sejati—sehingga tak selaras dengan sendirinya—kami tak hanya menghimpun cara soal nama yang umum dipakai, namun juga ketiadaan seluruh bukti nyata di wilayah itu sendiri sebelum zaman Nestorian. Tradisi lokal bermula dari St. Thomas, melewati Pantænus dalam kebungkaman. Itu mungkin dijelaskan atas dasar semangat fondasi apostolik yang umum di gereja-gereja, sementara kunjungan misionaris yang gagal dapat terlupakan. Selain itu, kami tak memiliki bukti untuk menekankan keberadaan Gereja Kristen apapun di India pada masa awalnya, dan itu merupakan pertanyaan nyata yang diajukan oleh kami, soal tujuan penjelajahan cendekiawan Aleksandria. Bahkan umat India dari Dion Krisostom merupakan orang-orang yang tepat berada di timur Persia, di wilayah yang sejak itu dikenal sebagai Beluchistan—sangat jauh dari Kristen India yang ditemukan pada masa berikutnya, yang letaknya berada di selatan; jika Pantænus pergi ke wilayah tersebut, utara Laut Arab, ia takkan menemukan apapun untuk melakukannya dengan mendirikan Gereja di Travancore.
Salah satu penandatangan di Konsili Nikea memiliki nama "Yohanes dari Persia di seluruh Persia dan India raya." Sebagian besar wilayah yang ditugaskan pada Yohanes menunjukkan bahwa ia tak dapat menaungi kepemimpin terhadapnya, dan kami harus mengambil istilah yang cocok untuk mengartikan bahwa pada para penganut Kristen ada yang berada di belahan Timur yang bernaung di bawah otoritasnya. Ini tak membawa anggapan bahwa terdapat Kristen pada masa itu di India, setidaknya bahwa itu adalah India kami, meskipun istilah "raya," yang tak nampak memilikii arti geografis mutlak kala diterapkan ke India, menunjukkan wilayah yang luas.
Menjelang akhir abad keempat, kami mendapati kisah terkenal Frumentius yang dicatat oleh Rufinus, yang mengaitkannya dengan "India"; namun tak ada keraguan bahwa ia merujuk pada Abyssinia. Sehingga, kami harus berpaling, karena ini tak memiliki kaitan dengan Kristen India.
Pada sekitaran masa itu, kami mendapati "Teofilus orang India." Menurut Filostorgius, ia adalah orang Arian yang datang ke India untuk menyebarkan ajaran kelompoknya disana. Namun, sejarawan Arian menambahkan keterangan "itu India yang kini disebut Homeritæ, alih-alih nama lama mereka Sabæa, yang didapatkan oleh kami dari kota Saba, kota utama seluruh wilayah tersebut." Sedikit hal yang dituturkan olehnya bahwa "Konstantius mengirim utusan ke orang-orang yang dulunya disebut Sabæa, namun kini dikenal sebagai Homeritæ, sebuah suku yang turun dari Abraham lewat Keturah." Ia menambahkan bahwa wilayah yang dihuni oleh mereka disebut sebagai "Arabia Magna" dan "Arabia Felix" oleh orang-orang Yunani. Ia mengidentifikasi Saba dengan Sheba yang merupakan ratu yang datang untuk menghadap Salomo. Kemudian, kami mendapati bukti paling memungkinkan bahwa nama "India" dipakai untuk Arab Selatan. Namun, walaupun ini menunjukkan bahwa Theofilus tak melakukan hal apapun dengan India kami, kisahnya tak menarik peminatan pada catatannya sendiri.
Kemudian, kala kami menguji berbagai rujukan berturut-turut soal kaitan gereja perdana dengan India, kami sepenuhnya terpaku, atau terpikat dengan beberapa wilayah lainnya ketimbang Kristen St. Thomas saat ini. Kami disini memiliki enam orang yang nampaknya membawa pewartaan Kristen ke India, dan sehingga tak ada dari mereka yang dapat menunjukkan India kami saat ini sebagai tempat pewartaan mereka. Tomas, Bartolomeus, Pantænus, Yohanes dari episkopat besar, Frumentius, Teofilus—semuanya, kala klaim India mereka diuji, nampak berkaitan dengan wilayah lain. Arab Selatan, Abyssinia, Bosphorus, wilayah timur Persia, semua wilayah tersebut disematakan dengan nama tersebut atau secara keliru dianggap sebagai India, dan di antara wilayah tersebut, karya misionaris awal disebarkan. Sebetulnya, ini tak dapat menyangkal bahwa Kristen mencapai India sejati, atau pada seluruh peristiwa, India Selatan dari Gereja berikutnya, pada masa sebelum diketahui oleh kami. Kami tak memiliki bukti untuk menyatakan demikian, dan semua bukti yang tersedia menekankan pengarahan lain. Disini, kami harus meninggalkan pertanyaan tersebut.
Kami mendapati serangkaian legenda yang terang benderang pada zaman Nestorian. Tak diragukan bahwa gelombang besar antusias misionaris yang timbul di sebagian besar Asia Tengah menyebar sampai India Selatan, atau mungkin datang langsung melalui laut ke wilayah Travancore, yang kemudian berlintas menuju Ceylon, dan mencapai Tiongkok. Komunitas Kristen kuno di India dikenal sebagai "Gereja Siria" India. Nama tersebut tak membuat kami terkejut bahwa umatnya terdiri dari para kolonis Siria. Para anggotanya terdiri dari penduduk asli provinsi tersebut. Namun, nama tersebut mengingatkan kami bahwa Kristen mereka timbul dari kegiatan Gereja Siria di wilayah tersebut. Dampak cikal bakalnya nampak dalam banyak kebiasaan, terutama dalam pemakaian liturgi Siria. Teologinya adalh Nestorian, yang mengambil susunan Nestorianisme Siria.
Kekhasan terawal nampak pada keberadaan Kristen Siria di India ditimbulkan oleh pedagang Aleksandria bernama Kosmas, yang bermarga Indicopleustes pada catatan ketenaran perjalanannya ke lautan India pada awal abad keenam. Ia menulis sebuah kitab, yang dipenuhi kisah aneh, berjudul Topografi Kristen Universal. Dalam karya tersebut, Kosmas menuturkan bahwa ia mendapati gereja dengan rohaniwan dan kongregasi di Ceylon, dan juga Kristen "di wilayah yang disebut Malabar, tempat lada tumbuh." Di Caliana—daerah pantai selatan Bombay—ada uskup yang mendapatkan pengesahan dari Persia. Kembali ke Ceylon, Kosmas menuturkan, "Pulau itu juga memiliki gereja Kristen Persia yang menetap disana dari Persia, dan seorang deakon, beserta seluruh rangkaian ibadah umum." Jika ini benar, kami harus menganggap Gereja Malabar berada pada tempat pertama yang terdiri dari para pengungsi dari penindasan di Persia, seperti Huguenot di Inggris dan Pilgrim Fathers di Amerika. Namun, para pengungsi Ceylon tak pernah nampak dikaitkan dengan penduduk asli, dan sehingga Gereja mereka terkikis dan kemudian lenyap. Kosmas sendiri adalah penganut Nestorian dan teman catholicos di Persia. Sehingga, ia akan melirik rekan seagamanya yang mengejutkannya di wilayah terpencil tersebut dengan kepentingan menonjol. Para navigator Persia yang menjalin komunikasi dengan pantai Malabar berjelajah lebih jauh dan mewartakan injil ke pantai Coromandel, dan sehingga mengantarnya untuk menjalin kontak dengan kekaisaran besar Pallavas.
Meskipun bukti dokumenter selaras soal cikal bakal Kristen di wilayah tersebut kurang, ini sebagian besar terdiri dari pernyataan monumen tak terbantahkan. Pada tahun 1547, sebuah salib dengan ukiran dalam bahasa Pahlavi, sebuah bahasa dari Kekaisaran Persia pada masa dinasti Sasaniyah, ditemukan di bukit yang kini disebut sebagai Gunung St. Thomas di Mailapore, kota utama di daerah tersebut. Tanggal yang dikaitkan dengan benda tersebut adalah abad ketujuh atau setidaknya abad kedelapan. Terdapat salib serupa dengan ukiran yang sama di sebuah gereja di Cottayam, Travancore Utara. Terjemahan dari ukiran tersebut adalah sebagai berikut:—
"Dalam penghukuman melalui salib (menjadi) penderitaan Sosok tersebut;
Ia yang merupakan Kristus sejati, dan Allah sendiri, dan Panduan yang murni."
Ukiran tersebut berpengaruh. Pertama, pemakaian bahasa Pahlavi yang dipakai adalah pernyataan tak keliru terhadap kemunculan Kristen di tempat-tempat salib tersebut ditemukan, yang membantu kami memastikan tanggal perkiraan untuk barang-barang tersebut. Kedua, pemakaian kata tunggal dari ukiran tersebut berisi pernyataan yang nampak dari doktrin Nestorian. Baris kedua nampaknya merujuk pada Tritunggal. Urutan Tiga Sosok yang timbul tak terlalu mengejutkan kala kami mendapat bahwa itu merupakan urutan doksologi St. Paulus. Namun, rangkaian yang nampak mengidentifikasikan seluruh Tiga Sosok Tritunggal sebagaimana yang muncul pada Inkarnasi dan sehingga muncul juga pada crucifixion. Gagasan yang sama ditemukan dalam dokumen-dokumen Nestorian pada masa berikutnya. Ini secara khusus dikecam dalam sinode Diamper (tahun 1599). Doktrin tersebut kemudian dinyatakan lebih jelas pada Patripasianisme. Namun kemudian, harus diingat bahwa, sebagaimana yang dianut oleh Nestorian, yang membuat perbedaan tajam antara dua sifat dalam Kristus, ini tak melibatkan penderitaan Sosok Ilahi dalam cara penerapan penyatuan unsur-unsur tersebut. Ini adalah unsur manusia yang disiksa di salib dan wafat. Dengan pandangan ini, kemungkinan pemikiran unsur Ilahi dalam Kristus terdiri dari seluruh Kepemimpinan, dan sehingga bukanlah Patripasian.
Terdapat salib kedua di gereja tua di Cottayam—dengan modifikasi ukiran—menjadikannya berjumlah tiga salib secara keseluruhan; namun ini berasal dari abad kesepuluh. Panel dengan tumpukan batu yang sama, berbentuk mirip dan kaya akan hiasan pada salib tersebut, setiap sisi memiliki figur merak. Disini, kami mula-mula mendapati simbol misterius yang dikaitkan dengan St. Thomas dalam Gereja Siria di India pada masa berikutnya. Berbagai legenda fantastik diberikan oleh para penjelajah berturut-turut—oleh Marco Polo, oleh John de Marignolli, dan terakhir oleh Duarte Barbosa pada akhir abad keenam belas—menyebut merak dalam beberapa bagian pada kisah rasul. Buktinya, simbolisme tersebut dipinjam dari mitologi kuil Hindu tetangga, Purana yang mengisahkan bagaimana istri Siwa muncul dengan pasangannya dalam wujud merak, yang disebut dalam bahasa Sanskerta dengan sebutan mayil. Ini memberikan penjelasan dari sebutan kota Mailapore, Mayil-a-pur—"Kota merah."
Meskipun gereja di Mailapore tersebut menurun dan mati, gereja di Malabar tetap berkembang, berasimilasi dengan penduduk asli, dan meraih status politik dan hak pengakuan pemerintahan sendiri. Ini terdaftar dalam dua piagam plakat tembaga, yang satu dari tahun 774, yang mencatat pemberian oleh Raja Vira Raghava Chakravarti kepada Irair Corthan dari Crangamore sebagai perwakilan komunitas Kristen, menjadikannya peniaga berdaulat dari Kerala; yang lainnya diberikan kepada umat Siria dari St. Thomas, pada sekitar tahun 824, dengan perhatian petinggi istana Raja Sthanu, mengkonfirmasikan hadiah lahan kepada Muruvan Sapor Iso dan Gereja Tarasa. Hubungan komunikasi lebih lanjut antar Negara dan Gereja dan konfirmasi hak Gereja menyusul. Pada tahun 745, menurut tradisi lokal, Knaye Thomas, atau Thomas dari Kana, datang dengan segerombolan imigran dari Bagdad, Niniwe, dan Yerusalem. Beberapa orang mengaitkan nama "Kristen St. Thomas" dengan penyamaan pemimpin tersebut yang muncul dalam Gereja pada masa berikutnya dengan Rasul Thomas. Para pendatang baru tersebut nampaknya bermukim di selatan komunitas Siria asli. Gereja Kristen di India kemudian terbagi dalam dua bagian, utara dan selatan. Kelompok selatan terdiri dari orang-orang yang lebih beragam ketimbang saudara mereka di utara. Sekelompok pengungsi lain datang pada tahun 822 dipimpin oleh dua Nestorian Persia, Mar Sapor dan Mar Perog. Mar Sapor yang diidentifikasikan dengan Sapor yang meneberima lahan tercatat dalam plakat tembaga. Kristen Siria kini menjadi kelompok penting di Malabar, baik secara sosial dan politik. Namun lama sebelumnya, gereja mereka kekurangan misionaris dan penekanan agama. Kelompok tersebut tak pernah mengembangkan tenaga intelektual apapun atau membuat kontribusi apapun terhadap teologi.
Kala Cheraman Perumal, kaisar terakhir Kerala, menjadi Muslim dan wafat kala berkunjungi ke Arabia, wilayah yang berada di bawah wilayah kekuasaan Muslim. Kami kini mencapai masa nyaris buram sepanjang lima ratus tahun dalam sejarah Gereja Siria di India, yang namun pada masa itu, Kristen sangat kuat ketimbang kala mereka memiliki para raja mereka sendiri. Kemudian, mereka berada di bawah pemerintahan Cochin. Pada masa itu, gereja menjadi lengah dalam hal spiritual. Upacara-upacaranya jarang dilakukan. Sejauh yang dapat dilihat oleh kami, mereka merupakan fungsi utama dari agama. Meskipun demikian, Kristen hidup sebagai kasta yang nyaris superior, yang sepenuhnya memiliki semangat misionaris lama yang padam. Mereka bahkan meniru Hindu dalam pengaturan kasta soal gaya makan dan penghindaran polusi.
Masa berikutnya dalam sejarah Kristen di India adalah kala misi Katolik Roma yang ditimbulkan dari kebangkitan agama besar di Gereja Barat pada abad ketiga belas, dan dibawa oleh kelompok misionaris demokratik yang menakjubkan, Fransiskan dan Dominikan. Pada tahun 1321 sampai 1323, Jordanus, seorang warga Prancis dari ordo Dominikan, penulis Mirabilia, berada di Malabar. Disana, ia saling surat menyurat dengan dua rekanan dari dua ordo frater tersebut, menyatakan India sebagai tempat kegiatan misionaris. Tak ada yang lebih diminati dalam kisah tersebut selain perpaduan ordo-ordo tersebut yang para anggotanya bersaing dalam lingkup dalam. Jordanus orang Dominikan ditemani oleh empat Fransiskan yang mengantarnya ke Quilon. Sebuah angin ribut dihadapi oleh mereka di pulau Salsette, dekat Tana, tempat mereka diterima dengan baik oleh Kristen Nestorian. Mengisahkan pengalamannya pada surat keduanya, Jordanus berkata bahwa walau ia jauh dari empat pengikutnya di tempat tersebut, pada perjalanan menuju Baroch, mereka ditangkap dan dibunuh oleh Muslim. Ini sangat signifikan,. Karena pada masa itu, Nestorian tinggal di tempat yang sama dengan damai dan aman, karena mereka saling menjaga antar diri mereka sendiri. Namun orang-orang Prancis tersebut, yang merupakan pendatang baru yang sibuk untuk melakukan pemindahan agama, tak dibiarkan. Sehingga, para misionaris tersebut dibunuh, sementara Gereja tak tersentuh. Dapatkah kami mendapati bukti fakta menyedihkan bahwa Gereja tersebut sepenuhnya kehilangan semangat penginjilan yang menjadi kejayaan para penghimpunnya?
Dalam Mirabilia buatannya, Jordanus mengisahkan misinya sangat sukses disamping upaya penindasan dan petualangan yang menghadang. Kisahnya nampak seperti karya autobiografi St. Paulus dalam Surat Kedua kepada Jemaat di Korintus. Sebanyak empat kali, ia dijebloskan ke penjara oleh Muslim. Sebagai beberapa kali ia mengalami pemotongan rambut, pencambukan, perajaman, "Allah Sendiri mengetahuinya," tulisnya. Pada tahun 1330, Paus Yohanes xxii. mengeluarkan sebuah bulla kepada umat Kristen dari Quilon, mengangkat Jordanus menjadi uskup tempat tersebut, dan mengundang Nestorian untuk masuk "Gereja Kristen." Tak ada keraguan dari sosok aktif terawal ini yang meninggalkan beberapa buah berkelanjutan dari karya heroiknya. John de Marignolli mendirikan "Gereja Santo Gregorius" dari persekutuan Latin pada tahun 1347. Namun, kegiatan terbesar Gereja Latin di India belum dimulai sampai seabad berikutnya. Ini merupakan jiwa yang sangat berbeda dari usaha misionaris mirip Kristus oleh Jordanus. Ini adalah misi Yesuit yang dipersenjatai dengan senjata kekejaman Inkuisisi.