Katalog Ragam Alat Permainan Tradisional pada Khazanah Manuskrip Jawa/AD03-Ngundha Layangan

Ngundha Layangan adalah permainan ke-53 pada Jongensspelen. Permainan ini merupakan variasi ke-3 dari permainan layangan yang ada pada Jongensspelen. Kata Ngundha memiliki arti secara harfiah menerbangkan maka ngundha layangan berarti menerbangkan layangan.[1] Perbedaan yang dapat terlihat dari permainan ngundha layangan dibanding layangan bapangan dan layangan ujungan adalah bentuknya. Ngundha layangan berbentuk seperti berlian, sama seperti layangan umum yang dimainkan di masa kini. Usia minimal yang dapat memainkan permainan ngundha layangan adalah 20 tahun. Permainan ini minimal dilakukan oleh dua orang karena mereka akan beradu layangan hingga salah satu putus atau beradu cepat menarik layangan.

Anak-anak bermain ngundha layangan

Jejak masa kini sunting

Layangan adalah salah satu permainan tradisional yang masih dimainkan sampai sekarang. Bentuk dari layangan bapangan masih sering dijumpai pada festival-festival layang-layang di kota besar. Bentuk dari ngundha layangan sendiri adalah bentuk paling sederhana yang dapat dijumpai dalam kegiatan-kegiatan menerbangkan layang-layang. Permainan layangan berfungsi untuk melatih kreativitas anak karena mereka harus membuat layangan tersebut sendiri, tentu hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan kreatif mereka dalam memproyeksikan imajinasi.

Bahan baku sunting

  • Kertas
  • Bambu
  • Kertas
  • Benang pilin/kapas
  • Serbuk kaca
  • Bahan perekat
  • Kulit pohon waru

Cara membuat sunting

  1. Raut dua bambu untuk menjadi kerangka layangan.
  2. Ikat dengan benang.
  3. Lapisi dengan kertas.
  4. Gambar layangan dengan bentuk sesuai keinginan.
  5. Rol benang yang digunakan sebagai pegangan dilapisi dengan serbuk kaca dan bahan perekat menggunakan kulit pohon waru.

Cara bermain: sunting

  1. Terbangkan layangan.
  2. Permainan dapat dilakukan dengan ulur atau secara sederhana tarungkan.
  3. Cara lain dapat beradu cepat menarik layangan.

Referensi sunting

  1. Poerwadarminta. (1939). Bausastra Jawa. Batavia: J. B. Wolters' Uitgevers-Maatschappij N. V. Groningen.