Katalog Ragam Alat Permainan Tradisional pada Khazanah Manuskrip Jawa/UB06-Egrang

Egrang adalah permainan ke-61 pada manuskrip Jongensspelen. Egrang adalah alat yang terbuat dari bambu untuk berjalan.[1] Peraturan dari egrang adalah menjaga keseimbangan jadi selama pemain masih belum terjatuh dari egrang maka permainan terus berlanjut. Permainan egrang tidak memiliki usia minimal untuk dapat dimainkan. Selain itu, Permainan egrang pada manuskrip Jongensspelen tidak dijelaskan harus dimainkan oleh berapa anak tetapi ilustrasi manuskrip Jongensspelen menunjukan bahwa permainan dapat dilakukan minimal tiga orang atau lebih supaya lebih meriah. Egrang memiliki perlombaan rutin yang dinaungi oleh FORMI. Petunjuk Teknis perlombaan egrang FORMI menyebutkan bahwa egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum diketahui secara pasti berasal dari daerah mana, hal tersebut dikarenakan egrang menurut data FORMI dapat ditemukan di berbagai daerah dengan nama yang berbeda. Beberapa variasi egrang seperti tengkak-tengkak di sebagian Sumatera Barat dan Ingkau dari Bengkulu.

Anak-anak bermain egrang

Jejak masa kini sunting

Tidak diragukan bahwa hampir semua orang di masa kini mengenal egrang meskipun tidak semua orang pernah memainkannya. Permainan ini bahkan memiliki kompetisinya sendiri yang diatur oleh FORMI. Permainan ini sangat baik untuk melatih kesabaran, ketekunan, dan keseimbangan anak. Tidak heran permainan ini masih dimainkan dan dikenal masyarakat karena memiliki banyak fungsi baik, mudah dibuat, dan memiliki aturan yang sederhana.

Bahan baku sunting

  • 2 bambu dengan panjang 1,72 m
  • 1 bambu yang lebih pendek

Cara membuat sunting

  1. Potong bambu yang lebih pendek sesuai panjang kaki sebanyak satu pasang.
  2. Pasang bambu yang telah dipotong ke bambu yang lebih panjang.
  3. Sesuaikan dengan seberapa tinggi pijakan yang diinginkan.

Cara bermain sunting

  1. Injak kaki pada pijakan dan memegang bambu dengan tangan untuk menjaga kesimbangan.
  2. Lakukan terus hingga kesimbangan hilang dan terjatuh.
  3. Jika terjatuh memulai kembali.

Referensi sunting

  1. Poerwadarminta. (1939). Bausastra Jawa. Batavia: J. B. Wolters' Uitgevers-Maatschappij N. V. Groningen.