Kelahiran Kembali Turki/Bab 17
XVII
ANGORA
FEVZI, RAFET DAN KIAZIM KARABEKR PASHA DAN KEDIKTATORAN MILITER MEREKA DI BAWAH KEMAL PASHA—DEPORTASI “PONTUS”—MOSUL, KURDI DAN PERPECAHAN DALAM ISLAM—FRONT PRANCIS-ARMENIA DI KILIKIA, GARIS DEPAN YUNANI DI SMYRNA, DAN FRONT SEKUTU DI KONSTANTINOPEL—CARA PARLEMEN TERPECAH DIREKONSTRUKSI DI ANGORA—PERLAWANAN FERID-REVOLUSI DI KONIA.
Angora membentang di bukitnya, sebuah selimut abu-abu dari atap datar berhias dengan menara-menara putih dan tumbuh-tumuhan hijau, dan terhimpun di tengah-tengahnya dengan reruntuhan tahun 1915. Di kakinya terbentang rawa dangkal yang terbentang dari kota itu sendiri sampai stasiun kereta apinya, yang berharaj satu setengah mil. Di sepanjang pinggiran cekungan pada pesisir selatan, terdapat vila-vila musim panas dari keluarga-keluarg kaya, yang diamankan atas dasar malaria cuaca hangat dari rawa.
Jantung kota terbentang sepanjang wilayah hilirnya. Kala kongres Sivas menggerakkan dewan Partai Nasionalis ke Angora pada akhir September 1919, Kemal sendiri menmpatkan dirinya di ruang atas di stasiun kereta api dan lokomotif Decauville tetap digerakkan siang malam pada jendelanya, dalam kesiapan untuk mengantarnya jauh ke pelosok pada peringatan cepat. Bangunan pertama yang orang lalui kala memasuki kota tersebut dari stasiun kereta api adalah bangunan granit abu-abu yang sampat dipakai sebagai markas besar lokal Komite Persatuan dan Kemajuan, dengan teater kayu yang berdiri di tengah taman seberang jalan. Beberapa jarak dari kiri, sebagaimana orang bergerak menuju kota, adalah konak lama, atau bangunan Pemerintahan, tempat pemerintahan provinsi dulunya bermukim. Pada seberang lapangan di depannya, terdapat Kantor Pos dan Telegraf. Di sisi kanan kala kota tersebut dimasuki, sebuah jalan besar yang dilewati berdiri teater dan berujung di sekitaran kaki kota di bagian indah dari Kolese Sultana. Nyaris berseberangan dengan teater tersebut kala orang melewati jalan tersebut, adalah bangunan sekolah besar yang terbuat dari batu dan beberapa jarak lebih jauh sepanjang jalan adalah bangunan batu yang dulu diduduki oleh kepengurusan lokal dari Pajak Masyarakat. Lebih jauh lagi, jauh dai pinggiran kota, bangunan biru-putih Kolese Sultana berdiri pada tembok bangunan mereka. Disini, Fevzi Pasha, seorang Turki Anatolia tersohor dengan kumis besar, dan Rafet Pasha, seorang sosok kecil, melakukan re-mobilisasi dan persenjataan ulang Tentara. Fevzi Pasha adalah seorang raksasa dengan penampilan besar untuk bekerja dan sikap penuh dari hubungan sosial dari kalangan manapun. Rafet Pasha memiliki kapasitas serupa untuk bekerja namun ia memadukannya dengan kecerdikan alami untuk hubungan sosial. Aku melihatnya dalam sejumlah latar yang sangat beragam, dari kawasannya di Kolese Sultana sampai perlintasan gunung Anatolia pada ujung musim dingin, namun ia dinyatakan tak bersalah atas perilaku dan penampilan sebagaimana jika ia melangkah keluar dari ruang gambar.
Di bawah Mustapha Kemal Pasha, Fevzi Pasha dan Rafet Pasha memerintah Anatolia untuk Nasionalis, otoritas mereka tercapai pada provinsi-provinsi melalui para gubernur militer yang membantu mereka pada ibukota provinsi yang lebih kritis. Kiazim Karabekr Pasha yang memegang provinsi-provinsi timur dari Erzerum, berniat untuk menyebutkan mereka. Merupakan hal mudah yang dibutuhkan untuk mengambil alih Anatolia dari Pemerintahan Damad Ferid, karena pendudukan Yunani atas Smyrna menaungi pemegangan Ferid atas negara tersebut dalam keadaan terguncang. Namun, memegang Anatolia melawan upaya Ferid untuk memulihkannya adalah persoalan lain. Fevzi, Rafet dan Kiazim adalah orang yang memegangnya, dan apapun tradisi dari kemajuan pribadi yang mereka wariskan dari Pemerintah Utsmaniyah lama, ambisi pribadi mereka tenggelam dalam kepentingan umum dalam mempertahankan sisa negara tersebut. Aku meyakini bahwa pernyataan tersebut juga menghimpun kebenaran Kemal. Penekananku terhadapnya adalah bahwa ia akan bergabung dengan salah satu batalion buruhnya sendiri dan menggali jalan di balik pasukannya sendiri jika ia menganggap bahwa dengan melakukan yang ia dapat secara lebih efektif berkontribusi pada pertahanan negaranya.
Orang tersebut menghimpun penanganan kecil orang-orang Barat modern dalam kendali negara Timur yang sangat abad pertengahan, namun tugas mereka disederhanakan oleh ketiadaan mendasar Levantinisme yang meracuni Konstantinopel. Seperti negara mereka, ini merupakan homogen antara Wina dan Bagdad. Terdapat Turki, Kurdi, Sirkasia, Turcoman, Tartar dan Laz di negara tersebut, sedikit Armenia yang tersisa di pelosok, jumlah Yunani yang meningkat antara Samsun dan Trebizond di sepanjang belahan Laut Hitam, dan sejumlah orang Amerika yang banyak tersebar, kebanyaklan dalam penugasan Near East Relief. namun, sebagian besar penduduk adalah Turki dan kebanyakan non-Turki terikat dengan Turki lewat penerimaan mereka terhadap Islam. Meskipun sepenuhnya primitif, negara tersebut jauh lebih berpemikiran tinggal ketimbang ibukotanya yang telah ada sepanjang seabad. Penanganannya terhadap Amerika diwakili di Angora oleh dua anggota korps Near East Relief, Miss Annie T. Allen dan Miss Florence Billings. Kebanyakan kontak mereka adalah dengan Rafet Pasha dan, walau mengalami hal serius dari posisi mereka, hubungan mereka dengan Rafet Pasha umumnya bahagia.
Situasi militer yang didapati Turki sendiri, singkatnya disederhanakan oleh perang singkat yang diluncurkan oleh Kiazim Karabekr Pasha dari Erzerum melawan Republik Armenia Erivan. Ini membuka jalur penarikan ke Trans-Kaukasia dan Asia Tengah, dan jika Kemal, Fevzi dan Rafet Pasha dipaksa untuk menurunkan arsip mereka ke kalpak-kalpak mereka dan kabur, pintu belakang akan disediakan untuk pelarian mereka ke Timur.
Proyek Pontus yang dilakukan oleh Yunani di sepanjang kawasan Laut Hitam telah diluncurkan, tak mudah untuk ditangani. Pendudukan Yunani terhadap Smyrna kemudian menjadikannya dibutuhkan untuk memindahkan Angkatan Ketiga dari Amasia ke pelosok Smyrna dan penyebutan Pontus dilakukan dengan pasukan ireguler di bawah komando Osman Agha, walikota Laz dari Kerasund. Terorisme yang ia perluas menghimpun usaha yang Hamid Bey, salah satu sosok terbaik yang ada di Angora, dikerahkan ke Samsun sebagai walikota. Hamid Bey adalah seorang Turki Rhodes dengan rambut lurus, kumis mirip Kaiser, mulut penuh emas dan suara meledak-ledak, sebuah perpaduan yang memberikan satu pertamuan terhadapnya untuk pertama lainnya dengan esensi yang mendatangkan beberapa spesies manusia liar baru, namun pengakuan lanjutan engannya menguak eksntrisistas permukaan karakter integritas solid dan penghakiman alot. Ia menjadi gubernur provinsi dan fakta bahwa jabatan walikota di Samsun dianggap menguntungkan diisi oleh mantan gubernur yang diambil sebagai indikasi kekhawatiran Rafet Pasha untuk menemukan beberapa solusi damai dari masalah Pontus. Terorisme Osman Agha masih banyak masalah di ANgora sebagaimana terorisme Yunani yang membuahkan hasil, namun solusi akhirnya ditemukan untuknya kala Osman, yang telah menembak 900 Yunani dan Armenia di Marsovan dalam pembalasan terhadap penikaman 200 Turki oleh pasukan Yunani di Ismid, berkirab ke Angora untuk menawarkan dirinya dan para pengikut Laz-nya ke ketentaraan. Ia memasuki Angora sebagai pahlawan penduduk yang murka dan jengah dan Kemal, usai memperkenankannya untuk menikmati pidato penuhnya, memasukkan pengikutnya ke pasukan kejut Turki dengan mereka dipotong menjadi berkeping-keping dalam Pertempuran Sungai Sakaria. Setelah itu, taka da lagi orang Marsovan yang disebut Pontus, walau masalah Yunani-nya masih ada.
Muncul tanpa keraguan bahwa program Pontus telah mencapai status organisasi definitif yang menentukan kemerdekaan, sebuah organisasi yang sulit untuk dilawan oleh alasan fakta bahwa pergerakan apapun melawannya akan terhimpun dalam Buku-buku Hitam Patriarkat Oekumenikal di Konstantinopel sebagai bukti “penindasan Kristen.” Meyakini bahwa salah satu pusat organisasi tersebut adalah badan murid Yunani yang menyebut dirinya Perhimpunan Sastra Pontus di kolese Amerika di Marsovan, Angora meminta Dr. George E. White, presiden kolese, untuk menekan Perhimpunan tersebut. Diyakini lupa bahwa negara tersebut berada dalam keadaan perang dan kini lebih pahit bahkan ketimbang di Marsovan, Dr. White enggan menekan Perhimpunan tersebut. Sehingga, Angora menekan kolese tersebut, mendeportasi staf guru Amerika-nya ke pesisir tempat mereka dipindahkan ke Konstantinopel. Sejumlah Yunani kemudian ditangkap di Marsovan atas bukti yang diyakini oleh Angora mengindikasikan kegiatan mereka dalam organisasi Yunani; mereka dipindahkan ke Angora, ditempatkan pada pengadilan di hadapan mahkamah militer atas dakwaan pengkhianatan pada masa perang, didakwa dan digantung. Namun ketonjolan pada hal yang disebut Pontus masih berlanjut. Yunani dan Turki membakar desa satu sama lain dan bertikai satu sama lain di ladang. Jenis hal tersebut diturunkan sampai 1922, kala Angora, yang gagal untuk memecah organisasi Yunani, mendeportasi seluruh penduduk Yunani di sepanjang Laut Hitam ke pelosok, yang meliputi pria, wanita dan anak-anak.
Kala deportasi telah diperintahkan di Angora, eksekusi mereka ditinggalkan ke kepala polisi lokal dan tindakan eksekusi mereka seragam dengan tekanan kepala polisi lokal dan sejumlah spulai disediakan di setiap provinsi. Kepala polisi dan sejumlah suplai yang tersedia sangat beragam, dan perlakuan orang-orang yang dideportasi pada kirab sangat beragam. Laporan yang dibuat oleh Dr. Mark Ward, tenaga kerja Near East Relief yang dideportasi dari Kharput, diserahkan kepada Kemenlu Inggris di London serta Pemerintahannya sendiri di Washington, menyatakan bahwa penderitaan mereka di Kharput sangatlah berat. Dr. Ward dalam laporannya melayangkan kesalahan atas penderitaan mereka terhadap Angora. Apapun, kala metode lain gagal untuk memecah organisasi Pontus Yunani, Angora melayangkan pernyataan untuk menyatakan bahwa deportasi merupakan proses menonjol bagi Yunani, adalah pertanyaan dalam kekurangan bukti mutlak yang masih tetap tak terjawab disini. Namun, ini diperlihatkan padaku untuk lebih menekankan kesalahan asli dari orang-orang yang mendaratkan orang-orang Yunani di Asia Kecil tanpa alat perlindungan mereka disana. Peristiwa “Pontus” bukanlah peristiwa pertama kala Kekuatan Barat memperkenankan Yunani untuk menyatakan bangsanya sendiri untuk memperingatkan dalam harapan bahwa penderitaan mereka akan mendatangkan bantuan Barat. Terdapat minoritas di setiap kawasan antara Wina dan Bagdad dan tindakan mereka membahayakan bagian teknik pengerjaan negara Balkan. Kejahatan Yunani di Ismid disebabkan oleh pembalasan terhadap Osman Agha di Marsovan. Bukanlah tak mungkin bahwa keperluan terhadap kejahatan Yunani di sepanjang pesisir Marmora dimulai. Tentunya, sulit untuk mendapati keperluan dalam dalam tindakan pasukan reguler Yunani. Sehingga, orang-orang Balkan merancang garis depan baru mereka. Sehingga, ini terjadi sepanjang seabad dan kemudian mungkin akan berlanjut sepanjang Barat mengijinkan.
Ini nampak padaku (dan aku harus menambahkan seadil-adilnya soal pengetahuanku terhadap deportasi “Pontus”, sementara kejadian di Angora dan Patriarkat Oekumenikal sepertinya, adalah murni tangan kedua) bahwa ini terbuka untuk ditanyai apakah deprtasi Angora terhadap wanita Yunani dibenarkan dan apakah ini membuat pemakaian terpenuh dari suplai semacam itu sebagaimana hal tersebut dipedulikan untuk orang-orang yang dideportasi pada kirab tersebut. Di sisi lain, tindakan Inggris dalam menghimpun Yunani ke “Pontus” tanpa protes dari Patriarkat Oekumenikal, hanya dapat dibenarkan jika Turki masih tak tertolong dan pasif. Kemudian, Nasionalisme mulai mengumpulkan kekuatan di pedalaman, esensi kemanusiaan paling berunsur pada pihak Inggris dan Patriarkat Oekumenikal harus menjanjikan negosiasi dengan Angora yang melirik terhadap re-embarkasi wanita “Pontus” dan penahanan berperikemanusiaan terhadap pria.
Deportasi Yunani “Pontus” dan kemenangan Kiazim Karabekr Pasha atas Republik Armenia Erivan di Trans-Kaukasia menjaga Angora tetap terbuka. Front Inggris di provinsi Mosul, Mesopotamia tak pernah mengancam pendirian Angora, karena latar pegunungan wilaayh tersebut di hadapan mereka membuat pergerakan lebih lanjut apapun menjadi tak memungkinkan pada pihak Inggris. Disini, Inggris berniat untuk memecah belah penduduk Kurdi, meninggalkan paruh utaranya kepada Angora dan memasukkan paruh selatannya di Negara Arab Irak. Kala para kepala suku Kursi memilih untuk berada di bawah kekuasaan Turki atau di bawah kekuasaan Arab atau independen di bawah naungan Inggris, adalah pertanyaan yang Angora dan Bagdad banyak mengambil jawaban beragam. Namun, ini nampak memungkinkan bahwa opini Kurdi, seperti yang satu ini, tak menghimpun pemisahan dan jika ada para perwakilan Kurdi di Angora, ini dikarenakan Turki merupakan satu-satunya pihak pada kontroversi mosul yang tak berencana untuk memecah daerah Kurdi. Namun, ada aspek yang lebih luas pada kontroversi Mosul. Turki dan Arabs nampak merupakan Muslim Sunni dan sepanjang Inggris dapat menghimpun kontroversi atas Mosul antara Negara Turki baru dan Negara Arab Irak, Islam masih dalam kondisi terbagi. Ini adalah keinginan untuk abstain dari tindakan apapun terhadap Mosul yang dapat meluaskan cabang tersebut, yang telah menjanjikan Djavid Pasha, panglima Turki di Diarbekr, untuk menahan diri dari pemakaian paksaan dalam pemulihan Mosul. Sheikh Senussi yang melantik Khalifah baru pada kenaikan Takhtanya pada 1918, dan kabur dari Brussa ke Angora kala Yunani memasuki Smyrna, berada di Diarbekr selama tiga tahun terakhir, berniat untuk menyembuhkan perpecahan Turki-Arab atas Mosul. Sejauh ini, tindakan komando Turki terhadap “front” Mosul telah ditandai oleh pergesekan besar.
Sebagaimana Kemal, Fevzi dan Rafet Pashas melirik kepada Barat, mereka berkonfrontasi oleh tiga front militer, front Kilikia di kiri mereka, front Yunani di belakang Smyrna pada tengah mereka, dan pendudukan Konstantinopel oleh sekutu di kanan mereka. Pada musim dingin 1919-’20, komando tingkat tinggi Inggris di Kairuo menarik pasukannya dari Kilikia sesuai dengan perjanjian rahasia Sykes-Picot tahun 1916, ke Palestina, meninggalkan komando Prancis di Beirut dalam pendudukan tunggal ujung utara koridor Siria dan Kilikia. Disini, di bawah naungan Prancis di Kilikia, enklave Armenia dibentuk dan pemerintahan Turki ditarik ke Bozanti, sebuah kota di puncak Pegunungan Taurus. Front Prancis diperluas dari timur Taurus ke provinsi Mosul, namun keadaan Kilikia menjadi beban pendudukan Prancis membuat dirinya utamanya merasa. Armenia membalas keburukan tak diragukan yang mereka alami di bawah Sultan-sultsan utsmaniayh dalam gaya drastis dan terdapat jalanan bahkan di Adana sendiri yang tak aman bagi orang Turki untuk menunjukkan dirinya di hadapan kegelapan. Kota-kota Turki di luar pinggiran kawasan prancis, mungkin dikobarkan oleh kisah-kisah pengungsi Turki dari Adana, kemudian meluncurkan perang gerilya melawan pasukan reguler Prancis-Armenia dan mulai mengisolasi garisun yang membentang. Kebanyakan darinya diarahkan oleh mantan pemerintahan Turki di Bozanti, namun kebanyakan digerakan oleh pasukan khusus Turki dengan penyusulan apapun yang dapat menekankan penugasan mereka.
Sebagaimana front Yunani di belakang Smyrna, pertahanan pertama yang dipakai adalah pemimpin bandit Sirkasia, Edhem, selain komando Yunani yang kemudian memenangkannya terhadapnya dan menjadikannya pahlawan menonjol darinya. Ini meninggalkan Kemal, Fevzi dan Rafet Pasha tanpa pertahanan dan kerangka Angkatan Ketiga yang dikerahkan dari Amasia, yang mencakup Samsun, ke front Smyrna sangat ditekan dalam kekuatan untuk menawarkan pemberontakan efektif. Nuri Ismet Pasha, seorang pria tuli namun menjadi murid handal dari von der Goltz dan Kolese Perang Potsdam, memberikan komando atas front Smyrna dan penghimpunan pabrik-pabrik munisi dimulai di Konia pada naungannya. Namun, sampai pasukannya dapat membangun kekuatan efektif, ia membatasi dirinya untuk bertahan dalam sentuhan dengan Yunani, dan dengan seluruh Asia Kecil di baliknya untuk bermanuver, ia mendagangkan wilayah pada suatu waktu kala Yunani menunjukkan niat untuk bergerak. Beruntung bagi Angora, Yunani duduk menunggu Sekutu dan upaya pergerakan kecil usai pergerakan pertama mereka berakhir.
Kala nyaris berhadapan dengan musuh, Partai Nasionalis memenangkan kemenangan politik bersih dengan menghimpun mayoritas Parlementernya di Konstantinopel, dan pasukannya merambah sampai ibukota pelosok dalam pencarian munisi yang diserahkan yang untuk memperalat ulang diri mereka sendiri. Meskipun gencatan senjata Mudros berujung pada pendudukan Smyrna oleh Yunani dan keadaan perang kembali timbul, Angora berada dalam komunikasi telegraf dekat dengan Rauf Bey, pemimpin mayoritas Parlementernya di Konstantinopel. Sehingga, dengan AL Inggris mengkomandani bagian-bagian perimeternya yang tak berada dalam pendudukan pasukan musuh, jaringan Angora ke Konstantinopel menghimpun satu-satunya alat komunikasi dengan Barat.
Namun pada malam 15-16 Maret 1920, Jenderal Milne mengisolasi Konstantinopel dari Anatolia, mengadakan serangkaian penyerbuan mercusuar pada tengah malam di Stamboul, menangkap Rauf Bey dan banyak koleganya untuk dideportasi ke Malta, dan tak hanya memutus Angora dari permesinan parlementer sah yang berjalan selama delapan bulan dalam pembangunan, namun memutusnya dari aalt komunikasi efektif dengan Barat. ini adalah panah yang menghunus. Angora langsung memerintahkan penangkapan beberapa perwira Inggris yang masih di Asia Kecil, salah satunya saudara Lord Rawlinson yang ditahan di Erzerum, namun dengan Rauf Bey dan para koleganya pada perjalanan mereka ke Malta sebagai tahanan Inggris, Nasionalis kehilangan beberapa otak terbaik dalam Partai. Italia kemudian membuka kabel mereka dari Adalia ke Rhodes kala nirkabel berada dalam komunikasi dengan Roma, namun kontak tunggal Angora dengan Barat kala itu bahkan berada pada pembuangan kekuatan asing.
Pada beberapa pekan berikutnya, para deputi yang melarikan diri dari penyerbuan tengah malam Jenderal Milne di Stamboul, mulai diserang ke Angora dan upaya untuk menghimpun Parlemen yang ada dimulai. Sebulan dibutuhkan untuk para deputi yang melarikan diri untuk mencapai Angora dan mengklaim kurdi mereka di Parlemen baru, dan kursi-kursi lainnya yang ditahan di Malta diberikan dalam “pemilu” baru, salah satu yang dikatakan diadakan di kawasan-kawasan Asiatik Konstantinopel sendiri tempat pendudukan pasukan Italia. Italia tak pernah mengkhawatirkan pendudukan Smyrna oleh Yunani.
Sehingga pada 23 April 1920, Parlemen yang direkonstruksi, dengan para deputi yang duduk untuk dapil-dapil di seluruh wilayah yang dinaungi oleh program Erzerum, dari Thrace sampai Mosul, memulai sesinya di gedung Komite Persatuan dan Kemajuan lama di Angora, di bawah nama baru Majelis Nasional Besar Turki. Mustapha Kemal Pasha diangkat menjadi Kepala Panglima dan Presiden, Fevzi Pasha menjadi Kepala Staf Umum dan Perdana Menteri, Rafet Pasha menjadi Menteri Perang dan Dalam Negeri, dan para deputi ditempatkan dalam kediktatoran militer yang didapati oleh mereka di Angora. Bahkan di Barat, demokrasi tak terpecah pada masa perang, maupun melakukannya dalam isolasi yang dipicu perang di Angora. Empat puluh persen penerimaan, yang disertai oleh pemberlakuan pajak yang besar, bukanlah uang yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan biaya Majelis, namun diperlukan untuk memperkenankan Fevzi dan Rafet Pasha meneruskan mobilisasi ulang dan persenjataan ulang tentara.
Pada April 6, Damad Ferid Pasha kembali menjadi Wazir Agung di Konstantinopel dan sempat memulai upaya menentukan untuk meraih kembali pijakan kaki di Anatolia. Fevzi dan Rafet Pasha menyerahkan kepadanya dengan serangkaian Pengadilan Militer Kemerdekaan, di hadapan subyek Utsmaniyah akhir yang didakwa membawa anti-Nasionalisme, diadili di bawah hukum militer atas pengkhianatan pada masa pernag, dan jika bersalah langsung digantung. Dalam pandangan Nasionalis, Kesultanan Utsmaniyah dan Pemerintah Utsmaniyah nampak berhenti untuk berdiri pada malam 15-16 Maret 1920, dan Damad Ferid Pasha, dengan pencapaian Kekhalifahan Utsmaniyah kala pembuangannya, kini menambahkan dirinya pada musuh-musuh Barat yang mengelilingi Angora dalam perjuangan akhir untuk penguasaan Negara Turki baru.
Yunani secara khawatir dikerahkan di depan Selat, Ismet Pasha tak membuat upaay untuk melawan mereka, dan dari belakang mereka, Ferid di Konstantinopel menyerahkan wacana Turki Lama di Konia untuk menghimpun pemakaian Islam konservatif dan mengecam Nasionalis. Ini adalah bandung yang telah membantu menulifikasi Revolusi Turki Muda pada 1908, yang membantu menjaga Kekaisaran lama dalam ikatan mati dari pemakaian agama. Ini adalah banding paling kuat dan komando Yunani di Smyrna tak kehilangan waktu dalam mengerahkannya ulang dengan memproklamasikan titik baliknya untuk Kekhalifahan Islam. Reaksi Muslim dan Kristen adalah bebatuan pada Revolusi tahun 1908 telah mendatangkan berkah dan komando Yunani di Smyrna tak kehilangan waktu dalam menurunkan mereka ke saluran yang Revolusi Nasionalis tahun 1920 akan miliki untuk mewadahi. Sejak Yunani dan Armenia kala itu berperang dengan Turki, reaksi kristen tak memiliki pendirian di Angora, namun reaksi Muslim adalah batu yang Turki sampai hari ini masih jalin dalam pengesahan dan akan terjadi selama beberapa tahun. Ferid tak memiliki senjata kuat lain untuk menyerang Nasionalis yang berpegang pada petani konservatif Asia Kecil dan kalangan darwis Konia. Nasionalis dapat menangani kekuatan mereka selain mendorong petani, namun jika keburukan datang sampai keburukan di Konia, Nasionalis akan membuatnya menjelaskan bahwa Muslim India dan Aljazair telah bertarung melawan pemerintah Utsmaniyah pada perang tersebut dan bahwa di Negara Turki baru, kebutuhan negara menghimpun dasar atas tulisan hukum Muslim.
Dari 6 April 1920, kala Damad Ferid Pasha memasuki lagi kantor di Konstantinopel, pasukan penjaga pesisir Nasionalis dihimpun pada Laut Tengah berseberangan dengan Konia dalam rangka melawan upaya apapun terhadap sebuah pendaratan, kala oleh pengikut Ferid dari ibukota atau oleh Yunani yang bertindak dalam kepentingan bisnis memproklamasikan titik balik mereka terhadap Islam. Konia sendiri, sebuah ibukota provinsi dengan angin berdebu di dataran Anatolia, yang dihiasi dengan masjid-masjid Seljuk lama dan pra-Seljuk, terhubung dengan Angora lewat semi-lingkaran besar jalur kereta api yang mengarah ke barat melalui Eski-Shehr dan Afium-Karahissar, dan tiga kali sepekan kereta membuat perjalanan dalam delapan belas jam. Pada masa yang sama, serangkaian jalur kereta api tersebut dikerahkan dari Eski-Shehr sampai Afium dengan pengerahan lain dari Konstantinopel ke Smyrna. Dengan Smyrna dan wilayah pelosoknya di tangan Yunani, komando Yunani ditambahkan pada kepentingan barunya dalam Islam tentang sebuah skema untuk kebangkitan di bawah naungan Yunani terhadap Kekaisaran Seljuk lama dengan kursinya di Konia. Program Seljukian adalah hantu lainnya yang disetir untuk hidup kala Kekaisaran Utsmaniayh tumbang pada 1918 untuk sama-sama mati.
Para agen Ferid dan agen Yunani tetap dikerahkan sepanjang jalur Yunani menuju Konia dan bergerak balik dan maju di bawah pesisir Asia Kecil dengan mata mereka ke Konia. Dalam pandangan Inggris, dinasti Utsmaniyah telah kehilangan Kekhalifahan pada 1914 kala itu dipakai untuk mendeklarasikan perang suci melawan Inggris dan Sekutu mereka. Kejadian di Makkah sejak itu telah mengubah pandangan Inggris, namun jika Kekhalifahan tak terlalu serius dengan persoalan untuk menyoroti pembicaraan, ini dapat mendambahkan bahwa dalam pandangan Nasionalis, Inggris kehilangan Kekhalifahan pada 1920 kala mereka memakainya untuk mendeklarasikan perang suci melawan Nasionalis. Ferid akhirnya memulihkan Konia dalam revolusi balasan Oktober 1920, namun Rafet Pasha mengkhawatirkan 2.000 orang yang turun ke jalur kereta api dari Angora, menduduki bukit Ala-ed-Din di pinggiran kota dan mengerahkan pemerintah Ferid dalam tiga hari pertarungan tajam. Rafet Pasha diangkat menjadi gubernur militer Konia, Ghalib Pasha, seorang Albania berrambut putih tinggi yang membela Kekhalifahan sebagai panglima Utsmaniyah di Hejaz pada masa perang, dan tchelebi dari kawasan Mevlevi yang hak sejarahnya telah menganugerahkan setiap Khalifah dengan Perang Nabi empat puluh hari setelah kenaikan takhtanya, datang ke Angora sebagai salah satu dari delapan deputi Konia dalam Majelis Nasional besar. Sehingga, hantu Seljuk datang dan Kekhalifahan jatuh ke genggaman Nasionalis.
Nasionalis menguasai pelosok Asia Kecil kini menjadi tak terbantahkan. Pabrik-pabrik munisi di wilayah pasukan Ismet Pasha yang bertumbuh lambat di front Smyrna, dengan cepat diperbesar dan Konia menjadi pusat perang pengaruh pertama di pelosok. Sejumlah menonjol Armenia yang kembali ke Konia setelah gencatan senjata Mudros dan telah secara sukarela bertahan di rumah-rumah mereka kala Inggris menawarkan untuk mengevakuasi mereka pada masa evakuasi mereka sendiri dari Jalur Kereta Api Bagdad, telah dikompromi oleh pendudukan Smyrna oleh Yunani dan ditempatkan di bawah peningkatan pengawasan militer kala jumlah pabrik munisi Turki di kota tersebut bertumbuh. Namun, “ketidakbijaksanaan” Armenia akhirnya berujung pada deportasi pria usia militer jauh ke pelosok, dan mengunci gereja-gereja mereka di Konia. Kedekatan pabrik munisi Turki dan gereja Armenia adalah suatu yang secara memungkinkan diterapkan untuk menghasilkan “ketidakbijaksanaan.” Kala aku terakhir di Konia, satu-satunya Armenia disana adalahw anita dan anak-anak. Sejumlah masjid di kota tersebut telah diambil alih untuk depot militer, namun tak ada gereja Armenia di kota tersebut yang diambil alih. Gereja-gereja dikunci namun yang lainnya tak disentuh. Wanita Armenia di kota tersebut diperkenankan untuk tak menerima surat dari dunia luar, karena sensor Nasionalis menekan untuk hanya membaca bahasa Turki dan Prancis, bukan Armenia. Tak ada Turki yang pernah mempelajari bahasa Armenia, dan anmpaknya tak ada orang Armenia yang setia pada Turki yang dipercaya untuk mmemperkenankan mereka untuk mempercayakan surat Armenia kepadanya untuk penyensoran. Wantia Armenia dipalak pada waktu perampokan, dan juga tetangga Turki mereka. Ghalib Pasha berujar padaku bahwa ia memperlakukan Turki dan Armenia atas dasar kesetaraan tetap, dan aku yakin bahwa ia dengan pasti sadar akan apa yang ia katakan. jika ada sosok handal seperti Ghalib Pasha di Turki untuk memenuhi seluruh kepengurusan provinsi, Turki akan menjadi negara percontohan. Namun sosok seperti Ghalib Pasha tak diangkat menjadi kepala kepolisian di tempat-tempat bertekanan tinggi seperti Konia.
Damad Ferid Pasha tak menghentikan upanya untuk merebut kembali pijakan di Anatolia, usai revolusi balasan singkatnya di Konia. Dengan pergerakan Yunani pada musim semi dan musim panas 1921, para agennya memperbaharui kegiatan mereka di sepanjang pesisir. Di Smyrna, Yunani menyambut mereka dan di Mersina, pelabuhan Kilikia, Prancis dan Armenia menyambut mereka. Pekerjaan mereka meningkat dengan serangan Yunani tahun 1921, sampai para agen Nasionalis menumpangi kapal uap Inggris Palatina di Adalia, menemukan Topal Osman dan empat konfederasi sembunyi di wadah kargo, dan menembaki mereka. Ini adalah peristiwa yang sepenuhnya ilegal namun ini mengakhiri upaya Ferid untuk kembali ke Anatolia. Tanpa sengaja, ini mendorong Italia yang menduduki Adalia di bawah perjanjian masa perang rahasia St. Jean de Maurienne, agar mereka mengevakuasi zona mereka. Secara teknis, mereka telah bertikai dengan Turki dan sebetulnya pertikaian mereka ditujukan ke Yunani di Smyrna. Keberangkatan mereka kini menyediakan akses pertama kepada Nasionalis ke Laut Tengah, dan perwakilan pertama mereka di Barat kemudian berada di Roma.