Kelahiran Kembali Turki/Bab 15

XV SKISMA ORTODOKS DI ANATOLIA

KEMAL JATUH KE STATUS “BANDIT”—​NASIONALISME TURKI MULAI MEMOBILISASI ULANG DAN MEMPERSENJATAI ULANG PASUKANNYA—PROGRAM ERZERUM DAN KEMENANGAN NASIONALIS DI PEMILU UTSMANIYAH—BAGAIMANA PAPA EFTIM EFFENDI TERPECAH DENGAN PATRIARKAT OEKUMENIKAL—​GEREJA ORTODOKS TURKI—​PAPA EFTIM SENDIRI.

Mr. Lloyd George mengumumkan programnya di Smyrna. Ia berencana untuk membangun Timur Dekat baru atas dasar minoritas Kristennya, bertikai dengan Rusia Soviet dengan rekan Yunani di sepanjang Selat atas dasar mandat Amerika di Trans-Kaukasia dan provinsi-provinsi timur, Persia Britania dan bisnis Afghan-Bokharan dengan yang dicetuskan untuk berkonfrontasi dengannya di tempat lain. Seperti bagi Islam, ia akan memberlakukan sendirinya terhadapnya bahwa nasib yang Kemenlu Inggris dan Czaris Rusia telah disepakati pada 1907 untuk diberlakukan bersama.

Jawaban untuk program tersebut adalah Nasionalisme Turki. Mengerahkan beban Kekaisaran lama, pembebasan tanggung jawab tunggal untuk Kekhalifahan, Mustapha Kemal Pasha berencana untuk memutus tali mati keagamaan yang Turki alami sendiri menjadi berkeping-keping dan untuk menerapkan Westernisme sama untuk bangsanya sendiri sebagaimana Barat telah lama terapkan pada Yunani dan Armenia. Kekuatan Turki Lama semacam itu sebagai dervish tekkes di Konia dapat menentangnya, namun Turki Lama tak memiliki bekingan Barat dan Islam di India merasa secara sangat mendalam pada subyek “saudara kami Turk” yang sukses dalam menghimpun Negara Muslim independen terakhir akanmenghimpun pembenarannya sendiri. Sebagaimana Yunani dan Armenia, mereka dapat meneruskan ibadah dalam cara mereka sendiri sebagaimana yang mereka selalu lakukan di bawah Kekaisaran lama, namun mereka takkan pernah lagi diperkenankan untuk meracuni neagra dengan reaksi politik mereka.

Di dalam bidikan bayonet Inggris dan Yunani, Turki membentuk Partai Nasionalis baru, bukan karena serangkaian wacana Turki memiliki pemahaman apapun dari pengartian nasionalisme selain karena Smyrna telah melucuti Pemerintah Damad Ferid di Konstantinopel dari dukungan Turki yang sangat kecil yang telah memasuki jabatan. Pada permulaan provinsi-provinsi timur terjauh dari ibukota, komite pertahanan yang menghimpun wadah Partai, menangkap para pejabat sementara Damad Ferid dan mendeportasi mereka ke Konstantinopel, menghimpun pemerintahan Nasionalis menggantikan mereka. ini berlangsung sangat cepat bahwa Ferid menghubungi Kemal untuk kembali ke ibukota sesekali. Disamping fakta bahwa perintah Ferid menyematkan seluruh prestise terhadap Kewalirajaan Agung, Kemal tak menghargai mereka. Pada 11 Juli 1919, Ferid memecatnya dari ketentaraan. Dari pejabat senior dan pahlawan militer, Kemal kini jatuh pada status “bandit,” yang dikenal dalam segala kemungkinan bahwa ini menjadi satu-satunya persoalan waktu sampai ia akan ditangkap dan ditembak.

Partai Nasionalis memiliki program ganda. Tujuan politiknya adalah unutk mendorong Pemerintah Damad Ferid di Konstantinoepl untuk menghimpun kembali Parlemen dan meperkenankan negara tersebut untuk menghimpun masa depannya. Tujuan militernya adalah untuk mencegah perpecahan lebih lanjut dari aap yang diyakini apda tanah Turki. Di bawah naungan Smyrna, hal tersebut secara komparatif memudahkan pengambilalihan atas provinsi demi provinsi di Asia Kecil dan menempatkan Pemerintah dalam posisi yang akan atau kemudian didorong untuk bersatu dengan Oposisi barunya. Tujuan militernyatak kurang mudah dari perhatian. Sekitar 20.000 pasukan diperkenankan untuk bertahan di Sivas dan Erzerum untuk keperluan gendarmerie. Sejumlah munisi, terutama di provinsi-provinsi timur, belum menyerah. Sejumlah besar dihali dari depot-depot Rusia lama, dihimpun pada pergerakan Rusia besar tahun 1915-’16. Yang lainnya diselumpulkan di sepanjang Laut Hitam dari wilayah Denikin di Rusia Selatan, kemudian menjadi dikenal bahwa pasar untuk persenjataan telah berkembang di Asia Kecil. Selain itu, terutama artileri, dicabut oleh Sekutu dan pergi dari wilayah Turki; ini hanya membutuhkan blok-blok dan penemuan rangkaian baru, pembangunan yang dimulai sekali dari metal yang tersedia. Tersembunyi dalam kerahasiaan Asia Kecil, Nasionalisme mulai meremobilisasi dan mempersenjatai ulang prajuritnya yang seringkali tak berkasut dan compang-camping.

Dengan cepat, Partai tersebut bertumbuh dua bulan usai pendudukan Smyrna, Kemal dan Rauf dapat menghimpunnya dalam kaukus di Erzerum di provinsi-provinsi timur. Staf Kemal bergerak ke Erzerum di sepanjang jalan pegunungan tajam dengan para delegasi provinsial lainnya, namun Kemal sendiri bergerak sendiri sepanjang jalan belakang dan melewati desa-desa sunyi. Disini, di kota pegunungan reruntuhan Erzerum, kelompok partai dirancang, sebuah dokumen yang kemudian menjadi terkenal di bawah nama Pakta Nasional.

Dokumen tersebut menyatakan ulang dan meneguhkan posisi Pemerintahan Izzet, kala Rauf Bey menghadap kepada Laksamana Calthorpe di Mudros. Otonomi untuk Arab di bawah kedaulatan yang dibutuhkan Khalifah di Konstantinopel dan pengakuan Sekutu atas pemberlakuan Kapitulasi oleh Pemerintahan Enver, menjadi hal utamanya. Perpecahan Kekaisaran lama diterima dan dalam peta baru Timur Tengah dan Dekat, Khalifah Islam dimodifikasi untuk memperkenankan penerapan tradisi nasionalisme Barat kepada Turki dan Arab, sebuah penerapan yang Turki klaim sebagai penyelesaian hak kala Barat telah lama menyoroti Yunani, Bulgaria dan Armenia. Dari Yunani, barat tak pernah menanyai Kapitulasi. Sehingga, mereka takkan menanyakan Kapitulasi dari Turki. Sebagai hak minoritas, sebagaimana hak yang Yunani berikan pada minoritas Muslim mereka, Turki akan memberikan minoritas Kristen mereka. Selat masih akan terbuka untuk perdagangan dunia, hanya tunduk pada keamanan militer yang dibutuhkan Konstantinopel, “kursi Kekhalifahan Islam, ibukota Kesultanan, dan markas besar Pemerintahan Utsmaniyah.” Dalam menghimpun garis depan Turki yang baru, wilayah perbatasan tertentu berada di bawah sengketa. Dua wilayah perbatasan tersebut, Kilikia dan provinsi Mosul, “dihuni oleh mayoritas Muslim Utsmaniyah yang disatukan dalam agama, dalam ras dan dalam tujuan, ditujukan dengan sentimen penghormatan saling menguntungkan untuk satu sama lain dan pengorbanan, dan penghormatan penuh hak rasial dan sosial satu sama lain dan kondisi sekitar,” dan ini masuk dalam garis depan Turki. Untuk wilayah perbatasan tertentu lainnya (Trakia Barat dan tiga distrik Kars, Ardahan dan Batum di Trans-Kaukasia), Barat dapat, jika ingin, menerapkan perangkat plebisit yang ditujukan untuk memutuskan nasib penduduk di tempat lain. Sebagaimana tempat Turki baru dalam keluarga bangsa-bangsa, Partai mengulang pernyataan Rauf Bey kepada Laksamana Calthorpe di Mudros: “Ini adalah sebuah kondisi fundamental dari kehidupan kami dan melanjutkan keberadaan yang kami, seperti setiap negara, harus menikmati kemerdekaan dan kebebasan penuh dalam persoalan pengadaan aalt pengembangan kami, dalam rangka agar pengembangan nasional dan ekonomi kamu harus dilayangkan sememungkinkannya dan bahwa ini harus memungkinkan untuk menghadapi perkara dalam bentuk pemerintahan reguler pada saat ini.” Pada catatan tersebut, wadah Partai ditutup. Tiga pekan kemudian, sebuah salinan darinya pada laci Lord Curzon di Kemenlu di London, dan Kolonel Alfred Rawlinson, seorang saudara dari Lord Rawlinson, Kepala Panglima di India, dikembalikan ke Erzerum untuk memahami apa yang benar-benar diinginkan oleh Kemal.

Dengan merancang wadah partai, kaukus Erzerum didatangkan untuk bertemu pada bulan September di Sivas, tempat dewan tetap dua belas anggota dipilih untuk duduk berkelanjutan di Angora, sebuah ibukota provinsi dengan rel dan komunikasi telegraf dengan Konstantinopel lebih langsung ketimbang Sivas. Posisi Pemerintahan Damad Ferid Government dengan kaitannya terhadap negara kini menjadi tak memungkinakn sehingga pemerintahan tersebut jatuh pada 5 Oktober dan digantikan oleh Pemerintahan Ali Riza yang diatur oleh Sultan untuk mengadakan pemilu. Ini adalah kemenangan bersih untuk Nasionalis dan dua hari setelah Pemerintahan baru menjabat, Kemal menghubungkan pihak Partai kepada Ali Riza Pasha di Konstantinopel, sebagaimana keputusan damai yang diterapkan Nasionalis kepada negara tersebut.

Di persimpangan ini, Patriarkat Oekumenikal di Phanar melarang Yunani Utsmaniyah untuk ikut serta dalam pemilu atas dasar bahwa mereka tak lagi menjadi warga Utsmaniyah. Persimpangan tersebut sebenarnya ditaati di ibukota kala pasukan Sekutu mendudukinya, namun sejumlah besar komunitas Rûm yang tinggal di Asia Kecil dan disini, seiap berkompromi dengan tetangga Turki mereka lewat perpecahan Phanar dengan Porte dan lewat pendudukan Smyrna oleh Yunani yang menyusul perpecahan tersebut, hanya menambahkan kesulitan mereka. Sehingga, sulit untuk membayangkan aap yang bergerak lebih berbahaya pada komunikannya sendiri di Asia Kecil, Phanar dapat membuatnya. Dugaan sangat meningkat yang berkaitan dengan mereka di mata Nasionalis bahwa ratusan dari mereka terjerumus dalam penjara Nasionalis dan belum dibebaskan sampai imam Ortodoks penutur bahasa Turki dari Kiskin, dua belas mil dari Angora, mengumumkan niatnya memutuskan diri dengan Phanar dan ikut serta dalam pemilu selaku warga Utsmaniyah. Ia langsung diambil untuk memberlakukan perpecahan serupa pada pihak gereja-gereja Ortodoks penutur bahasa Turki di pelosok, dan Patriark Oekumenikal mendorongnya untuk melaporkannya ke Phanar sesekali. Ia tak menghiraukan pernjelasan Phanar dan ekskomunikasi yang menyusulnya, dan berlanjut untuk menyekutukan warganya dengan Nasionalis.

Papa Eftim Effendi, pelaksana jabatan metropolitan Gereja Ortodoks Turki, adalah seorang subyek yang bersepakat dengan seluruh dakwaan karena ia berkembang pada fase Turki baru yang lebih penting untuk dunia Kristen ketimbang Kemal sendiri. Solidaritas Kristen terpecah kala Phanar melemparkan komunikannya di Asia Kecil dalam posisi politik yang tak jatuh pada netralitas cepat. Sepanjang Kristen Utsmaniyah memberikan posisi rendah di bawah hukum Muslim, perhatian Kristen Barat untuk komunitas Rûm dan Ermeni dari Kekaisaran lama memiliki basis yang sah. Bizantinisme yang mewarnai perhatian Barat kami untuk Yunani dan Armenia Utsmaniyah membutakan kami berkali-kali pada posisi sebenarnya yang diduduki oleh mereka di Kekaisaran lama, namun posisi sah yang hukum Muslim berikan pada mereka tentunya secara mutlak dikirim ulang. Terdapat waktu kala sepanjang Turki bersepakat dengan kami, bukan masalah untuk non-Muslim namun dalam keyakinan bahwa Kekaisaran perlahan diwarnai oleh pemakaian agama yang menonjol terhadapnya. Turki Muda membuat upaya terjujur pada 1908 terhadap reformasi yang dirancang secara mutlak untuk memberikan seluruh ras Kekaisaran dengan posisi setara sebagai warga Utsmaniyah di sebuah negara Utsmaniyah. Upaya tersebut terpecah untuk sejumlah alasan. Salah satunya adalah bahwa program Turki Muda tertuju pada Islam. Yang lainnya adalah bahwa komunitas Rûm dan Ermeni menuntut setiap hak kemasyarakatan mereka. Entah baik atau salah, mereka takkan memberikan posisi umum dengan tetangga Muslim mereka. Untuk misionaris Amerika di tempat, kegagalan program Turki muda adalah penolakan menonjol terhadap apa yang mereka ketahui sebagai harga kegagalan yang menimpa Turki, Yunani dan Armenia. Namun, Protestanisme Amerika di Amerika Serikat umumnya bersikap menolak Kristen Utsmaniyah untuk membuat isyarat kepercayaan tanpa program Turki muda terikat pada kegagalan. Para misionaris memahami bahwa jika tali mati keagamaan yang berusaha diputus Revolusi tahun 1908, akhirnya diputus secara paksa, hanya campur tangan militer Barat yang dapat menyelamatkan Kristen dari kekalahan. Namun, lida mereka terikat di Amerika Serikat. Gerejawan di dalam negeri menenangkan Yunani dan Armenia sesambil menolak mencatat masalah besar yang secara esensial menyatakan bahwa Turki harus menemukan sebuah solusi.

Namun, Papa Eftim Effendi membuat isyarat kepercayaan. Di bawah kepemimpinannya, enam puluh delapan gereja Ortodoks di pelosok menyerahkan sekolah-sekolah gereja mereka pada 1 Maret 1922, para murid mereka kemudian dikirim ke sekolah-sekolah Pemerintah. Komunitas Rûm lama menganggap sekolah-sekolahnya dengan kebanggaan menonjol, karena mereka menjadi pusat nasionalisme Yunani. Di Kekaisaran lama, mereka menjadi pusat reaksi Ortodoks tepat seperti madrasah menjadi pusat reaksi Muslim. Gereja-gereja di pelosok tersebut memberikan hak mereka untuk mengurusi hukum sipil Ortodoks. Pengadilan Turki, di bawah Kementerian Kehakiman, kini mengurusi hukum Ortodoks untuk pemeluk Ortodoks, tepat seperti pengadilan Inggris mengurusi hukum Muslim di India. gereja-gereja yang membentuk Gereja Ortodoks Turki baru di bawah kepemimpinan Papa Eftim, bebas untuk beribadah sebagaimana yang mereka sering lakukan (dan bahwa kebebasan yang mungkin telah lebih besar ketimbang orang-orang Barat terkadang dikaitkan dengan Pemerintah Utsmaniyah). Namun, secara politik, komunikan mereka jatuh ranah mereka dengan orang-orang Turki. Rohaniwan mereka mengenakan jubah hitam dan topi silindris hitam hanya ketika menjalankan tugas-tugas rohaniwan mereka. Pada sepanjang waktu lainnya, mereka mengenakan kalpak Turki.

Namun peminatan yang lebih luas berkumpul di sekitara Papa Eftim pada saat sekarang menghimpun fakta bahwa ia telah menghancurkan bassi lama solidaritas Islam dan telah membuka kemungkinan basis yang sangat baru. Solidaritas lama, entah baik atau buruk, memicu kekhawatiran di kalngan Turki, Yunani dan Armenia seperti pada beberapa tahun terakhir. Namun, ini sangat memungkinkan bahwa Papa Eftim telah memberikan kami harapan solidaritas baru terhadap basis keagamaan murni. Ini adalah harapan untuk bersepakat dengan segala pihak, karena ini mensugestikan sikap barat baru terhadap Timur Dekat dan Tengah yang bermanfaat pada dunia Kristen dan Islam untuk menghimpun ketidakperhitungan. Waktu akan mengembangkan signifikansi penuh Papa Eftim. Tanpa bergesekan dengan Turki selaku unsur dari pengakuan iman Kristen, ia menjadi figur paling berarti di Turki saat ini.

Sebuah catatan mencapaiku pada suatu pagi saat aku bersinggah di Angora, untuk memberlakukan bahwa Papa Eftim Effendi berada di kota tersebut dan khawatir untuk dipanggil. Dua jam kemudian, Djelal Noury Bey, seorang penyunting Turki berpengaruh dan deputi dalam Majelis Nasional Agung, masuk dengan diikuti Papa Eftim. Eftim adalah seorang pria kecil bermata hitam dan figur yang ia persembahkan, sebuah kalpak Turki yang ditempatkan pada rambut Ortodoks-nya yang tak dipotong dan jenggot Ortodoks panjangnya yang menutupi kerah jubah kulit serigala, adalah orang yang menyatakan terhadap orang-orang yang mengetahui Kekaisaran Utsmaniyah lama. Dialognya adalah sebagai berikut:

Dirinya (kepada Papa Eftim): Apakah kau orang Turki?

Djelal Noury (tersenyum): Ia berasal dari ras Turki.

Dirinya (kepada Papa Eftim): Apakah kau berdarah Turki?

Djelal Noury (tersenyum lebar): Gereja Ortodoks Turki adalah gagasannya sendiri. Ia menghimpunnya sendiri.

Dirinya (kepada Papa Eftim): Dapatkan kau bertutur bahasa Turki?

Djelal Noury (masih tersenyum lebar): Ia ingin pergi ke Liga Bangsa-Bangsa di Jenewa. Ia bertanya apakah kau berpikir ia berniat untuk pergi?

Dirinya (kepada Papa Eftim): Apakah kau orang Turki?

Djelal Noury (tersenyum masih lebih lebar): Ia bertanya apakah kau menjadi Protestan. Ia berkata jika kau demikian, kau dan ia sama-sama tak mengakui Paus.

Jenis hak yang nampak menjadi tak berarti pada kami dan sehingga persoalan tersebut diperkenankan untuk diturunkan, Djelal Noury pergi dengan Papa Eftim secara hati-hati di belakang. Kami orang Barat sebetulnya lebih tinggi dalam hal wawancara yang diadakan secara hati-hati, semenjak politisi kami sendiri di Barat tak berbeda pada publisitas sebagimana kucing berada pada catnip.

Setengah jam kemudian, orang Turki berniat untuk memanggil dan dalam gaya paling kasual bertanya apa wacana yang aku bentuk terhadap Papa Eftim. Aku berujar padanya bahwa aku membentuk wacana tertinggi dari bagianku namun tak memiliki kesempatan untuk membentuk wacana apapun terhadap Eftim sendiri. Suatu hal nampak terjadi di balik layar pada keesokan harinya atau dua pada dua sore berikutnya, Papa Eftim secara tak diharapkan mengetuk pintuku dan masuk sendiri. Ini terjadi dua jam setelah waktu ia pergi dan selama dua jam tak ada orang yang menyela kami. Aku percaya bahwa tak ada pengacara yang pernah menempatkan saksisepnajng pengujian selain aku menempatkan Papa Eftim pada sore itu. Kala ia pergi, tangan tipis pucatnya berjabat dengan emosi. Kala ia datang, ia berhenti di jalan pintu dan ini adalah apa yang ia katakan: “Ini adalah negara kami dan Turki adalah bangsa kami sendiri. Bagaimana kau dapat memajukan negara kita kala ia membutuhkan kami ?”

Aku tak memiliki arti pengetahuan yang menempatkan gagasan Barat aneh ini terhadap kepemimpinan asli Papa Eftim. Tentunya, ini bukanlah kekuatan Easternisme, Patriarkat Oekumenikal. Apapun yang datang, aku meyakini bahwa tak ada pertanyaan menonjol dari keadaan yang dialami oleh Papa Eftim pada saat ini. Ia nyaris bersikap fanatik terhadap minoritas yang merasa dirinya tak mengerti.

Pagi setelah aku berbincang dengannya, seorang Turki menyatakan panggilan dan dalam gaya paling kasual menanyai apa opini yang aku bentuk terhadap Papa Eftim. Aku menjadikannya jawaban tanpa perbuatan yang berdampak agar ia menunjukkan padaku bayangan sebenarnya dari seorang sosok yang secara fisik terpasang dalam peran besar semacam itu. Lima belas menit usai pemanggil Turki-ku pergi, pintuku dibuka dan imam Ortodoks terbesar yang pernah aku lihat muncul di pintu, seorang sosok aceh yang mengumumkan bahwa ia adalah salah satu asisten Papa Eftim di Gereja Ortodoks Turki. Aku meliriknya secara perlahan dari ujung kakinya sepanjng jalan sampai jenggot Ortodoks tak dicukurnya dan kalpak Turki dipakai di bagian atasnya, sesambil ia mengamatiku dengan mata hitam mirip kerbau dari orang yang tak ada orang yang pernah lama meneruskannya dalam bergerak tanpa mereka berkehendak untuk bergerak. Kemudian, aku berterima kasih padanya dan berujar padanya bahwa ia akan melakukannya dengan sangat baik. Ia beralih perlahan dan tangga berbunyi kala ia pergi ketika ia bergerak menjauh.