Kelahiran Kembali Turki/Bab 10

X

PERJANJIAN TAHUN 1907 DAN KEKHALIFAHAN

BRITANIA RAYA MENJANJIKAN KONSTANTINOPEL KEPADA RUSIA—NASIONALISME ​ARAB DAN TEMPAT-TEMPAT SUCI ISLAM—HEJAZ MENJADI MERDEKA DARI KONSTANTINOPEL—INGGRIS MEREBUT YERUSALEM—​AGITASI KEKHALIFAHAN DI INDIA.

Entente Inggris-Rusia yang telah dibentuk oleh Perjanjian tahun 1907, datang untuk bekerja pada 1914 sesuai rencana, pergerakan Rusia dilakukan dari utara dan pergerakan Inggris dari selatan. Kejadian perpecahan akhir Kekaisaran Utsmaniyah telah datang, seperti kejadian yang tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah imperialisme modern dan nampaknya tak terjadi lagi.

Pada awal 1915, Britania Raya dan Rusia menulis kelanjutan dari Perjanjian tahun 1907 dalam perjanjian Sazonoff, yang dinegosiasikan di London. Penyerahan Inggris berlanjut. Di bawah keputusan perjanjian tersebut, Konstantinopel, kursi Kekhalifahan dan ibukota politik Islam, diserahkan kepada Rusia dan zona netral di Persia (kecuali yang dibuat untuk kota Ispahan) ditambahkan pada zona Inggris. Perjanjian tersebut masih dibiarkan rahasia. Pada kesempatan kala Pemerintah India mengadakan setiap upaya untuk mengerahkan ulang Muslim India pada subyek Kekhalifahan, golongan tersebut dapat meledakkan India.

Pemisahan Inggris-Rusia di Kekaisaran Utsmaniyah kemudian disepakati. Mesopotamia diserahkan kepada Britania Raya dan provinsi-provinsi timur kepada Rusia (tanpa niat untuk kemerdekaan Armenia bagi Pemerintah Sekutu yang seringkali menyatakan perhatian). Palestina, sebuah bagian integral dari kekuasaan Khalifah, diberikan kepada rezim Barat internasional, dan sisa koridor Suriah, bersama dengan wilayah besar yang terbentang dari timur laut sampai garis depan Rusia yang baru dan timur garis depan Persia, diberikan kepada Prancis sebagai penyangga antara kekuasaan Rusia dan Inggris. Namun, Jerman mendorong Paris untuk membuatnya tak memungkinkan bagi Prancis untuk mengerahkan pasukan untuk pendudukan zonanya. Di bawah tekanan militer di Front Barat, prancis tak memiliki sumber daya selain memanggil Konsul-Jenderal di Beirut dan menjalin pemantauan diplomatik pada zonanya. Secara kebetuhan, zonanya meliputi Aleppo, tumit Achilles dari Kekaisaran Utsmaniyah, yang hanya terbentnag jarak dua hari perjalanan dari Alexandretta yang menempuh pelayaran separuh hari dari pangkalan Inggris di Famagusta, Siprus. Namun walau Pemerintah Inggrsi meningkatkan proyek penyerangan di Aleppo lagi dan lagi, Prancis dan Rusia bergerak dan menyatakan veto mereka. Akibatnya, Pasukan Ekspedisioner Inggris dan Pasukan Ekspedisioner India “D” di Mesopotamia ditempatkan dalam posisi penting dalam beroperasi selama empat tahun melawan musuh yang mengerahkan militer terbuka di Aleppo.

Ini menjadi memungkinkan untuk merekonstruksi program perang Inggris. Proyek Tanjung Harapan-Kairo-Kalkuta yang dicetuskan mewujudkan Terusan Suez pada 8.000 mil wilayah Inggris yang terbentang dari Afrika Selatan sampai India, merupakan tujuannya. Ini bukanlah kejadian dalam perkembangan Kekaisaran, ini adalah klimaks dan pembuahan penuh. Ini adalah puncak imperialisme Inggris.

Pusatnya adalah Kairo dan dengan pintu masuk Kekaisaran Utsmaniyah kepada aliansi musuh, Kedubes Inggris besar di Konstantinopel mengundurkan diri atas bujukan Agensi Inggris di Kairo. Dari Kairo, Islam terlumpuhkan oleh perpecahan antara Arab dan Turki. Jika Lord Kitchener hidup saat ini, ini nampak aman untuk dikatakan bahwa ia akan menjadi penguasa di Kairo dari wilayah Arab yang terbentang dari Sudan sampai Persia, dengan pusat di Makkah atas perantara Raja Hussein yang dihormati oleh Kekhalifahan Islam yang baru dihimpun. Karena bagi Kekhalifahan Utsmaniyah, Czaris Rusia menurunkan Sultan ke tingkat Amir Anatolia, sebuah program yang didorong oleh Kemenlu dan hasilnya adalah apa yangw arga Inggris sejak perang sebut sebagai “pengunduran diri” Inggris di India. Kami di Barat dapat memahami secara lebih menyorot apa yang “saudara kami Turki” artikan kepada Islam di india jika kami berada dalam perilaku memasuki India lewat rute darat alih-alih rute laut yang biasa mereka pakai….

Deklarasi perang Britania Raya melawan Kekaisaran Utsmaniyah pada 5 November 1914, memperkenankannya untuk membawa Siprus ke Kantor Kolonial sesekali. Di Kairo, ini membolehkan Agensi inggris untuk menggulingkan Khedive Sultan dan membentuk Khedive-nya sendiri. Permohonan berulang London kepada Prancis atas warga Mesir membuatnya menghimpun penundaan akhir kedaulatan Utsmaniyah namun situsiasinya menjadi sulit dan Protektorat Inggris diproklamasikan, Khedive Agensi tersebut memegang gelar Sultan. Agensi tersebut kini naik status menjadi Keresidenan dan darurat militer diproklamasikan. Tak lama kemudian, pasukan Jerman dan Utsmaniyah menyerang Terusan Suez sementara pasukan India Britania, Australia dan Selandia Baru belayar memakai rute menuju Prancis dan tepi-tepi garisun dengan perkumpulan campuran pasukan yang dikenal sebagai Pasukan di Mesir, sebuah Pasukan yang tak menentu karena Lord Kitchener setelah itu diingatkan ulang apakah ini diharapkan untuk mempertahankan terusan atau terusan diharapkan untuk mempertahankannya. Musuh terlempar balik dari tepi terusan dan, menghimpun dirinya melintas untuk mendirikan jembatan Kantara, Pasukan Ekspedisioner Mesir menandai waktu kala Sherif Agung Makkah mengkomunikasikan keputusan nasionalisme Arab kepada Keresidenan Kairo. Nasionalisme Arab menjadikannya perlu bagi Kemenlu di London untuk mengkonsultasikan Prancis dan dampak dari konsutlasi tersebut adalah perjanjian rahasia Sykes-Picot yang tak lama menahan Keresidenan di Kairo dan tak lama menahan kami disana.

Namun, apa yang menguntungkan perhatian disini adalah fakta bahwa nasionalisme Arab melibatkan Makkah, Madinah dan Yerusalem, tiga situs tempat tersuci Islam. Dengan Pasukan Ekspedisioner Mesir menghimpun waktu di Kantara, Makkah dan Madinah menghimpun ruang selatan dari pergerakannya dan utara di ujung hilir koridor Suriah yang melewati Yerusalem. Ketiganya menghimpun jalur yang terbentang di sepanjang jalur pergerakan Pasukan Ekspedisioner Mesir, sebuah garis yang dijaga seluruh Islam oleh Kahlifah Usmaniyahnya dan juga menjaga Islam di India oleh pemahaman pemeritnah India bahwa Kekhalifahan adalah persoalan bagi wacana Muslim sendiri untuk memutuskan. Namun, jalur penjagaan tersebut terbentang di sepanjang lutut Kairo-Kalkuta dari segitiga Tanjung Harapan-Kairo-Kalkuta dan dalam waktu Kemenlu menangani perintahnya. Keresidenan di Kairo mulai mengerahkan Arabia Inggris yang harus menghadapkan ke Makkah dengan ibukota-ibukota provinsi di Damaskus dan Bagdad.

Ini memberikan dampak pada salah satu keputusan paling dikenang dalam sejarah Kekaisaran yang semapt menyebut dirinya “Kekuatan Muslim terbesar di dunia,” sebuah keputusan yang menghimpun kedalaman penyerahan Inggris dalam Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907. Kekhalifahan Utsmaniayh menjadi pembatas besar terakhir di garis depan imperialisme. Perjanjian tahun 1907 mematahkannya.

Keresidenan kini tak kehilangan waktu dalam menjalin kontak dengan Sherif Agung Makkah. Kehalifah Utsmaniyah mengkhawatirkan pengerahan ke Hejaz, namun putra Sherif, Feisal, merancang barisan terhadap mereka di Madinah di terminus selatan Jalur Kereta Api Hejaz. Meskipun para perwira Inggris mengarahkannya dalam upaya berulang untuk mengisolasi Madinah dengan memotong Jalur Kereta APi Hejza, Khalifah berhasil dalam merebutnya sampai pemerintah Utsmaniyah menandatangani gencatan senjatanya pada 1918, namun sepanjang belahan lain Hejaz, garisunnya tak lama atau kemudian disingkirkan ke kamp-kamp tahanan Inggris di Mesir. Pada musim panas 1917, Sherif Agung mendeklarasiakn kemerdekaannya dari Konstantinopel, menyandang gelar Raja Hussein I.

Kehilangan Makkah memecah Kekhalifahan Utsmaniyah. Raja Hussein memiliki kualifikasi linealnya sendiri terhadap Kekahlifahan. Sebuah penyatuan Anglikan-Ortodoks telah direncanakan dengan ibukotanya di Konstantinopel Rusia, dan raja Arab di Makkah dapat mengindikasikan pelepasan yang Kemenlu di London rancang untuk membuat Kekhalifahan. Dari masa itu, beban mendukung Hejaz telah beralih dari Konstantinopel ke london. Sekali lagi, ini menjadi bagian dari beban Kekhalifahan Utsmaniyah. Pada saat ini, hal tersebut diutamakan oleh subsidi Inggris. Dua dari tiga tempat suci Islam paling dimuliakan didanai oleh Kantor Kolonial yang, apapun hal lain yang dapat dikatakan, bukanlah biro Muslim.

Dengan haknya mengamankan, Pasukan Ekspedisioner Mesir kini bebas untuk bergerak ke Yerusalem. Dengan para perwira Inggris berhak mengerahkan Pasukan Hejaz pimpinan Feisal ke utara menuju Damaskus, Pasukan Ekspedisioner Mesir bergerak menuju ujung hilir koridor Suriah melawan oposisi Turki-Jerman yang baru lahir. Dengan pengerahan Prancis dan Italia kecil yang menugaskannya dalam menyoroti penyerahan Palestina ke rezim Barat internasional, Pasukan Ekspedisioner Mesir akhirnya menduduki Yerusalem pada akhir 1917 dan, kala memecah upaya musuh berulang untuk memulihkannya, mempertahankan pasukannya kala Keresidenan di Kairo mengubahnya menjadi rancangan yang menyertai Inggris.

Kala Godfrey de Bouillon merebut Yerusalem pada peristiwa sebelumnya, ia menumpahkan darah pada pelana tebalnya untuk menyelamatkan Makam Kudus, namun mediaevalisme telah mengubah metodenya. Kala Jenderal Allenby merebutnya pada 1917, ia menghimpun kesepakatan “Out of Bounds” terhadap Makam kudus, Keresidenan di Kairo mengkhawatirkans alah satu atasenya untuk menjabat sebagai gubernur militer kota tersebut, asisten insinyur kota dari Alexandria diutus datang untuk merancang tata kota barut erhadapnya dan artis lanskap diutus dari London untuk memberlakukan penempatan perencanaan kota baru tersebut. Sehingga, Yerusalem menjadi rancangan yang menyertai Inggris dan menjadi demikian sampai hari ini. Dan perencanaan kota baru tersebut, yang mungkin menyajikan keperluannya, telah lenyap.

Perang telah memberikan kami seluruh pencapaian untuk melenyapkan pemikiran dan pembagian penuh pemikiran yang ditujukan kepada Jenderal Allenby dan Pasukan Ekspedisioner Mesirnya. Di bawah tradiisi politik Barat kami, mauoritas penduduk diberikan hak untuk menentukan takdirnya sendiri, emntujukannya pada tingkat kelayakan cerdik untuk memuncaki tanggung jawabnya. Jika keyakinan mayoritas di Palestina terjadi pada Islam, bukankah Islam hanyalah salah satu dari tiga keyakinan pada tempat suci Kristen dan Yahudi yang sama-sama disucikan dengan umatnya sendiri? Apakah Islam telah gagal untuk menghormati tempat-tempat suci Kristen dan Yahudi di Uerusalem sepanjang berabad-abad pemercayaannya? Dan apa yang terjadi pada tempat-tempat suci Islam di Cordoba, Grenada dan Toledo, di Sisilia dan Malta, di bawah kekuasaan Kristen?

Atas tuntutan Inggris, Kahlifah Utsmaniyah akhirnya menarik garisunnya dari Madinah setelah gancatan senjata pada 1918. Ini adalah kesederhanaan yang perlu ditorehkan pada teologi Kekhalifahan Utsmaniyah, namun Kemenlu Inggris, disamping pemahaman spesifik Pemerintah India terhadap Muslim di India, telah menghimpun fakta Kekahlifahan Utsmaniyah dan pada lima puluh tahun terakhir fakta dan teologi persoalan tersebut. Kekhalifahan telah menjadi simbol seluruh tradisi timur yang terrajut dalam serat peradaban Islam, sebuah simbol yang jatuh dalam pemulihan lewat peningkatan jalan yang imperialisme Barat dan Rusia buat dalam peradaban. Namun, wacana Turki Lama yang sempit adalah, walau secara dini mempercayakan Turki Muda kepada tafisran konservatif terhadap Kekhalifahan, Islam di India dapat mendatangkan Kekhalifahan pada dua pemisahan terhadap Kekhalifahannya pada pertumbuhan modern dan sehat sebagaimana nasionalisme Arab. Namun, pendirian paksa peradaban Barat terhadap Arab masih menjadi langkah lanjutan dalam proses imperialisme Barat melawan keberadaan Kekhalifahan telah menjadi sebuah protes.

Sampai perang berakhir, Islam di India tak hanya bergantung pada pemahaman Pemerintah India untuk berdampak agar Kekahlifahan adalah persoalan bagi wacana Muslim sendiri untuk memutuskan, namun fakta bahwa Kekaisaran tersebut sepenuhnya terdiri dari 100.000.000 Muslim sampai 80.000.000 Kristen. Dengan bantuan tersebut, pasukan Muslim India bahkan ikut serta dalam penaklukan Yerusalem, namun kala perdamaian dicetuskan untuk melanjutkan apa yang telah memulai perang tersebut, agitasi Kekhalifahan di India kemudian menjadi fakta yang paling membentuk di Kekaisaran Inggris. Kemenlu dan Kantor India berniat untuk mendirikan lahan persegi yang sama dengan Downing Street di London, namun jarak yang dibawakan oleh Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907 di antara mereka adalah salah satu ketonjolan sejarah kontamporer. Sebuah hal yang terkadang menakjubkan, pada wadah yang dihimpun para penguasa, apa yang Kekaisaran India katakan kepada Pembela Iman sejak 1907 dan apa jawaban Pembela Iman telah menjadikannya Kaisar India.