Gereja-gereja Yunani dan Timur/Bagian 2/Divisi 5/Bab 3

BAB III

KOPTIK DI BAWAH KEKHALIFAHAN

Para biarawan Koptik pada masa itu, yang mula-mula dinaungi oleh Persia, kemudian ditindas oleh Melkit, dan kemudian ditekan oleh Arab, kini berada pada tahap budaya tertinggi mereka. Misi cendekiawan dari Siria ke biara Mesir untuk revisi kitab suci mereka sendiri adalah satu tanda dari fakta tersebut. Ini nampak menjelaskan bahwa Melkit mempelajari karya klasik Yunani serta para Bapa Gereja. Ini ditunjukkan oleh alusi klasik dalam tulisan-tulisan mereka. Namun, sejauh apa kajian yang dibagi oleh Koptik tidak terlalu terbukti. Namun di bawah kekuasaan liberal Yohanes sang Almoner, terjadi komunikasi yang sangat bersahabat antara dua gereja tersebut ketimbang masa lainnya baik sebelum atau setelah. Sofronius, penentang ortodoks dari Ecthesis, datang dari Aleksandria, dan ia mengkomposisikan penjelasan soal tempat-tempat suci di ayat Anakreontik,—namun sebenarnya, ia adalah seorang Melkit. Selaku teman dari Yohanes sang Almoner dan Sofronius, Yohanes Moskus, memberikan catatan kunjungannya ke biara-biara Mesir dalam sebuah buku terkenal, berjudul Spiritual Pastures. Dua sosok tersebut memajukan informasi menonjol terkait perlakuan dan kebiasaan gereja dan biara di Mesir pada masa mereka, dan menunjukkan bagaimana kelengkapan kehidupan intelektual mereka. Contohnya, dalam catatan biarawan yang disebut "Kosmas sang Murid," Yohanes Moschus berujar, "Kami harus tak menulis apapun dari yang didengar—hanya apa yang kami saksikan dengan mata kami sendiri. Ia adalah pria berpemikiran sederhana, mandiri dan hidup bersih: ia mudah terhasut dan sosialita, memberikan santunan, seorang teman dari rakyat miskin. Ia memberikan jasa yang sangat besar pada kami, tak hanya lewat spekulasi dan ajarannya, namun karena ia menghimpun perpustakaan pribadi menonjol di Aleksandira, dan dengan bebas menyewakan buku-bukunya ke seluruh pembaca, Ia sangat miskin, dan seluruh rumahnya, yang dipenuhi buku, tak berisi perabutan selain kasur dan meja. Perpustakaannya terbuka untuk seluruh pendatang. Setiap pembaca dapat menanyakan buku yang diinginkan dan dibacanya. Hari demi hari aku mengunjungi Kosmas, dan mendapatkan fakta bahwa aku tak pernah sekalipun memasuki rumahnya tanpa mendamatinya membaca atau menulis melawan Yahudi. Ia sangat enggan meninggalkan perpustakaannya, sehingga ia sering mengirimku untuk berujar kepada beberapa Yahudi dengan manuskrip yang ditulis olehnya." Kosmos berujar kepada Yohanes bahwa ia tinggal disana selama tiga puluh tiga tahun. Kala menanyai apa yang ia pelajari pada masa pengkajian yang lama tersebut, ia menjawab bahwa tiga hal utamanyadalah "tidak tertawa, tidak bersumpah, dan tidak berbohong."

Para biarawan merupakan pelajar yang tekun dan penyalin kitab-kitab. Manuskrip-manuskrip bergambar Koptik, beberapa diantaranya tertanggal seawal-awalnya pada masa itu, dianggap sebagai sejumlah harta kesenian pada catatan mereka sendiri, dan juga karena karya dekoratif mereka yang menghimpun contoh untuk para biarawan abad pertengahan. Arsitektur gereja Koptik menampilkan wujud nyata, dan mengembangkan hal-hal berharga dari originalitas yang ditujukan untuk memberikan dampak menonjol pada bangunan Muslim dan Gothik. Alih-alih ibukota klasik yang seragam, penyampulan barunya kini nampak. Karya mozaik dalam kaca berwarna brilian, yang kami pikir khas Bizantium, juga dikembangkan oleh Koptik. Pada sekitaran waktu itu juga, mereka mulai membuat ukiran marmer berharga tinggi yang yang dikenal sebagai Opus Alexandrinum. Mr. Lethaby kini menekankan kemiripan mononjol antara tekstil Koptik abad kelima dan keenam, yang bebas memakai karya yang menonjol dan datar, dan ornamentasi Saxon lama. Yak hanya hiasan Koptik yang dipakai dalam gaya ini yang menyebar sampai Inggris, namun persebaran biarawan, mula-mula sebelum Persia dan kemudian sebelum Arab, dihasilkan dalam beberapa kedatangan mereka sendiri sampai barat jauh menurut Mr. Lethaby: "Teori semacam itu akan mencatat kemunculan mendadak jenis ini atas bidang luas. Fakta bahwa contoh-contoh terawal sutra Arab dibuat di Mesir (abad ketujuh dan kedelapan) dihias dengan serangkaian susunan yang dirajut yang merupakan kelanjutan dari rancanagn Koptik, yang datang untuk menunjukkan kehebatan tradisi. Teodorus, Uskup Agung Canterbury timur (669–690), tentunya akan senang dengan migrasi para biarawan dan seniman dari Timur. Hanya beberapa tahun usai kematian Teodorus, kitab Lindisfarne ditulis dan dihias, dan pada sekitaran masa yang sama, karya timbul mula-mula muncul dalam ukiran batu Italia."

Pada masa berikutnya kala arsitektur Muslim mulai berkembang sebagai tatanan baru yang menyebar di dunia dengan keindahan khasnya, karya sebenarnya utamanya bergantung pada kerajinan tangan dan rancangan Yunani dan Koptik. Masjid-masjid dirancang oleh para arsitek Yunani, dan karya dekoratif murni mereka diurus oleh pengrajin Koptik. Arab terdiri dari prajurit dan penguasa. Mereka bukanlah pembangun dan seniman. Rumah asli mereka adalah tenda gurun, dan kala mereka menikmati kemewahan kota-kota, mereka bergantung pada keterampilan orang-orang taklukannya yang mereka dorong dalam pelayanan mereka. Mula-mula, tiang-tiang didatangkan dari gereja-gereja Kristen yang dipakai dalam pembangunan masjid-masjid Muslim. Kala Muslim mulai membuat bentuk tiang, mereka memahkotainya dengan pucuk-pucuk Kristen yang dicuri, dan kala mereka memiliki seluruh karya baru yang dibuat oleh orang-orang Kristen, meskipun dalam banyak kasus orang-orang tersebut masuk ke Islam. Di sepanjang seluruh Afrika Utara dan bahkan di Spanyol, rancangan Arabesque kebanyakan bersifat Koptik dan nyaris seluruhnya berasal dari Kristen. Diadopsi oleh Muslim, mereka mengadaptasi prinsip-prinsip Al-Qur'an. Alhambra memiliki sisa-sisa tenda Bedouin di bagian dalamnya, namun gaya arsitekturnya adalah turunan langsung dan kembangan dari Aleksandria.

Cyrus meninggal tak lama usai penaklukan Mesir. Ia digantikan oleh patriark Melkit bernama Petrus, yang mendapatinya memutuskan untuk purna tugas ke Konstantinopel. Disana, ia didorong Kaisar Konstans untuk menghimpun Type untuk Ecthesis. Usai kematiannya, tak ada patriark Melkit Aleksandria selama lebih dari tujuh puluh tahun (tahun 654–727). Imam gereja ortodoks semacam itu masih melayani sejumlah penganut Yunani-nya di Mesir kala penahbisan mereka di Siria. Meskipun gereja nasional, yang menikmati perlakuan semestinya di bawah kekuasaan Amir, tak lagi mendapati ketonjolan sebenarnya dari kekuasaan islam. Benyamin digantikan dalam patriarkat oleh Agatho (tahun 659), yang mengabdikan dirinya sendiri di rumahnya sendiri untuk waktu kabur dari tuntutan imam persekutuan ortodoks bernama Teodosius. Sosok tersebut berhasil memberikan pemberian kontribusi dari Khalifah Yezid dari patriarkat Koptik. Kala Agatho wafat, Teodosius secara jelas mengambil kediaman patriark tersebut dan mencapkan segelnya pada seluruh isi dari tempat tersebut. Ini dijalankan terlalu jauh. Abdel-Aziz, gubernur Mesir, campur tangan, dan imam tersebut dipaksa untuk menarik diri. Patriark Koptik baru adalah Yohanes Semnudæus, yang memberikan laju pemerintahan sementara untuk memajukan kepentingan Koptik.

Ini mungkin merupakan masa paling berkembang dari Gereja Koptik. Pemerintahan Muslim bersahabat, Melkit tak dapat campur tangan, serta perkebunan dan pengepresan minyak patriarkat didagangkan dengan pendapatan yang baik, yang dipakai patriark untuk memulihkan tekanan di seluruh belahan wilayah tersebut pada masa kelaparan. Sehingga, Yohanes Semnudæus menjadi Yosef kedua. Namun, ia tak diijinkan untuk mengakhiri hari-harinya dalam perdamaian. Yohanes berniat untuk bertindak selaku mediator antara Kaisar Etiopia dan Raja Nubia, yang sedang berperang. Abdel-Aziz memutuskan untuk memperlakukan tindakan tersebut sebagai intrik politik untuk penggulingan kekuatan Islam, dan ia memutuskan untuk memancung patriark. Untungnya, gubernur terdorong untuk membiarkan Yohanes hidup, dan ia mencurahkan dirinya dengan mengakhiri insiden tersebut dengan memerintahkan kalimat tertentu yang menjunjung keyakinan Muslim ditulis pada pintu-pintu gereja.

Beberapa hal lebih mendekatkan penindasan nyata yang diterapkan oleh putra sulung amir tersebut, Asabah, yang dipengaruhi oleh seorang murtadin Koptik bernama Benyamin. Ia memberlakukan pajak sekeping emas pada setiap biarawan dan pajak seribu keping emas pada setiap uskup, dan ia melarang siapapun di masa mendatang untuk mengambil sumpah monastik. Ayah dan putra tersebut wafat pada masa yang sama. Namun, ini tak memudarkan persoalan tersebut. Khalifah Abdel-Melech mengangkat putranya Abdallah menjadi gubernur Mesir (tahun 705). Ia bertindak selaku tirani kejam bak salah satu monster kejam dalam kisah 1001 malam. Contohnya, ia memerintahkan kepala tamu untuk pergi kala duduk dengannya di meja. Kala patriark Aleksander berniat untuk memasuki istana untuk menyambut amir baru, Abdallah memenjarakannya dan menuntut 3.000 keping emas sebagai harga kebebasannya. Gubernur prvinsi Kekaisaran Muslim tersebut bertindak bak brigand dari pegunungan. Patriark tak memiliki cara untuk mendapatkan tawarannya sampai Gregorius deakonnya tergerak untuk pembebasannya dengan mengelilingi kota-kota dan desa-desa mengumpulkan uang, berjanji untuk mengirimkannya kembali pada akhir dua bulan. Dari penyetoran tebusan orang miskin untuk lahan, patriark Mesir kini mengalihkan kebutuhan dengan mengembara dari tempat ke tempat di kalangan rombongannya dalam rangka menyelamatkan nyawa dan kebebasannya. Dengan cara ini, uang dikumpulkan. Namun, itu tak menggerakkan amir tersebut. Ia memiliki gereja-gereja yang menyimpan harta benda mereka, dan umat Kristen yang tak terdaftar dalam sensusnya—yang hanya dilakukan untuk pemerasan—dicapkan pada kepala atau tangan mereka. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk menyiksanya. Ini menimbulkan pemberontakan di Mesir Hulu, yang sangat runyam, dengan dampak penindasan yang menjadi lebih berat.

Pada kematian Khalifah Abdel-Melech, dan penggantian oleh putranya Walid, Abdallah dinaungi oleh Korah-ben-Serik selaku Amir Mesir. Bagi Kristen yang tak menyenanginya, setiap dakwaan hanyalah perubahan untuk hal yang lebih buruk. Kala Aleksander mempersembahkan dirinya sendiri di hadapan al-Qur'an untuk menawarkan perhatian patriark kepada gubernur, ia didatangkan dengan tawaran yang sama yang dibuat oleh Abdallah, dan menunjukkan bahwa ia tak memiliki bayaran yang berarti, memutuskan untuk ke Mesir Hulu untuk mengumpulkan uang. Usai dua tahun mengembara, ia hanya dapat mendapatkan sepertiga jumlah yang dituntut. Amir menjadi curiga, dan meyakini laporan bahwa Aleksander memiliki pertambangan pribadi, dikirim ke kediamannya. Disana, karena tak ada penelusuran yang dapat ditemukan, patriark dan para hadirinnya diperlakukan kejam. Penindasan berlanjut di bawah amir berikutnya, Amasa, dengan lebih kejam. Pengeluaran uang berulang, yang merupakan salah satu sifat utamanya, memberikannya penampilan yang mutlak. Motifnya lebih kepada keangkuhan diri alih-alih kebijakan negara tingkat tinggi.

Sepanjang Melkit berniat untuk memilih patriark pada jabatan yang telah lowong sepanjang ini, dan pilihan mereka jatuh pada seorang pembuat jarum, Kosmas, yang dapat membaca maupun menulis, namun membenarkan kebijaksanaan mereka dengan mengangkatnya lewat kepengurusan handal dari jabatan berbeda. Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Damaskus dan mendatangi khalifah, yang sukses mengertikannya soal garis patriarkat Aleksandria kuno, dan sehingga beberapa gereja diambil dari Koptik dan diberikan kepadanya. Ini adalah kebangkitan yang sangat tak bahagia dari pengarahan lama Gereja Yunani di Mesir, dan suatu ketegangan lainnya timbul pada gereja asli. Setelah itu, Koptik mengalami kesulitan besar dalam memilih patriark untuk persekutuan mereka sendiri. Kala mereka berhasil menjalin perjanjian terhadap Chail i., gubernur tersebut memberikan mereka dengan sejumlah uang, dalam rangka membayar beberapa sapi mereka yang dijual dan bahkan beberapa anak mereka. Banyak uskup kabur dan bersembunyi di biara-biara.

Pada tahun 748, seorang gubernur baru, Hassan, diangkat, dan pada suatu waktu, ia bersahabat dengan Kristen. Ini memalukan untuk melihat bahwa dampaknya adalah dua kubu—Melkit dan Koptik—mengadu ke pemerintahan atas sengketa soal pendirian gereja—St. Mennas di Mareotis. Peristiwa tersebut merupakan kasus pertama dalam dua kubu Kristen yang membawa pertikaian mereka ke pengadilan hukum Muslim. Amir memberikan keputusan yang menguntungkan gereja nasional. Suatu tindakan yang disenangi namun berlalu. Tak lama kemudian, amir menjebloskan Chail ke tahanan, bersama dengan tiga ratus Kristen dari dua jenis kelamin. Patriark baru dibebaskan atas perintah mengambil tindakan mengumpulkan uang untuk tebusan mereka di Mesir Hulu.

Amir menjadi sangat tirani kala ia menindak Koptik di Mesir Hulu pada pemberontakan lain. Kedua patriark, Kosmas orang Melkit dan Kail orang Koptik, dijadikan tahanan. Kosmas memberikan tebusan pembebasan, dan Kail memutuskan untuk memakai pengaruhnya dengan kelompoknya dalam mengirimkan pengajuan mereka. Perang timbul oleh pertikaian yang kini terjadi di kalangan Muslim, dan Kristen bergabung dengan faksi Abbasiyah. Keberhasilan mereka membawa pemulihan langsung pada Gereja.

Sorotan penasaran dilontarkan pada status Kristen Koptik pada abad kedelapan oleh sejarawan Muslim Makrizi. Di bawah serentetan khalifah dan amir baru mereka di Mesir, mereka kini memasuki era kemakmuran temporer, yang dipandang dengan rasa iri hati oleh sesama warga Muslim mereka. Menurut Makrizi, ia menyatakan kebanggaan yang mencap dan menghimpun udara. "Bersamaan dengan ini," ujarnya, "salah satu juru tulis Kristen menghadap di hadapan Masjid el Azher di el Kahira (Kairo) berkuda dengan mengenakan sepatu bot dengan bangga, dan gulungan putih dikenakan pada kepalanya mengikuti gaya Aleksandria, dengan pengawal berjalan mengikutinya untuk memberikan jalan orang-orang yang melewatinya, dan di belakangnya sejumlah budak yang dibayar untuk mendampinginya. Sejumlah Muslim kemudian nampak berburuk sangka; sehingga mereka makin menentangnya," dll. Akibatnya adalah gangguan yang dihadapi Koptik. Kejadian tersebut sangat signifikan. Mula-mula, menandakan kemakmuran Koptik yang diteruskan dengan membuat jalan mereka ke jabatan-jabatan resmi. Kemudian, seperti halnya saat ini, perlakuan khusus mereka pada pekerjaan pramuniaga dan jruutulis nampaknya memberikan mereka kemajuan atas bangsa Arab berkaitan dengan jabatan tersebut. Kebanggaan anggota komunitas tertindas pada masa jeda kekebalan pendek nampaknya mengejutkan. Namun, sosok semacam itu yang dilihat oleh kami disini keluar dari sorotan umum karena pangkat resminya. Rujukan kepada Aleksandria sangat diminati. Kairo menjadi kota Muslim dari pendiriannya; namun Aleksandria menjadi ibukota Kristen lama. Kebiasaan Aleksandria akan nampak mempertahankan unsur kekaisaran Romawi lama. Namun segala hal terkait tentunya dicurahkan di Kairo di bawah amir Muslim. Kami tak terkejut menyadari bahwa Kristen membuat ketonjolan diri kala diperlakukan oleh rombongan Kairo. Ini adalah masa kala tak ada pengamanan untuk Kristen untuk menunjukkan diri mereka sendiri di jalan-jalan raya, kala mereka memutuskan untuk tinggal di dalam ruangan untuk kehidupan mereka. Makrizi kemudian berkisah bagaimana usai Kristen dilarang masuk kepegawaian negeri bahkan jika mereka menjadi mualaf, dan diperintahkan untuk melakukan salat lima waktu dan salat Jumat di masjid-masjid dan tempat-tempat khusus salat lainnya.

Sepanjang perang saudara yang timbul usai kematian khalifah terkenal Harun al Rasyid, Arab Spanyol dari wangsa Ummayah, yang ditekan oleh Abbasiyah, menginvasi Mesir dan membuat tahanan perang mereka menjadi budak. Mrkus patriark Koptik memutuskan untuk membayar seluruh budak tersebut, dan tawarannya sangat disambut, sehingga 6.000 tahanan dibebaskan kala itu. Aleksandria direbut, walaupun pasukan pengepungan mempertahankan pengalaman mereka terhadap Arab dan memerintahkan penjagalan Yahudi dan Kristen serta pasukan Spanyol. Markus kabur ke gurun. Disana ia sembunyi selama lima tahun.

Kebanyakan sejarah Koptik pada masa ini lebih sedikit ketimbang cerita runtutan patriark, yang sebagian kecil yang nampak menjadi sosok dengan kekuatan atau pengaruh apapun. Patriark Jacob, yang berada di kepemimpinan Gereja Koptik pada awal abad kesembilan, meraih beberapa ketenaran, yang melibatkan patriark saudaranya di Antiokhia, Dionisius, pengarang Kronik dari permulaan dunia sampai masanya sendiri, yang mengunjunginya. Yucab, yang menjadi patriark Koptik pada atau menjelang tahun 837, menahbiskan para uskup untuk wilayah-wilayah yang lebih terpencil di keuskupannya, khususnya pada perbatasan Laut Merah. Ia juga menjalin persahabatan intim dengan patriark Melkit Sofronius. Namun walaupun hal tersebut pada waktu itu melunakkan pergesekan sektarian antar dua kubu, ini tak berujung pada langkah apapun untuk menyelesaikannya. Yucab wafat pada tahun 850, dan digantikan oleh Kail, patriark Koptik kedua dengan nama tersebut. Nyaris tak lama setelah itu, perdamaian yang dinikmati oleh Gereja terpecah hanya oleh kerusuhan temporer, selama nyaris lima puluh tahun, yang berakhir, dan ktegangan lama yang disebabkan oleh tindakan para amir memunculkannya lagi. Patriark bahkan menjual barang-barang suci dari gerejanya untuk memenuhi tawaran gubernur sipil. Khalifah Mutawekkil kini mengerahkan sejumlah aturan untuk Kristen. Mereka dipakaikan busana berwarna madu, atau berunsur khas pada rajutan mereka; kaum pria memiliki tampilan menonjol melampaui gaya wanita; mereka menempatkan gambar kayu iblis, kera, atau anjing pada pintu mereka; tanpa salib yang diperlihatkan; melarang upacara melewati jalan-jalan raya dengan penerangan; mereka dilarang mengendarai kuda; angan ada tanda apapun pada nisan mereka. Meskipun memberlakukan dan menista seperti semua ini, ini tak dapat dibandingkan dengan penindasan keras pada masa sebelumnya dan berikutnya. Setelah tahun 856, sebagian besar amir adalah orang Turki, semenjak orang-orang darir as tersebut kini datang lebih dan lebih ke depan ketentaraan dan pemerintahan kekhalifahan, sementara sosok prajurit gurun lama mengawal keluarga-keluarga Arab di antara kemewahan dan sensualitas kehidupan mereka di kota-kota. Amir-amir Turki di Mesir adalah orang-orang handal, dan beberapa dari mereka menjadi penguasa yang ringan tangan dan murah hati. Pada masa jabatan patriark Chenouda, seorang sosok berpengaruh besar dalam Gereja Koptik, gubernur Abdallah menggandakan atau men-tiga kali lipat-kan pajak Kristen. Kesulitannya adalah dengan para biarawan, yang tak memiliki harta benda, dan ia menempatkan pajak terhadap buah dan sayuran mereka. Chenouda purna tugas untuk suatu waktu, namun ia kemudian kembali dan mempersembahkan dirinya sendiri ke hadapan amir, yang kemudian datang untuk bersepakat dengannya. Ini adalah pertanyaan yang sama soal bagaimana banyak uang dapat diperas dari Kristen yang telah sangat lama menyertai kisah para amir di Mesir. Dalam kesepakatan antara Abdallah dan Chenouda, mereka menetapkan bahwa Gereja Aleksandria harus membayar upeti tahunan sebanyak 2.000 keping emas dan biara-biara harus membayar upeti tahunan sebanyak 2.300 keping emas.

Amir Turki teragung adalah Ibnu Tulun, yang meninggalkan namanya pada sebuah masjid terkenal di Kairo. Sosok tersebut awalnya adalah budak Turki. ia menikahi putri Amir Bargug, yang memberikannya kebebasan, sehingga pada usia tiga puluh tiga tahun ia benar-benar menjadi gubernur Mesir (tahun 868). Kemudian, ia mulai hidup bak raja. Tulun tak berteman dengan Kristen. Ia tak ragu mengangkat makam-makam Kristen ke kota baru antara perbukitan Fustât dan Mokattam. Pada tahun 878, ia menarik persekutuan pada khalifah, merebut Damaskus, merebut dan menjarahi Antiokhia. Ini adalah pemberontakan pertama di Mesir sejak penaklukan Arab. Walaupun Tulun adalah penghancur yang garang dan tak kenal ampun kala kejatian tersebut, ia membangkitkan kekuatan Mesir di Timur, dan mempercantik Kairo dengan beberapa karya terbaik dari arsitektur Muslim. Ia wafat akibat keletihan kehidupan bergejolaknya kala perjalanannya, pada tahun 884, sebelum ia berusia lima puluh tahun.

Ini adalah masa gelap bagi Koptik. Kubu Melkit melewati masa kedamaian temporer dan gereja nasional berada di bawah awan, kala deakon, yang menyatakan bahwa ia diperlakukan buruk oleh Chenouda, mengeluhkannya ke gubernur Ahmed, yang kemudian menumpas seluruh uskup Koptik pada masa jabatannya. Chenouda pergi bersembunyi, namun ia ditangkap dan ditikam. Para uskup dilucuti jubah episkopalnya, dan, seperti halnya biarawan sederhana, dikirab sepanjang jalan raya di belakang keledai tanpa alas kaki di tengah-tengah kerumunan. Patriark dijebloskan ke tahanan dan tinggal disana selama tiga puluh hari, dengan harapan aagr ia dapat membayar tebusan, meskipun tidak terwujud. Kejadian tersebut berakhir aneh. Deakon tertuduhmengadakan pengampunan, dan Chenouda memberikannya absolusi; namun peniten kemudian memajukan tindakannya dengan menyampaikan berbagai tuduhan palsu melawan Kristen. Kala permusuhannya ditemukan, amir nyaris memberikannya hukuman mati. Chenouda wafat pada atau sekitar tahun 881, usai patriarkat dipenuhi ketegangan dan keretakan. Sebesar pengaruhnya di kalangan umatnya sendiri, ia nampaknya merupakan sosok lemah yang tak selaras pada sekitaran masa kala ia diangkat. Namun Mesir bukanlah tanah yang dimajukan Hildebrand atau Thomas à Becket, dan bahkan jika salah satu pahlawan gerejawi muncul di bawah kekuasaan Islam, sulit untuk melihat bagaimana ia dapat mengembangkan kekuatannya.

Penerus Chenouda, Chail iii., mengalami masa ketegangan seperti halnya patriark malang yang diteruskan olehnya. Kemalangannya timbul dari apa yang terjadi kala kunjungannya ke Xois, di keuskupan Saca, untuk penahbisan gereja baru. Pelayanan tersebut secara tak tercatat terhalang oleh ketiadaan uskup, sampai ia mendapati bahwa ia menghibur teman-temannya di acara makan yang tak diumumkan. Mengetahui ini, patriark tersebut mengadakan pelayanan tersebut. Kala uskup datang dan melihat apa yang terjadi, ia menjadi murka, merebut roti Perjamuan kudus dan menjatuhkannya ke tanah. Keesokan harinya, Chail dan uskup lainnya yang berkumpul bertemu dan mengekskomunikasikan terdakwa. Orang tersebut kemudian dihadapkan ke Amir Tulun, dan memberitahukannya bahwa patriark membutuhkan kekayaan untuk membayar ekspedisi militer yang direncanakan olehnya. Chail menentangnya, dan memerintahkan untuk menyerahkan setiap hal yang berkaitan dengan ibadah Kristen kecuali jubah. Enggan melakukan tersebut, ia dikirim ke penjara dan ditahan disana selama dua belas bulan. Kemudian, ia keluar dalam kondisi ia harus membayar 20.000 keping emas, separuh dalam sebulan, sisanya dalam empat bulan. Chail mengungsi ke gereja Melkit, dan nampaknya tak melakukan apapun terhadap tugasnya yang sebetulnya tak memungkinkan, sampai ia mendapati bahwa ada sepuluh keuskupan lowong, dengan memberlakukan bayaran untuk pemilihan agar ia dapat mengumpulkan uang. Dalam kata lain, ia mendapatkan jumlah yang sesuai, namun hanya nyaris separuh dari apa yang diwajibkan. Pada akhirnya, ia datang ke Aleksandria dan ditawarkan hiasan-hiasan gereja oleh rohaniwan sebagai balasan untuk permohonan pembayaran Gereja Aleksandria seniali seribu keping emas pada setiap tahun. Bahkan kala ia hanya memiliki separuh tebusan yang dituntut kepadanya oleh amir, yang wafat sebelum mengambil tindakan untuk membujuk patriark untuk tetap membuat upaya lebih lanjut untuk mendapatkan sisa uang.

Praktek pemberian uang untuk pemilihan keuskupan diciptakan oleh Chail iii. yang seringkali diadopsi oleh patriark-patriark berikutnya. The Upeti Aleksandria dan penarikan pemerintah menjadi keputusan untuk kebiasaan yang Gereja selalu kecam sebagai simoniakal. Uangnya ttak diambil untuk tujuan pribadi para penarik. Ini dijadikan sebagai kebutuhan mutlak untuk pembayaran tugas wajib. Meskipun demikian, praktek tersebut mengundang skandal kejahatan, dan para patriark yang baik terdorong untuk meninggalkannya. Chail sendiri mengakhiri masa-masanya selaku peniten yang merenungkan dakwaan gandanya atas pelanggaran kanon dan penghirauan harta benda Gereja.

Keadaan Mesir di bawah kekuasaan Muslim kini beralih dari jelek menjadi lebih buruk. Para khalifah terdorong untuk menghimpun kekuasaan mereka terhadapnya dengan penarikan wajib para amir, sehingga tidak ada gubernur yang dapat memiliki waktu untuk menghimpun dirinya sendiri dalam independensi. Para amir akan mengajukan pengangkatan dan pengangkatan ulang kepada para khalifah, dan, sebetulnya, mengirim uang untuk timbal baliknya dari target-target yang dilecehkan oleh mereka, Kristen selalu menjadi penderita terbesar. Namun, pada masa salah satu amir yang memberlakukan upeti baru pada uskup dan biarawan, para pengikut Kristen datang ke Bagdad mengadikan keadaan tak toleran kepada khalifah, dan berhasil dalam meminta perintah agar tidak ada pajak di luar biasanya yang harus ditarik dari mereka. Meskipun mereka berhasil, Kristen juga belum terpuaskan. Seorang amir memerintahkan agar Kristen maupun Yahudi harus bekerja dalam hal lain selain menjadi tabib dan pedagang.

Eutychius, yang lebih dikenal sebagai Said, pembuat kronik pada masa itu dalam sejarah Koptik, menjadi patriark Melkit pada awal abad kesembilan. Ia merupakan sosok yang kaya akan budaya, yang belajar dan menerapkan penyembuhan dan menulis risalah tentang hal tersebut. Ia juga merupakan penulis persengketaan antara Kristen dan bida'ah, dan karya tentang sejarah Sisilia usai invasi. Namun, karya terkenalnya adalah tawarikh sejarah Aleksandria, yang berjudul Contexture of Gems, sebuah buku yang menguak pikiran dari pengarangnya. Pada masa patriarkat Said, komunitas Melkit terganggu oleh pertikaian internal, yang berujung pada campur tangan amir, yang mengambil kesempatan untuk merebut harta benda Gereja—dikatakan oleh Koptik berjumlah sangat banyak—dan membawanya ke istananya di Misr. Ia hanya memperkenankan mereka untuk menebusnya dengan bayaran 5.000 keping emas. Kekhalifahan kini menurun sampai keadaan lemah yang tak terelakkan. Pada kenyataannya, ini merupakan bayang yang sebenarnya, dan setiap amir mengatur provinsinya sendiri. Kemudian, Mohammed Akchid, amir di Mesir pada masa itu, menjadi gubernur independen. Tak ada gunanya menyatakan pengajuan melawannya kepada khalifah seperti halnya Koptik pada masa awal menyatakan pengajuan kepada khalifah pada masa mereka. Sehingga, kemerdekaan Mesir hanya makin menimbulkan penindasan bagi orang Mesir, dan itu tanpa harapan pulih.

Theophanius, seorang patriark Koptik yang mulai menjabat pada tahun 954, menambahkan pertikaian masa itu dengan mengembangkan kegilaan. Ia datang lewat perairan ke Misr untuk penyembuhan. Namun suatu malam pada perjalanan, jeritannya membangunkan para rekan penumpangnya, bahwa salah satu uskup berniat untuk menangkap dan membunuhnya—dengan dicekik atau, seperti kata beberapa orang, diracun.

Pada kematian Akchid, yang dipandang sebagai penguasa yang kuat, Mazzin dari keluarga Fatimiyah—pesaing dari sisa-sisa keturunan Abbasiyah—-merebut Mesir. Sehingga, kekhalifahan Fatimiyah didirikan di Mesir. Mereka menghimpun markas besar mereka di Kairo pada tahun 970. Dinasti tersebut berlangsung selama dua abad. Mula-mula menjanjikan reformasi di bawah pemerintahan yang kokoh, dinasti tersebut terkikis dengan cepat, kebanyakan penguasa menghabiskan kesenangan mereka sendiri dan tak menghimpun gagasan besar dan ambisi. Namun bagi Kristen, sebagian besar masa tersebut diwarnai ruang bernapas antara penindasan yang lama menimpa mereka. Seperti masa zaman Romawi lama, para kaisar yang kuat dan baik menindas Gereja, dan para kaisar yang lemah dan buruk membiarkannya, sehingga di bawah kekuasaan Muslim, kala fanatis kuat Islam sangat menindak "para kafir," Fatimiyah memperlakukan dengan ramah toleransi.

Khalifah Fatimiyah terbaik adalah El-Aziz (a.d. 975–996). Ia memiliki istri Kristen, salah satu dari dua saudaranya diangkat oleh khalifah menjadi patriark Melkit Aleksandria, dan yang lainnya sebagai patriark Melkit Yerusalem. Kristen tak pernah diperlakukan baik di bawah kekuasaan Muslim di Mesir seperti pada masa kekuasaan tersebut. Walaupun khalifah menikahi Melkit, sekte tersebut tak terpilih untuk hal eksklusif. Patriark Koptil Efraim sangat dihargai di istana, dan ia meminta permohonan untuk membangun ulang reruntuhan Gereja Santo Merkurius. Khalifah tersebut membujuk Severus, uskup Ushmuneyu, untuk membahas pertanyaan teologi dengan para cendekiawan Muslim yang ada. Severus sangat mengetahui sejarahnya, yang sebagian besar berdasarkan pada penjelasan Renaudot. Seperti seluruh sastra pada masa itu, ini bersifat runyam dan menekan. Severus menjadi penulis yang menghimpun penjelasan iman, sebuah risalah melawan Eutychius, sebuah penjelasan misteri inkarnasi, penafsiran tentang Injil, dan karya lainnya.

Khalifah El-Aziz yang berpikiran liberal bahkan enggan menghukum Muslim yang berpindah ke Kristen—sebuah dakwaan hukuman mati menurut hukum Islam. Di sisi lain, ia mengangkat Kristen Koptik pada jabatan-jabatan tinggi pada masa pemerintahannya. Tindakan tersebut menimbulkan rasa iri hati di kalangan Muslim, yang berniat mencabut orang-orang pada jabatan tersebut. Namun sepanjang masa itu, khalifah memulihkan mereka ke jabatan mereka. Sementara itu, El-Aziz hidup dalam kemewahan dan foya-foya. Sehingga, pada masa singkat tersebut, para anggota Gereja Koptik yang sangat tertindas dapat menikmati hal-hal baik di dunia, dan memandang balik masa-masa gelap para bapa mereka sebagai kengerian masa lalu.

Seringkali kala sinar surya kemakmuran dunia menyorot ke Gereja, ini nyaris menjadi fatal pada kehidupan dan karakter spiritualnya. Ini nampak menjadi kasus di bawah kekuasaan Fatimiyah. Kemudian, patriark Philotheus didakwa dengan dosa simony, yang didapati oleh kami dalam tawarikh Gereja di Mesir, namun tanpa keputusan pendahulunya dalam zaman keras yang lama. Karena ia dikatakan hidup dalam kemewahan, dan mencurahkan dirinya kepada kesenangan meja dan permandian seperti dunia Timur lainnya, menghiraukan tugas-tugas resminya dan mengabaikan kaumnya.

Zaman keberuntungan bagi tak lazim bagi gereja dalam urusan material disusul oleh penindasan yang lebih mengerikan ketimbang hal apapun yang timbul di bawah kekuasaan Islam—kekerasan timbul pada Khalifah Hakim yang gila, yang perhatiannya diarahkan pada bagian sebelumnya pada volume ini. Mesir menghadapi kejadian penderitaan penuhnya. Malangnya, gereja berada dalam kondisi mengenaskan pada masa itu, mengalami pertikaian di kalangan rohaniwan. Salah satu pertikaiannya terpaut pada soal campur tangan pemerintah, dan sehingga menimbulkan penindasan. Yohanes, imam Abunefer, sebuah desa dekat biara St. Macarius, yang bersedia membayar atas ambisinya kala ia maju ke keuskupan, dengan dilemparkan ke lubang oleh seorang prelatus yang murka, menyatakan janji dari patriark Zacharias agar ia harus menerima pengesahan dari keuskupan lain. Khawatir janjinya tak dipenuhi, ia mengeluhkannya kepada El-Hakim. Khalifah hanya terlalu bergegas untuk mengambil tindakan dengan menyerang kepala Gereja di Mesir. Ia menangkap Zacharias, dan,—seperti cerita yang diterima oleh sejarawan Arab Makrizi—dilemparkan ke kandang singa, yang secara ajaib enggan menyakitinya. Pada akhir masa jabatan Hakim, kala fanatisismenya akan deifikasi diri timbul, penindasannya terhadap Koptik masih keras. Seluruh ibadah Kristen dibungkam, kecuali di biara-biara terpencil; terjadi penghancuran terhadap seluruh gereja; Kristen diperintahkan memanggul salib berat dan dijadikan bahan cemoohan. Tak lama sebelum ia dibunuh, Hakim mengubah kebijakannya terhadap kristen, dan memerintahkan pembangunan ulang gereja-gereja mereka, dan peniadaan batasan terburuknya. Ini dikaitkan dengan keterpikatan yang dirasakan olehnya kala mengunjungi Zacharias di pencara, dan mengamati pertahanan dirinya yang ditunjukkan pada pria tua kecil berbusana lusuh.

Zacharias wafat sekitar tahun 1012. Ia digantikan oleh Chenouda, seorang biarawan dari St. Macarius, kala simony dalam penjualan keuskupan lebih buruk ketimbang para pendahulunya. patriark bertindak atas teori bahwa kematian uskup meninggalkan harta benda pribadinya kepada Gereja. Kala Hakim mengeluarkan dekrit toleransi dan Koptik kembali menikmati jeda dari penindasan oleh pemerintah; namun kini mereka dicobai oleh patriark mereka sendiri, yang menerapkan pemalakan dan pemerasan, meniadakan masa kebebasan dan perdamaian dengan pemerintahan Gereja yang korup. Beberapa mitigasi kejahatan disertai oleh seorang bangsawan bernama Bekr. Reformator cerdik tersebut berkarya untuk memulihkan para uskup. Pada akhirnya, ia berjanji untuk membajar bayaran khusus rohaniwan kepada Aleksandria—yang dijadikan bayaran uskup terhadap pelantikannya—jika para uskup tersebut memutuskan untuk memaklumkan tuntutan mereka. Para uskup keberatan, dan Chenouda usai menandatangani dokumen yang isinya soal tawaran yang dimajukan. Peristiwa pergesekan menyusul. Pada akhirnya, Chenouda memerintahkan agar Bekr ditangkap dan dipukuli secara terbuka.

Patriark malang tersebut yang sekarat pada tahun 1047 digantikan oleh patriark reformasi, Christobulus, yang membangun gereja-gereja, mengadakan penahbisan banyak uskup, menurunkan dan memberlakukan aturan disiplin,—kebanyakan terkait rubrik,—dan berkelana pada dan untuk menyelesaikan persoalan Gereja. Ia banyak mengurangi penjualan jabatan, namun tak dapat meniadakan praktik berskandal tersebut. Kemunculan penindasan terjadi pada masa Christobulus, dan timbul perintah penghancuran gereja-gereja dan perampasan harta benda mereka. Namun perintah tersebut hanya diberlakukan sebagian. Para khalifah Fatimiyah kini sangat lemah, dan pemerintahan jatuh lebih dan lebih ke dalam tangan para wazir mereka. Keadaannya serupa dengan Prancis di bawah kekuasaan para raja Merovingian, kala perkara negara diurus oleh abdi dalem. Terjadi pertikaian antara Turki dan budak negro, yang perusuhnya berlaku selaku barbar, merebut wilayah, merebut dan menghancurkan kitab-kitab dan karya-karya seni. Kebanyakan harta benda tersebut berasal dari istana dan biara yang jatuh ke tangan Berber, yang meniadakan penjilidan buku untuk menyelipkannya. Sebagai tanggapannya, khalifah mengirim Jenderal terkemuka Bedr-el-Jamal dan menjadikannya diktator dalam rangka memulihkan tatanan. Sosok tersebut adalah tokoh handal pada masanya, meskipun sebenarnya seorang Muslim, tetapi meredam pertikaian dalam Gereja.