Gereja-gereja Yunani dan Timur/Pengantar

GEREJA-GEREJA YUNANI DAN TIMUR
PENGANTAR

Sejarah memadai dan independen Gereja-gereja Yunani dan Timur dimulai dengan cikal bakal Kristen, dan berakar dari tindakannya dalam pengembangan keyakinan, yang berkembang di Timur dan menyebar dalam waktu sekejap di Suriah, Asia Kecil, Yunani, dan Mesir. Namun karena dua volume sebelumnya dari Seri ini ditujukan pada zaman awal Sejarah Gereja Umum, penulis saat ini membongkarnya dari keperluan memajukan tiga abad pertama dengan penuh penjelasan. Disini, satu-satu kehendak wajib mengambil survei cepat dari cerita yang disorot dari sudut pendirian Timur, mengingatkan pada keperluan kami saat ini terhadap pusat gravitasi yang berada di Antiokhia, Efesus, atau Aleksandria, ketimbang Roma atau Kartago. Namun, kala kami menelusuri abad keempat, skala proporsinya harus dirombak, dan persoalan-persoalan yang bersinggungan hanya ditujukan utnuk membahas keberanian dasar dalam volume pada Gereja Katolik Kuno kini akan menuntut penjelasan yang lebih khusus. Zaman bapa-bapa gereja, dengan kontroversi Oriental khasnya soal doktrin Tritunggal dan Pribadi Kristus, yang merupakan kisah paling berpengaruh dalam sejarah dunia Kristen Timur. Zaman ini merupakan mahkota dan bunga dari zaman sebelumnya, dan menghasilkan benih dari nyaris semua kepentingan vital pada zaman-zaman berikutnya. Dengan pengecualian Hosius dari Cordova, yang kegiatannya utamanya menyaksikan dunia Timur, dan Hilary dari Poitiers, teolog soliter pangkat satu yang membahas masalah Tritunggal di Barat pada abad keempat, semua penulis dan guru besar dari zaman menakjubkan dari dialektik teologi yang berada dalam Gereja Yunani. Ambrosius pada akhir abad ini, dan Agustinus dan Hieronimus pada paruh awal abad berikutnya, mengembalikan keseimbangan dengan Barat; namun oleh tanda waktu mereka mendatangkan pergesekan antara dunia Kristen Timur dan Barat lantas nampak, dan setiap cabang kini menjadi lebih khas dan terpisah dalam kehidupan dan sejarahnya.

Kala kami menengok kembali ke periode awal penyatuan Katolik, kami tak dapat melakukan hal lain selain mengakui kedinian karakteristik Timur-nya. Perlu diakui, dalam cikal bakal dan perkembangan awalnya, Kristen harus dipandang agama Timur. Dalam pemenuhan takdir menakjubkannya, ini dengan cepat beralih ke Barat untuk panen misionaris terkayanya, karena disini ditemukan tanah paling suburnya, dan upaya perluasannya ke Timur Jauh relatif tak berhasil.

Saat ini, agama tersebut secara spesifik menjadi agama Barat, dan perpanjangan semacam itu diperkenalkan oleh upaya halus dan menyakitkan terhadap peradaban India dan Tiongkok kuno. Kami mengetahuinya pada tulisan Latin atau Teutonik, sehingga bentuk cikal bakal Timurnya disamarkan oleh ciri khas Baratnya. Dunia Kristen Protestan meliriknya pada tahap terakhir sepanjang empat tahap yang telah dilalui, mula-mula Aram, kedua Yunani, ketiga Latin, dan keempat Teutonik. Empat tahap tersebut secara khusus diwakilkan oleh para rasul awal, konsili dan pengakuan iman, Gereja kepausan abad pertengahan, serta Martin Luther dan Protestanisme. Kini, Gereja-gereja Yunani dan Timur masuk dalam dua tahap terawal, atau lebih dari itu, pastinya, secara khusus pada takap kedua; bahkan Gereja Siria pada masa berikutnya secara mutlak bergantung pada Yunani. Namun kami mulai dengan keadaan dunia Timur. Kristen menyebar di tanah agama Semit kuno. Yahudi dari para rabi hanya mewakili kejayaan keyakinan yang dicetuskan oleh para nabi kuno, dan injil mengabulkan salah satu nubuat para nabi tersebut dengan menyatakannya sebagai "akar yang keluar dari tanah kering." Selain itu, ini membutuhkan tanahnya, diganggu oleh kekhawatiran dan perlakuan buruk karena mereka tak dapat menerima fakta bahwa Yesus adalah orang Yahudi karena keanehan sifat atau takdir nasibnya. Selain itu, seluruh rasul adalah Yahudi, sangat nampak pada semua penulis Perjanjian Baru kecuali satu, dan mungkin ia adalah seorang proselit. Injil kerajaan Allah mula-mula dikotbahkan dalam bahasa Aram, dalam dialek Siria lokal dituturkan pada masa Allah kami dan murid-murid-Nya. Catatan ajaran Yesus Kristus terawal yang sepengetahuan yang kami miliki ditulis dalam bahasa Ibrani, atau Aram. Kitab-kitab suci dipakai oleh gereja perdana dan dipakai untuk mengotentikkan pesan mereka yang terdiri dari tulisan-tulisan Ibrani; dan walaupun Perjanjian Lama umum dibaca dalam terjemahan Yunani, gagasan dan penggambaran Semitiknya mewarnai seluruh keberadaan kebenaran Kristen. pada saat ini, tak hanya teologi kami, kotbah kami, doa atau kidung kami, namun sastra dan pernyataan politik kami dilandaskan pada Orientalisme Alkitab. Kemudian, seperti yang sering menjadi kasus dalam nuansa paling patetiknya, Sir Walter Scott mengadopsi bahasa Alkitab, atau kala salah satu negarawan kami memberikan diskinya dengan digambarkan dari "kehendak Inggris murni," Versi Wajib Alkitab Inggris, umumnya mengandung beberapa Semitisme yang memberikan unsur pilihannya pada pasal tersebut.

Secara langsung, kami mengalihkan ke langkah pengembangan kedua, Yunani, kami langsung memperlebar ranah pengamatan. Zaman Semitik sangat temporer atau sementara, meskipun, pada awalnya, ini meninggalkan markahnya pada semua yang diikuti. Namun tak lama kemudian, injil diluncurkan di lautkehidupan dunia yang besar alih-alih dilewati dalam bentuk Yunani, kali ini diperluas dalam bahasa Yunani dan secara bertahap membentuk pemikiran yunani. Yesus Kristus nampak mengetahui dialek Yunani populer pada zaman-Nya, meskipun nyaris pasti bahwa ia terbiasa menuturkan bahasa Aram, bahasa kampung halaman dan masyarakat-Nya. Para rasul seharusnya berkotbah dalam bahasa Yunani kala mereka melalui wilayah sempit Palestina, Paulus, Barnabas, Stefanus, Filipus, Apolos, Timotius—pada kenyataannya, seluruh misionaris awal yang kami ketahui, selain Dua Belas Rasul, Yakobus dan Markus—merupakan orang-orang Yunani, atau bahkan dalam beberapa kasus sebenarnya berdarah Yunani, seperti Lukas dan Titus. Seluruh kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani, disamping fakta bahwa dua kitab dari kitab-kitab tersebut nampaknya ditujukan untuk Yahudi, dan satu ditujukan ke Roma dan lainnya ke sebuah koloni Romawi. Seluruh tulisan Bapa-bapa Apostolik berbahasa Yunani, walaupun mereka berasal dari tempat-tempat yang sangat jauh seperti Roma, Asia Kecil, dan mungkin Mesir dan Siria. Yunani adalah bahasa penulisan Gereja di Barat serta di Timur sampai akhir abad kedua, kecuali di Afrika Utara yang memakai bahasa Latin, dan di Lembah Efrat yang menuturkan bahasa Suryani.Sampai kami mencapai abad ketiga, kami tak mendapati tulisan Latin penting dalam gereja Roma. Hipolitus, yang menjadi martir antara tahun 233 dan 239, menulis dalam bahasa Yunani. Uskup-uskup awal Roma memakai nama-nama Yunani. Yustinus Martir, yang berasal dari Samaria, menjadi penginjil penjelajah yang membawa misinya sampai sejauh Roma di tempat ia akhirnya meninggal, menulis permohonannya kepada para kaisar dan Senat, serta dialognya dengan orang Yahudi, memakai bahasa Yunani. Di Gaul, kami mendapati Gereja-gereja Lyonne dan Vienne mengirimkan catatan penindasan yang dialami oleh mereka di bawah kekuasaan Markus Aurelius untuk mengukuhkan mereka di wilayah Timur dalam bahasa Yunani. Irenæus uskup mereka menerbitkan karya terkenalnya Melawan Seluruh Bida'ah dalam bahasa Yunani. Kristen mungkin nampak mula-mula membuat perjalanannya ke Eropa Barat di kalangan pemukim Yahudi, Yunani, dan Siria—para kolonis, pedagang, dan budak. Kami tau bahwa di Roma mula-mula muncul Ghetto di kalangan Yahudi Yunani. Gereja-gereja Lyonne dan Vienna nampak terpisah dari koloni Yunani di Marseilles. Uskup terkenal mereka Irenæus datang kepada mereka dari Asia Kecil, dan mereka memutuskan untuk membiarkan diri mereka sendiri bersentuhan dengan Yunani dari cikal bakal Timur itu.

Kini, pengaruh kenyataan tersebut dapat dianggap berlebihan, meskipun ini sampai dibayangi oleh seri fakta lainnya. para sejarawan gereja seringkali menyerukan perhatian terhadap signifikansi mendalam dari pendirian Kekaisaran Romawi tepat sebelum kemunculan Kristen di dunia. Pax Romana yang meliputi seluruh Laut Tengah memberikan kebebasan perjalanan kepada para misionaris pertama dan membolehkan pendengaran perhatian kala mereka inginkan. Di segala tempat, mereka nampak sebagai warga satu kekaisaran yang berkotbah kepada para sesama warganya dari kekaisaran yang sama. Mereka dilindungi dari pemberontakan rombongan fanatik oleh pemimpin Romawi yang kuat; dan mereka dapat berjelajah dengan mudah dan aman di sepanjang jalan raya Romawi yang dibuat dengan baik dan dijaga dengan baik. Memilih kota-kota besar untuk pusat utama karya mereka, mereka mendapati provinsialisme lenyap sebelum memperlebar gagasan kosmopolitan, dan sehingga nuansa di tempat sebuah injil menempatkan pengikatan keirian nasional dapat lekas banyak menerima perhatian simpatik. Selain itu, dari abad kedua dan seterusnya, kami melihat pertumbuhan hukum Romawi dalam badan yurisprudensi kuat yang ditujukan untuk dipadukan dengan doktrin Kristen dalam membentuk dua faktor mutlak dari peradaban abad pertengahan dan modern. Secara bertahap, kecerdasan Roma dalam pemerintahan beralih dari kekaisaran ke Gereja, dan para paus menganggapnya warisan kekuatan yang jatuh dari tangan para kaisar. Ini adalah kebenaran untuk mengujarkan bahwa kontribusi Roma pada perkembangan—dan kemudian pengikisan—Gereja menjadi faktor pengaruh langsung. Meskipun ini merupakan fakta tak menguntungkan yang didapatkan pada pengaruh Roma yang telah menarik perhatian dari orang-orang Yunani. Sampai saat ini, Perjanjian Baru dianggap terdiri dari dialek provinsial dan teologi. Namun temuan papirus kontemporer di Oxyrhynchus dan kajian inskripsi yang ditemukan di Mesir, Asia Kecil, dan sebagian besar kekaisaran, menunjukkan bahwa bahasa Yunani "Helenistik" ini menjadi bahasa umum untuk dokumen bisnis dan perbincangan pribadi—penagihan pengangkutan, penerimaan, surat-surat keluarga—sepanjang seluruh orang yang banyak bermukim di wilayah-wilayah tersebut. Ini merupakan pemastian baru dan menunjang bahwa "dialek umum Yunani lebih banyak dipakai ketimbang hal yang telah dibayangkan. Sangat nampak tercatat soal fakta bahwa sastra gereja perdana berbahasa Yunani, dan ini melenyapkan gagasan bahwa para penulis mengikuti pernyataan tertulis seperti para biarawan abad pertengahan dengan memakai bahasa Latin. Mereka menulis dalam bahasa Yunani ringkasnya karena setiap orang menulis dalam bahasa Yunani, baik dalam hal bisnis atau perbincangan sosial. Dampak kenyataan ini berjumlah banyak dan beragam. Di tempat pertama, para misionaris Kristen mendapati lingua franca yang mereka dapat pakai dalam pesan mereka dimanapun mereka inginkan, di setiap peristiwa di jalan-jalan utama yang mereka biasanya ikuti, dan di pusat-pusat populasi besar di tempat sebagian besar mereka menjalankan karya mereka. Sehingga, pemakaian luas dari satu bahasa yang dipakai dengan pemerintah umum dari satu kekaisaran menyediakan kondisi semacam itu untuk menyebarkan keyakinan universal yang belum pernah disaksikan dunia sebelumnya. Di tempat kedua, fakta bahwa bahasa ini adalah Yunani memiliki dampak intensif kuat pada karya misionaris sebagai pengaruh khususnya karena penggunaan umumnya di seluruh bagian besar kekuasaan Romawi. Tak ada hal semacam itu seperti "bahasa mati" untuk orang-orang yang membaca dan berbicara secara cerdas; dan tentunya pada zaman gereja perdana, meskipun tantangan zaman klasik telah dilalu, bahasa yang ditulis oleh Plato, yang terkikis seperti saat ini, berasal dari "pergerakan awan kejayaan" Gereja. Untuk hal baik atau hal buruk, gagasan Yunani merasukan Gereja bersamaan dengan bahasa Yunani. Dengan para penulis yang lebih cerdik, ini diperbolehkan secara sadar.

Bahkan St. Paulus menunjukkan akar pengaruh Yunani, khususnya dalam doktrinnya soal daging, yang tak ditemukan dalam ajaran Yahudi murni atau gereja perdana, dan dalam bahasa yang ia pakai untuk menyebutkan Kristus, yang terbaca seperti gema Filo, serta bukti alusi-alusinya terhadap Kitab Kebijaksanaan Yunani. Penekanan ini sangat nampak dalam Surat kepada jemaat Ibrani. Terdapat akar di dalamnya yang disebut "Surat Barnabas." Kebanyakan penulis gereja perdana yang dikenal sebagai Bapa-bapa Apostolik menulis secara sekilas dan terapan dengan rujukan kecil ke dunia luar. Namun pengaruh Yunani berkembang di kalangan Apologis, golongan yang menjadikannya usaha mereka untuk mengirim injil dalam kontak dengan pemikiran zaman mereka Aristides datang ke Yunani memakai jubah filsuf konvensional; Yustinus Martir masuk Kristen melalui Platonisme dan ia membuat upaya serius pertama untuk menyatukan Filsafat dengan Injil, dengan memadukan Logos Santo Yohanes dengan Logos Filo dan Stoik. Pada Klemens dari Aleksandria, kami mendapati pembelajaran sastra klasik, dan penerusnya Origenes, kami mendapati pembelajaran filsafat Platonik, yang terbawa secara ragawi pada penjelasan kebenaran Kristen. Sehingga, perpaduan doktrin dalam Gereja menjadi proses penerapan pemikiran Yunani untuk mengolah data yang dibawa oleh fakta sejarah Injil dan kebenaran Kitab Suci dan pengalaman. Bahkan metode dialektikal dari sofis diadopsi oleh para teolog Kristen, dan pengerjaan lisan dari retorikawan dipakai oleh para pengkotbah gereja. Penjelasan Alkitab mengikuti pengerjaan yang dilakukan oleh para pakar tata bahasa Aleksandria dalam menafsirkan Homerius, dan bentuk kotbah Kristen berdasarkan pada "penjelasan" singkat, yang nampaknya telah distereotipekan sepanjang masa, merupakan peniruan dari orasi bersama kalangan sofis sebagau pengembangan arti tersembunyi dari baris tunggal Homerius.

Dunia Yunani-Romawi yang menjadi tempat injil diluncurkan oleh para rasul dan pengikut mereka menjadi samudra yang nampak dari kehidupan dan pemikiran yang tiada akhir, pada periode transisi setelah pembatasan rasial dan nasional lama disingkirkan dan menghadap air pasang yang terasa sangat kuat dalam satu pengarahan. Kami dapat membandingkannya dengan laut, yang dipatahkan oleh pertikaian lintas kejadian dan disertai oleh gelombang angin dari setiap penjuru kompas. Dalam sastra, kesenian, filsafat dan terburuk dari semua moral, ini merupakan zaman dekaden; masyarakatnya bak mencirikan diri mereka sendiri sebagai fin de siècle. Dan sehingga, kala kerakusan buas dan sifat mengerikan merajalela di kalangan plotkrasi, tak diragukan ada banyak orang-orang tak bersalah yang menjalani hidup sederhana di tempat daerah terpencil. Tentunya tak sedikit kota yang sama-sama mengharapi terang kebenaran dan kekuatan kemurnian. Namun tak ada jawaban jelas terhadap dorongan tanggapan pertanyaan mereka. Telinga mereka disayat oleh segerombolan suara. Pertanyaan untuk kebenaran dan kebaikan timbul dari banyak tempat dikehendaki yang didorong oleh banyak jalan membingungkan yang terbuka sebelumnya; dan para pencari menghadapi summum bonum yang lenyap dalam sejumlah besar gagasan. Filsafat menjadi sinkretis agama yang ekletik. Keduanya nampak di permukaan luas; maupun bagian dasar yang tersentuh. Sehingga tak ada penetapan, tak ada keputusan. Nyaris pengalaman identik Yustinus Martir pada abad kedua dan Agustinus pada abad keempat, perjalanan mereka dari guru ke guru dan dari sekolah ke sekolah namun tak mendapati rehat, menjadi nasib tak terhindarkan dari jiwa-jiwa terawal dalam berabad-abad yang menyusul keretakan dunia lama, namun tak nampak konsolidasi dunia baru.

Selain itu, zaman tersebut biasanya konstruktif. Skeptisisme teoretikal Akademi, ketidakpercayaan bulat terhadap Julius Cæsar, dan ateisme praktikal Nero, telah memberikan tempat pada kebangkitan kepercayaan di tempat yang belum pernah terlihat. Ini sering mengambil bentuk supertisi, yang merupakan Nemesis dari kepercayaan yang beredar. Keajaiban banyak dipraktekkan oleh para penerapnya dan banyak diyakini oleh murid-muridnya. Orang-orang mengatur kehidupan mereka lewat tanda-tanda. meskipun ceramah-ceramah yang dimuliakan dari Delfi dan kuil kuno lain biasanya diabaikan, tanda dari penerbangan burung atau pemeriksaan jalur lebih banyak selaras ketimbang yang terjadi. Ini terjadi semunya. Keajaiban menjadi penghinaan agama, keperluan materialistik untuk kebenaran spiritual telah ditinggalkan. Hati umat manusia "berisi kekosongan." Itu terjadi jika bukan spiritualitas yang akan disambut, menerima demonologi menggantikan teologi, dan memberikan kursi kepada orang ajaib yang telah dimajukan nabi. Semua ini nampak pada zaman itu yang juga menyaksikan kemajuan keyakinan baru yang ditujukan untuk mengikis dunia. orang-orang membuat upaya kalut untuk menyelamatkan diri mereka sendiri agar tak tenggelam dalam samudra hitam dari korupsi spiritual dengan memegangi puing-puing mengambang dari kultus-kultus yang ada. Sementara itu, terdapat upaya serius untuk menjalankan kehidupan keagamaan yang sebenarnya. Augustus, yang diperingatkan akan skeptisisme pedas yang penguasa celik tersebut anggap menaungi fondasi masyarakat dan melandasi lembaga perdaban, dibawa pada karya bangunan kuil besar dan menghimpun upacara-upacara suci pada altar-altar yang ada. Namun, agama negara tak pernah menjamah kehidupan masyarakat, yang masih dingin dan tak berbeda. Lares dan Penates masih dihormati di tempat-tempat gaya lama dari luar jalan; namun Zeus dan Athene, Jupiter dan Minerva, tak lagi disebutkan di kalangan yunani dan Romawi secara tersurat. Pada abad pertama, nyaris sepanjang dua puluh abadi, di antara yang tertanam, mereka menjadi gelar dan keilahian klasik dari para penyair. Selain itu, pemujaan Roma terhadap sosok kaisar, mula-mula kaisar yang menjemput ajal, kemudian despot yang memerintah, hal lain melebihi fungsi negara teramati dalam kekhawatiran dakwaan læsæ majestatis.

Namun ini bukanlah dari tempat kedasaran tersebut timbul. Itu tumbuh di Timur dan menyapu gelombang demi gelombang penarikan keagamaan di belahan dunia Barat. Kamu mungkin nyaris berkata bahwa Kristen sendiri dibawa ke seluruh belahan kekaisaran bersamaan dengan gelombang kebangkitan keagamaan, jika kami tak tau bahwa ini digerakkan lewat kebajikan kehidupan spiritualnya sendiri. Selain itu, ini menyiratkan bahwa Kristen muncul pada zaman revivalisme, dan menjadi sebuah agama sukses di antara banyak upaya pesaingnya untuk mengirim kembali dunia ke esensi tak nampak. Dari Asia Kecil datang pemujaan "ibu besar," yang dikaitkan dengan pengurbanan kuno taurobolium dan permandian darah yang memurnikannya. Dari Mesir, terbawa pemujaan Isis dan Serapis oleh pasukan berjubah putih, para pendeta, yang nampak menjelankan prosesi melalui jalan-jalan kota Eropa, memperkenalkan misteri-misteri zaman kuno untuk mentakjubkan dunia Barat—dengan mengisahkan Isis, Ratu Sorgawi, yang menyapkan jkalan untuk pemujaan Gereja terhadap Ratu Sorgawi-nya, Theotokos, "bunda Allah"—menyatakan keajaiban Serapis, dewa dunia orang mati yang tak terlihat, dengan janji kehidupan abadinya. Di atas semua itu, dari Persia datang pemujaan Mithra, yang, dari malaikat Mesias dari agama Zoroastrian sebelumnya, meniadakan pemujaan Babilonia terhadap Bel, yang dijadikan dewa surya besar, pemimpin keilahian para kaisar Romawi dari generasi ke generasi, sehingga Konstantinus memiliki gambarnya pada bagian ekor koin yang mencantumkan labarum kristen di bagian kepala. Sehingga, ini menjadi keampuhan dari pemujaan tersebut, yang Renan katakan, "Jika dunia tak menjadi Kristen, dunia akan menjadi Mithrastik." upacara pembaptisan dan perjamuan roti dan anggur dikecam oleh para penulis Kristen sebagai peniruan sakramen Kristen. Meskipun pemujaan-pemujaan Asia terbawa ke dunia Barat, Yunani lebih tertarik oleh upacara ringan terhadap Adonis. Agama-agama Timur tersebut memiliki perhimpunan anggota mereka, dengan para rohaniwan disebut "presbiter," sehingga kala para rasul mendirikan gereja-gereja untuk para pengikut mereka, para pengamat tingkat tinggi di dunia Yunani dan Romawi mula-mula akan melihat persaudaraan Kristen dari apa yang menjadi dorongan dari penghimpun agama baru.

Terakhir, kebangkitan agama ini disertai oleh upaya reformasi moral dan menandai laju ajaran etik. Di Roma, Seneka, pengajar dan pembimbing Nero dan kemudian pendeta petinggi kaisar gila tersebut, mengajarkan prinsip-prinsip tugas paling menonjol yang diketahui dunia pagan, prinsip-prinsip seperti agar mereka mendapati dalam Perjanjian Baru bahwa menyiapkan mata uang diberikan pada pemalsuan-pemalsuan yang mendukung legenda hubungan Stoik Romawi dengan St. Paulus. Di Timur, Plutarkh menjelaskan nilai-nilai kuno, mendasarkannya pada keyakinan agama, dan ditambah dengan ajaran Stoikisme soal kemanusiaan yang baru yang memiliki dampak menonjol dalam meredam brutalitas masyarakat. Ini akan menarik perhatian lebih pada zaman-zaman selanjutnya jika tak diwarnai oleh kejayaan ketertarikan kemanusiaan yang lebih besar yang berkembang di dalam dada sekte baru dari Galilea. Pada abad berikutnya, penggembala Epiktetus mengajarkan ajaran-ajaran kemerdekaan moral, dan Kaisar Markus Aurelius duduk pada malam hari di api kemahnya di Danube untuk menulis meditasi terhadap tugas dan pengunduran diri. Stoikisme memenangkan sokongan unsur terkuat dan terbaik pada jenis penugasan yang sangat tinggi. Namun kejayaannya menjadi rahasia dari kegagalannya. Hanya unsur terbaik dan termurni yang dapat menghirup udara dari puncaknya sendiri. Masyarakat tak pernah meminatinya; dan ini tak memiliki kekuatan untuk pulih dari kegagalannya. Dunia tidaklah seburuk satiris Juvenal dan Martial yang dapat membimbing mereka; maupun mereka harus menghakiminya dengan sifat gosip istana Suetonius yang bertugas untuk memurkai masyarakat terhadap keberadaan skandal kehidupan tingkat tinggi, atau ironi sardonik Tacitus yang menulisnya sebagai kritik pada oposisi. Bahagianya, Roma tak menjadi alat kekaisaran. Tak hanya ada banyak upaya serius dari hal-hal baik, namun monumen-monumen di makam-makam mengandung sentuhan catatan dampak keluarga sederhana yang dapat berkembang di dunia yang rusak. Dan esensi kegagalan mendalam memberikan nada berkabung untuk spekulasi dari sosok paling terkini yang memajukan kesejahteraan sosial. "Tak ada pelayangan khayalan," ujar Harnack, yang menulis pada zaman berikutnya, yang sama-sama rusak, "yang dapat membentuk gagasan apapun dari apa yang akan terjadi pada dunia kuno atau Kekaisaran Romawi pada abad ketiga, itu bukanlah untuk Gereja.