Kelahiran Kembali Turki/Bab 19
XIX SMYRNA, 1922
UPAYA SEKUTU UNTUK MENGHIMPUN PERJANJIAN SEVRES TERHADAP NASIONALISME TURKI—YUANNI MENGGERAKKAN PASUKAN DARI SMYRNA KE TRAKIA TIMUR UNTUK PERGERAKAN KE KONSTANTINOPEL DAN KALA FETHY BEY MENOLAK PEMERIKSAAN DI LONDON, FEVZI PASHA MELUNCURKAN SERANGANNYA—PEREBUTAN KEMBALI SMYRNA OLEH TIMUR—TUAN LLOYD GEORGE MENGUNDURKAN DIRI DAN SULTAN UTSMANIYAH KABUR—LAUSANNE.
Sepanjang musim dingin 1921-’22, kawasan Angora menjadi padat. Di rumah makan kecil dekat gedung Majelis, para Menteri Kabinet, deputi dan perwira tentara mengerumuni meja-meja kayu pada jam makan siang, berkegiatan dari bincang-bincang kecil mereka kala pintu kayu tak bercat dibuka sampai menerima nomor mereka. Misi Bokhara akan dilakukan besok. Beberapa orang dipanggil ke Kabul untuk Misi tersebut. Mendagri membuat pernyataan penting kepada Majelis tak lama kemudian. Dari kejauhan, suara meriam mesin berdentuman di telinga tanpa kesempatan interupsi lebih ketimbang suara kereta kerbau melintas di luar. Namun, perbincangan kecil terhenti kala dua pria muda Legasi Azerbaijan masuk dan bergabung dengan tiga perempuan muda dari Kedubes Rusia dengan rokok di meja mereka. Perbincangan kecil kembali secara perlahan. Sehingga, Bey, yang baru datang dari Ritz di Paris, masuk dengan pengumuman bahwa ia tak mampu menemukan ruangan di kota tersebut dan meminjam seorang prajurit dan sekaleng cat putih untuk membangun rumahnya sendiri. Dapatkah mereka datang ke pemanas rumah esok malam? Mereka dapat melakukannya. Karena suatu hal lain yang menjanjikan mereka untuk makan malam telah menunda undangan pada refleksi lebih lanjut, angin berada pada arah yang salah dan akibatnya pemanggangnya berasap.
Di luar rumah makan, salju berjatuhan menciptakan lapisan putih di sepanjang pemandangan jalan Angora. Wanita desa berpantalon merah, huja bersorban yang berjubah dengan warna yang lebih mencolok, para perwira Turki cerik dengan jubah besar lama dari zaman Utsmaniyah, para prajurit Turki mengenakan khaki yang dilepaskan beberapa orang, para pejabat pemerintah mengenakan kalpak dan busana Eropa, polisi Turki dalam busana merah Utsmaniyah lama dan kancing brass, enam perawan laki-laki berbusana putih dari rumah sakit Bulan Sabit Merah mengenakan penguat keras di pundak mereka pada perjalanannya ke makam kosong di luar kota—mereka datang dan melewati lapisan salju. Sekelompok pria, yang duduk dengan kopi mereka mengitar di depan kafe, meningkatkan wajah mereka dari surat-surat kabar Konstantinopel diiringi grup musik militer (benar, surat-surat kabar Konstantinopel berusia sepuluh hari pada waktu mereka mendatangi Angora, namun kebanyakan orang meninggalkan rumah dan keluarga mereka di Konstantinopel, dan semuanya yang bergerak di dunia tersembunyi di suatu tempat di ibukota lama, menunggu kepulangan mereka). Di luar jalan samping sempit, sekelompok orang bergerak dengan seorang wanita gila kecil dengan lap disampingnya. Ia sangat dikenal di Angora. Mereka berkata bahwa ayahnya dan dua saudaranya gugur dalam Perang Balkan, suaminya dan tiga putranya gugur dalam Perang Besar, dan putra bungsunya gugur di Inë-Onü. Namun, hal-hal tersebut dapat terjadi, ia menari di jalanan di samping sekelompok orang, berdiri di antara lapisan salju dengan ritme dari Pawai Mustapha Kemal Pasha.
Dalam pengerahan kelompok yang mendatangkan deretan panjang prajurit, yang sangat diperlengkapi, dengan kalpak khaki, senapan mereka dipasangkan dengan bayonet baru. Mereka berpawai di jalan besar yang berujung melewati gedung Majelis sampai stasiun kereta api, sebuah bangunan kayu dengan kata tunggal “Angora” dalam abjad Turki dan Inggris di papan penandanya. Sebuah cerobong pendek berasap kayu, timbul dari puncak paruh puluhan lokomotif, tergantung sepanjang jalur kereta api. Sederetan panjang gerobak kerbau memenuhi kargonya dari kotak kayu yang dipasangi tabi baru pada gerbong-gerbong. Dengan grup musik dimainkan, sekelompok prajurit menyela barisan dan berkumpul ke kereta penumpang lain di sepanjang peron stasiun. Mereka bergerak dalam separuh jam, menumpangi sepanjang kereta, dan bergerak ke luar stasiun menuju barat, kala Yunani masih bergerak menuju Eski-Shehr dan Afium-Karahissar….
Pada 21 Februari 1921, Pemerintah Sekutu menerima delegasi dari Athena, Konstantinopel dan Angora di London dalam upaya merekonsiliasikan Perjanjian Sevres dan pasukan baru nasionalisme Turki. Para delegasi Angora diterima secara teknis sebagai anggota delegasi Konstantinopel, namun mereka mendelegasikan kepemimpinannya kepada Bekr Sami Bey, seorang Sirkasia berpendirian tinggi yang menjadi Menteri Luar Negeri di Angora. Bekr Sami Bey masuk pada jenis kepemimpinan yang menjadi salah satu aset berharga Turki, sebuah jenis yang menikmati pengalaman kaya dan panjang dalam diplomasi dan yang menghasilkan pengembangan kecerdinal untuk pelucutan non-esensial dan memegang erat pada esensial. Terdapat perkataan lama dan benar yang membicarakan dampak bahwa kala orang Inggris berada di laut, kala orang Prancis berada di darat, orang Turki berada dalam diplomasi. Ini adalah pernyataan yang sangat mengkarakterisasikan sosok dari jenis Bekr Sami Bey.
Pemerintahan Sekutu menawarkan untuk melembagakan komisi internasional untuk penyelidikan statistik populasi di Trakia Timur dan Smyrna, pada kondisi agar Turki dan Yunani menerima temuan-temuannya dan agar sisa Perjanjian Severes berdiri tak berpihak. Bekr Sami Bey menerima tawaran tersebut, merujuk kepada kondisi tertentu dalam pengadaan penyelidikan dan pelestarian tertentu sebagaimana sisa Perjanjian Sevres. Delegasi Yunani takkan menerima keberpihakan dalam Perjanjian Sevres dari jenis apapun.
Pada 12 Maret, Pemerintah Sekutu mengusulkan serangkaian modifikasi dalam Perjanjian Sevres, ditangani secara inter alia agar “wilaayh yang disebut Vilayet Smyrna tetap akan berada di bawah kedaulatan Turki dan pasukan Yunani akan bertahan di kota Smyrna, namun di belahan lain sanjak akan diurus oleh seorang gendarmerie dengan para perwira Sekutu dan merekrut sejumlah orang dan distribusi penduduk sebagaimana yang dilporkan oleh Komisi Antar-Sekutu. Aransemen proporsional yang sama, secara setara seturut laporan Komisi, akan menerapkan pemerintahan. Seorang gubernur Kristen akan dilantik oleh Liga Bangsa-Bangsa dan diperbantukan oleh majelis elektif dan dewan elektif. Gubernur akan bertanggung jawab untuk pembayaran kepada Pemerintahan Turki dengan masukan tahunan dari kemakmuran provinsi. Aransemen tersebut akan terbuka selama lima tahun untuk membuka ulasan pada tawaran pihak manapun oleh Liga Bangsa-Bangsa.” Ini tak diterima Yunani maupun Turki dan serangan Yunani 1921 dengan cepat mengakhiri pengesahannya.
Pada 21 Juni, Pemerintah Sekutu menawarkan campur tangan mereka kepada Yunani, namun komando Royalis di bawah Smyrna bersiap untuk meneruskan pawainya menuju Angora dan campur tangan ditolak.
Pada Maret 1922, Pemerintahan Sekutu mendorong para delegasi dari Athena, Konstantinopel dan Angora, delegasi Angora dikepalai oleh Yusuf Kemal Bey yang menggantikan Bekr Sami Bey sebagai Menlu. Pada 22 Maret, proposal Sekutu untuk gencatan senjata di Asia Kecil dimajukan kepada Athena dan Angora, dan disusul pada 26 Maret, oleh catatan Sekutu yang membuat modifikasi lebih lanjut dalam Perjanjian Sevres dan mengusulkan “evakuasi damai Asia Kecil oleh pasukan Sekutu dan pemulihan kedaulatan Turki atas seluruh kawasan tersebut” dalam tempo empat bulan usai gencatan senjata. Pemerintah Yunani menerima usulan tersebut, namun Yusuf Kemal Bey pada 7 April emncetuskan agar dalam pandangan Pemerintahannya, gencatan senjata hanya dapat disepakati usai evakuasi Yunani. Pemerintah Sekutu menanggapi pada 15 April bahwa periode evakuasi Yunani akan diperpendek namun agar mengkondisikan gencatan senjata sebelumnya. Pada 22 April, Yusuf Kemal Bey ditawarkan untuk menemui para delegasi Sekutu di Ismid dalam upaay untuk mengadakan kondisi perdamaian lebih lanjut yang menerima usulan gencatan senjata akan diberlakukan pada Pemerintahannya, kondisi yang meninggalkan “pembukaan diskusi” dalam Catatan Sekutu 15 April. Proposal Ismid tak mendatangkan apapun. Pada Juni, Ali Fethy Bey, Mendagri di Angora, datang ke Paris dan London dengan tujuan mendapatkan pengadaan kondisi perdamaian yang tak dicantumkan oleh Sekutu dan memberlakukan sebuah perjanjian jika memungkinkan.
Pada 22 Juli, komando Royalis Yunani mengerahkan 20.000 pasukan Yunani Lama dari barisannya di belakang Smyrna ke jalur Chatalja di Trakia Timur untuk pergerakan pada Konstantinopel sendiri, sebuah pergerakan yang diveto oleh Pemerintahan Sekutu. Ini menggantikan mereka di balik Smyrna dengan pasukan Yunani Anatolia dan pada 30 Juli, “otonomi di bawah naungan pasukan Yunani” diproklamasikan di “Ionia.” Ini secara radikal mengubah situasi militer, namun Fevzi Pasha yang kini siap ke Angora, diperintahkan oleh Pemerintahannya untuk melakukan aksi menunda kabar dari Fethy Bey. Di Paris, Fethy Bey diterima dengan baik namun kala ia melintas ke London pada akhir Juli, pertemuan Lord Curzon dengannya ditunda dan baru setelah protes dibuat pada perantaraannya agar Sir William Tyrrell dari Kemenlu menerimanya. Namun, Sir William tak diberdayakan untuk mendiskusikan keputusan perdamaian. Pada 11 Agustus, Fethy Bey pergi dari London ke Roma, berhenti di Paris untuk mengabari kabar penerimaannya di London ke Angora. Solusi tanggal mati Smyrna kini ditujukan kepada Fevzi Pasha.
Pada fajar 26 Agustus, Ismet Pasha menyerang pasukan Yunani di Afium-Karahissar. Peristiwa tersebut menandai mobilsiasi ulang dan persenjataan ulang seluruh pasukan Turki, telah dilakukan sampai akhir dan Ismet Pasha mendapati bahwa pasukan Yunani sepenuhnya belum siap. Mereka meninggalkan Afium dan Kutahia dan mendorong pengerahan pada 1 September ke Ushak, namun pada 2 September, kavaleri Turki bergerak ke Ushak dan mengalahkan pasukan Yunani, mengusir Jenderal Tricoupis dan seluruh bawahannya, dan kabur ke garisnnya sendiri. Jarak dari Ushak ke Smyrna adalah 160 mil, namun Yunani mengerumuninya dalam delapan hari, meninggalkan segala hal selain senapan mereka, bergerak keluar negara tersebut dan hanya berhenti sepanjang perjalanan panjang untuk melakukan pembalasan terakhir mereka di desa-desa sesambil mereka melarikan diri. Pada 5 September, mereka mulai bergerak ke Smyrna dan tak menuturkan lebih rinci pergerakan bawahan Fevzi Pasha selain fakta bahwa seluruh cabang ketentaraannya berhasil dalam memukul mundur mereka. Pada 9 September, unit Turki memasuki Smyrna. Sementara itu, serangan sekunder di utara telah diluncurkan melawan Biledjik pada 30 Agustus, yunani mengevakuasi Eski-Shehr pada 2 September. Pada 12 September, pasukan mereka melitnas dari Mudania dan Panderma ke Trakia Timur.
Dari balik perbukitan Jawa sampai kota-kota Amerika Serikat, pendudukan ulang Turki atas Smyrna mengguncang dunia. Islam yang telah ditekan oleh pendudukan Yunani pada 1919, bangkit sendiri dalam penggabungan dengan “saudara kami Turki.” Dunia Kristen telah melewatkan pendudukan Yunani dalam kebungkaman, sebagaimana ditekan oleh pendudukan ulang Turki kala jika salah satu perintah diturunkan dari Dekalog. Dari tiga unsur yang hadir di Smyrna, Armenia, Yunani dan Turki (menyebutnya dalam urutan abjad), gerejawan Amerika beranggapan bahwa Turki yang memulai bara yang menjilat paruh kota Smyrna dalam sepekan usai pendudukan ulang. Sebagaimana bagi Turki sendiri, para linguis Turki yang terbungkam menyambut kabar dari Smyrna dengan teriakan “Akhiri imperialisme!”
Hanya pendudukan Sekutu terhadap Konstantinopel dan Selat, serta pendudukan Yunani terhadap Trakia Timur di wilayah Sekutu, yang kini dihadapi Fevzi Pasha. Pada 16 September, Mr. Lloyd George mengeluarkan panggilannya ke wilayah kekuasaan Inggris untuk mengkirab pertahanan “pembebasan Selat.” Tanpa ragu, Mr. Lloyd George memahami apa yang ia artikan lewat peribahasa tersebut, namun kala Rusia Soviet dan Turki mengulangi dan menyatakannya secara terbuka, Mr. Lloyd George mengulang dari pernyataan terbuka darinya. Namun, hal lain melibatkan “pembebasan Selat” dalam manifesto 16 September. Manifesto tersebut adalah turunan langsung Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907. Dengan kematian Habibullah, dengan pengasingan Said Mir Alim, dengan peniadaan Perjanjian Inggris-Persia, dengan Trans-Kaukasia kembali di bawah naungan Rusia, dengan kegagalan Yunani merebut sepanjang Selat dalam tahap keruntuhan, komando Inggris yang kini berdiri di Selat dan Laut Hitam sepenuhnya menjadi sisa teritorial luas yang dilowongkan keruntuhan Czarist Rusia di hadapan imperialisme Inggris agresif.
Pada 30 September, Mr. Lloyd George mengirim Jenderal Harington, Kepala Panglima Sekutu di Konstantinopel, sebuah ultimatum enam jam meerintahkan pasukan Turki untuk mundur dari kontak dengan garis Inggris di belakang Chanak. Jika ultimatum tersebut diberlakukan, ini akan memicu perang Inggris-Turki dan dengan penegrahan Inggris bergerak ke Selat, ini sulit untuk melihat dengan keperluan lainnya yang dapat dikerahkan dari London. Namun, alih-alih memberlakukannya, Jenderal Harington mengurungkannya dalam kantungnya dan datang ke Mudania pada 3 Oktober dengan para kolega Sekutunya untuk menegosiasikan gencatan senjata dengan Ismet Pasha. Pada subuh 11 Oktober, gencatan senjata Mudania ditandatangani, Sekutu sepakat untuk mengevakuasi Yunani dari Trakia Timur secara langsung dan mengembalikannya kepada Turki sampai Sungai Maritza, memberlakukan pemerintahan sipil Turki, didukung oleh pasukan 8.000 gendarme, dalam periode tiga puluh hari usai evakuasi Yunani.
Pada 19 Oktober, Mr. Lloyd George yang dapat menulis gencatan senjata Mudania dengan tinta alih-alih darah, menyerahkan pengunduran dirinya kepada Raja. Namun, dalam Pemerintahan Mr. Bonar Law, Lord Curzon masih di Kemenlu. Persiapan kini dibuat untuk konferensi perdamaian, bermula di Lausanne pada 13 November, untuk memghalau pertikaian antara Sekutu dan Turki dan antara Turki dan Yunani. Undangan dikeluarkan kepada Pemerintahan Utsmaniyah lama di Konstantinopel untuk mengirim para delegasi ke konferensi. Dari Sultna-Khalifah, Pemerintahan tersebut melucuti otoritas sebenarnya lama sebelum oleh pendudukan ibukota lama oleh Sekutu, dan Majelis Nasional Besar dengan cepat mengakhiri keberadaan teknikalnya. Pada 1 November, Majelis mengulang deklarasi sebelumnya bahwa “bentuk pemerintahan berdasarkan pada kedaulatan pribadi di Konstantinopel” yang telah ditiadakan pada 16 Maret 1920, dengan menambahkan bahwa “kekhalifahan yang masuk dinasti Utsmaniyah dan Majelis Nasional Besar akan menominasikannya dinasti yang lebih menonjol dan bijak dalam pengetahuan dan karakter. Negara Turki merupakan kekuatan pendukung Kekhalifahan.”
Pada pagi 4 November, Kabinet Konstantinopel menyerahkan pengunduran dirinya kepada Khalifah-Sultan. Pada siang hari, Rafet Pasha mengambil alih pemeritnahan Konstantinopel sebagai salah satu ibukota sementara Negara Turki baru. Pada jam-jam awal 17 November, Khalifah-Sultan kabur dengan kapal tempur Inggris ke Malta. Keesokan harinya, Majelis Nasional Besar di Angora memilih pewaris takhtanya, Abdul Medjid Effendi, untuk Kekhalifahan Islam. Nasionalisme Turki berlanjut untuk mendorong agar konservatisme Turki Lama yang membantu pembentukan Revolusi Turki Muda tahun 1908. Sebagaimana Islam di India, hal tersebut menjadi kerahasiaan yang mengelilingi pengepungan yang mengembangkan nasionalisme Turki yang mengakhiri teokrasi Utsmaniyah bersejarahnya jatuh dalam luka dalam, namun menyentuh secara setia kepada “saudara kami Turki.” Sebagaimana Kaisar India, ia tak menentu apakah takhta Kekhalifahan adalah Konstantinopel atau Makkah. Eks-Sherif Hussein memiliki dua putra yang menduduki takhta di bawahnya, Feisal di Bagdad dan Abdullah di Amman, dan ia sendiri disebut sebagai “Pemimpin Tertinggi dunia Islam dan penguasa temporal Arabia.”
Pada 20 November, Lord Curzon akhirnya membuka konferensi perdamaian di Lausanne, dengan Ismet Pasha, yang kini Menlu di Pemerintahan Turki, hanya mengepalai delegasi Turki. Negosiasi dimajukan sampai 31 Januari 1923, kala Lord Curzon menyajikan perjanjian rancangan pada Ismet Pasha dan pada malam 4 februari pergi ke London. Perpecahan dalam negosiasi meninggalkan militer dan angkatan laut Inggris dalam pendudukan Konstantinopel dan Selat, dan pasukan Yunani bergerak ke timur sepanjang Maritza; namun salju Balkan meleleh tanpa sebab. Pada 23 April, Sir Horace Rumbold, Komisioner Tinggi Inggris di Konstantinopel menggantikan Lord Curzon di konferensi lanjutan dan Perjanjian Perdamaian, bersama dengan sejumlah dokumen bawahan, akhirnya ditandatangani di Lausanne pada 24 Juli.
Mereka sebelumnya mencatat nasib sebagian besar akuisisi Inggris yang menyusul keruntuhan Czarist Rusia. Dengan kematian Habibullah, dengan Said Mir Alim diasingkan, dengan komando Kaspia lenyap, dengan Perjanjian Inggris-Persia ditiadakan, dengan proyek mandat Amerika berakhir dan Trans-Kaukasia lembali berada di bawah naungan Rusia, Mr. Lloyd George pada akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pertikaiannya terhadap Rusia dan Turki. Di Konferensi Genoa pada 1922, ia berniat untuk menulis kembali Perjanjian Inggris-Rusia tahun 1907 dengan Soviet Rusia. Namun Soviet meniadakan Perjanjian tahun 1907 pada 1918. Pada 1922, Soviet menolak untuk menyatakan pengakuan Inggris dengan pembalasan terhadap diplomasi Czarist. Pencairan akuisisi Inggris berlanjut. Pendudukan ulang Turki terhadap Smyrna memupus harapan Yunani terhadap Selat dan membawa Turki ke pesisir Asiatik dari Bosphorus dan Dardanelles. Gencatan senjata Mudania mengembalikan pesisir Eropa kepada Turki. Satu-satunya komando tak aman dari Selat dan Laut Hitam kini menahan sebagian besar akuisisi Inggris tahun 1918 dan 1919, dan sisanya kini diserahkan kepada Lord Curzon dari hasil negosiasi di Lausanne dengan delegasi Turki sendiri. Soviet Rusia menolak untuk menulis ulang Perjanjian 1907 melawan Turki di Genoa, Lord Curzon kini merancang Konvensi Selat melawan Rusia di Lausanne. Pada 8 Mei 1923, ia mengerahkan ultimatum dari London ke Moskow yang nampaknya dirancang untuk menunda Perjanjian Dagang Inggris-Rusia dan memutus seluruh hubungan dengan Soviet Rusia. Kemenlu Inggris menghidupkan perang dan perpecahan perang sejak 1914 dan waktu tak lagi datang ketika mengkehendaki untuk mengadakan perdamaian penuh dan normal dengan Turki dan Rusia.
Konvensi Selat, yang dirancang tanpa keterlibatan Rusia di Lausanne, membuka Selat kepada seluruh pedagang kala Turki berada pada perdamaian dan kepada seluruh pedagang netral, yang tunduk pada hak pencarian Turki, kala Turki berperang. Seluruh kapal perang diperkenankan melintas kala Turki berada pada perdamaian dan kapal-kapal perang netral kala Turki berperang, kedua dalil tersebut menjadi bahan dari sejumlah pembatasan, salah satunya adalah bahwa “pasukan maksimum yang Kekuatan manapun dapat kirim melewati Selat ke Laut Hitam tidaklah lebih besar dari armada paling kuat dari Kekuatan laut Hitam yang ada di laut tersebut pada waktu melintas; selain denagn tujuan agar Kekuatan-kekuatan mengerahkan diri mereka sendiri dengan hak untuk mengirim ke Laut Hitam, pada sepanjang waktu dan di bawah segala keadaan, pasukan tak lebih dari tiga kapal, dengan tanpa kapal tunggal yang melampaui 10.000 ton.”
Lewat Konvensi tersebut, Lord Curzon menerima akses ke pelabuhan selatan dan Trans-Kaukasia dari Soviet Rusia. Ismet Pasha menandatanganinya dalam kesempatan penandatanganan umum di Lausanne pada 24 Juli. Soviet Rusia menandatanganinya di Roma pada 14 Agustus. Pada awal September, Mr. Amery, Kepala Laksamana Inggris Tingkat Satu, melakukan kunjungan pemeriksaan ke Malta kala ia mengumumkan bahwa pada satu atau dua tahun berikutnya, skuadron Inggris utama masih akan berada di Laut Tengah. Dari Malta, ia meneruskan perjalanannya ke Konstantinopel.
Lord Curzon juga pergi ke Lausanne dalam rangka perjanjian agar “garis depan antara Turki dan Irak harus ditetapkan dalam perjanjian persahabatan yang dilakukan antara Turki dan Britania Raya dalam sembilan bulan. Jika tak ada perjanjian yang dicapai antara dua Pemerintahan dalam waktu yang disebutkan, persengketaan harus dilayangkan kepada Dewan Liga Bangsa-Bangsa.” Perpecahan Turki Arab dalam Islam Sunni yang dipicu Kemenlu pada 1915 melalui Keresidenan di Kairo, masih timbul dalam kontroversi Mosul. Otonomi Arab di bawah kedaulatan keagamaan Khalifah Utsmaniyah yang diberlakukan Rauf Bey kepada Laksamana Calthorpe di Mudros pada 1918, masih menunggu, inter alia, nasib Mosul.
Hasil Konferensi Lausanne diberlakukan. Kemenangan militer yang dimenangkan oleh Ismet Pasha atas Yunani di Smyrna, ia ulang olehnya sebagai kemenangan diplomatik atas Sekutu di Lausanne. Dengan menyelamatkan Konvensi Selat dari keruntuhan dan menunda persoalan Mosul, Lord Curzon meninggalkan peristiwa tak menyenangkan tersebut pada 4 Februari 1923, meninggalkan Sir Horace Rumbold untuk menyelamatkan apa yang ia dapat kala konferensi berlanjut pada 23 April. Ismet Pasha membatasi dirinya sejauh mungkin pada penetapan keputusan perdamaian politik, merujuk penyerahan kepada Pemerintahannya di Angora. Namun, tak sampai 17 Juli, Sir Horace tertantang untuk menandatangani perdamaian tanpa sepengetahuan Pemerintah Turki dalam klaim yang disebut Perusahaan Perminyakan Turki atas minyak provinsi Mosul. Pengecualian bagi negosiasi lanjutan atas Mosul, keputusan perdamaian politik antara Sekutu dan Turki ditandatangani di Lausanne pada 24 Juli. Beberapa masalah perdamaian ekonomi, terutama pertanyaan soal mata uang Turki yang harus dibayarkan terhadap sahamnya pada Badan Kemasyarakatan Utsmaniyah Lama, masih berada dalam proses negosiasi.
Pada 4 Agustus, keputusan untuk kelanjutan hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Turki ditandatangani di Lausanne. Hubungan telah diputus pada 20 April 1917, oleh Pemerintahan Enver di Konstantinopel. Pada 5 Mei 1923, Ismet Pasha menulis kepada Joseph C. Grew, Utusan Amerika untuk Swiss, mengusulkan negosiasi untuk menyoroti kelanjutan hubungan reguler. Dua Perjanjian Turki-Amerika dihasilkan, satu perjanjian umum dan lainnya perjanjian ekstradisi, perjanjian umumnya mencatat pengakuan Amerika atas peniadaan Kapitulasi yang diberlakukan oleh Ismet Pasha terhadap Sekutu. Di bawah perjanjian tersebut, warga Amerika dan lembaga-lembaga Amerika di Turki setelah itu berada di bawah hukum Turki dan perpajakan Turki, Turki secara sukarela sepakat pada negosiasi dengan Sekutu untuk melantik empat penasehat hukum, warga negara-negara netral pada akhir perang, yang menjabat selama lima tahun dan berfungsi untuk membatasi tawaran nasehat. Lewat peniadaan Kapitiulasi tersebut, Turki memasuki status setara dal;am keluarga bangsa-bangsa. Pada Juli 1894, Buddhis Jepang memulai masa persiapan lima tahun untuk akuisisinya terhadap status kesetaraan yang sebelumnya merupakan hak khusus negara-negara Kristen. Namun, pada Juli 1923, Perjanjian Damaidengan Sekutu menyerahkan status kesetaraan langsung kepada Muslim Turki dengan negara-negara Kristen dan Jepang.
Ratifikasi dua Perjanjian Turki-Amerika diadakan di Konstantinopel “sememungkinkannya” dan Perjanjian-perjaniian tersebut diberlakukan dua bhulan usai ratifikasi, masa campur tangan diperkenankan untuk evakuasi angkatan laut Amerika dari perairan Turki.
Sementara itu, perjanjian Yunani-Turki yang ditandatangani di Lausanne pada 30 Januari 1923, telah memicu keterlibatan Yunani dalam Perjanjian Perdamaian Sekutu tertanggal 24 Juli. Pada 30 Januar, Yunani dan Turki sepakat untuk menukar masing-masing warga Muslim dan Ortodoks mereka yang berjumlah sekitar 500.000 orang, kecuali bagi Muslim Trakia Barat dan Ortodoks Konstantinopel, Turki memperkenankan Patriarkat Oekumenikal untuk bertahan di Phanar, Stamboul sampai peniadaannya dan keberangkatan Meletios IV, Patriark kala itu. Dengan perjanjian landasan tersebut, Yunani mengakui Perjanjian Perdamaian 24 Juli sebagai “obligasinya untuk membuat ganti rugi atas kerusakan yang disebabkan di Anatolia oleh tindakan Pasukan Yunani atau pemerintahan yang berseberangan dengan hukum perang. Di sisi lain, Turki, yang berada pada keadaan keuangan Yunani timbul dari keadaan perang dan dampaknya, akhirnya menarik seluruh klaim atas ganti rugi terhadap Pemerintahan Yunani.” Dalam rangka ganti rugi, Turki menerima wilayah Karagatch di seberang Maritza dari Adrianopolis, yang direbut oleh pasukan Yunani pada 15 September dalam keadaan kota-kota yang ditinggalkan pasukan Yunani di Anatolia setahun sebelumnya.
Pada 23 Agustus, Majelis Nasional Besar di Angora meratifikasi Perjanjian Perdamaian Lausanne lewat suara 215 banding 20. Keesokan harinya, evakuasi Sekutu terhadap Konstantinopel dan Selat dimulai, untuk dirampungkan dalam periode enam pekan….
Untuk mewujudkan pemberlakuan Perjanjian Lausanne, kita harus kembali beberapa jarak dalam sejarah Utsmaniyah. Sultan Selim III yang dilengserkan pada 1808, mungkin menjadi reformator Utsmaniyah pertama. Mahmoud II yang menggantikannya, menjadi Sultan besar yang melirik kebutuhan perkenalan metode Barat di kerajaan Timurnya, dan ia yang meniadakan Janisari pada 1826 sebagai akibat dari perlawanan panjangnya terhadap reformasi. Abdul Medjid I menjadi reformator besar ketiga yang memproklamasikan Tanzimat pada 1839 di bawah keputusan seluruh warga Utsmaniyah diberikan status setara dalam hukum temporal. Tanzimat sepakat dengan refromasi pembersihan dalam pendidikan, metode pemungutan pajak dan pengadilan, namun Czaris Rusia menghentikan reformasi Utsmaniyah dalam agresi tahun 1853 yang memicu Perang Krimea.
Di bawah Abdul Aziz, kelompok Turki didikan Barat membangkitkan reformasi Utsmaniyah dan kala Abdul Hamid II menjadi Sultan, Midhat Pasha menggantikannya dalam memproklamasikan Konstitusi. Czarist Rusia kembali menghentikan reformasi dalam Perang Rusia-Turki tahun 1876 dan Kongres Berlin mengadopsi sebutan “pesakitan Eropa” yang diciptakan oleh Czar terhadap Sultan. Czarist Rusia dan Eropa Barat kini mengambil alih masalah reformasi Utsmaniyah mereka sendiri, mengarahkannya ke pemanfaatan warga Bulgaria dan Armenia dari Sultan sesambil mengesahkan kebutuhan setara mendesak dari warga Turkinya. Sehingga, reformasi Utsmaniyah kini diarahkan menjadi tujuan pasti dunia Kristen dari Czarist Rusia kepada kota-kota Amerika Serikat, sementara Islam pada masa itu dari Balkan sampai perbukitan Jawa menjadi makin mengkhawatirkan bagi “saudara mereka Turki.”
Diperingatkan oleh dampak perpecahan reformasi Utsmaniyah di tangan Barat, Turki Muda didikan Barat kembali memulihkan program reformasi mereka sendiri dan kala Sir Edward Grey sepakat dengan Czarist Rusia pada 1907 kala pemisahan Kekaisaran Utsmaniyah pada masa berikutnya, Turki Muda secara mengkhawatirkan memulihkan Konstitusi Midhat Pasha dalam Revolusi 1908. Namun akhir berada di tangan. Austria-Hongaria langsung menganeksasi Bosnia dan Herzegovina. Bulgaria memproklamasikan kemerdekaannya. Pemberontakan dimulai di Albania dengan Austria-Hongaria tak melewatkannya dan Kurdistan tak dibiarkan Czarist Rusia. Italia mendarat di Tripoli dan Perang Balktan Pertama membawa Bulgaria sampai garis Chatalja di belakang Konstantinopel, mengkahiri tak hanya upaya apapun pada reformasi Turki Muda namun nyaris keberadaan Kekaisaran. Dalam pandangan Barat, jenis hal yang menghimpun reformasi Utsmaniyah, dan pada 1914 perpaduan Inggris-Rusia menutup Kekaisaran dan mereformasikannya dari ketiadaan. Perjanjian Sevres pada 1920 akhirnya menulis bab akhir dalam kisah reformasi Barat dengan mengusulkan penyerahan atas provinsi-provinsi terkaya negara Turki kepada Yunani dan Armenia sesambil menyangkali hak apapun terhadap Turki untuk keberadaan independen. Perjanjian Sevres masih menjadi pengartian penuh dan lengkap dari kata “reformasi” kala diterapkan oleh diplomasi Sekutu terhadap wilayah Turki.
Pada waktu itu, Turki Muda meniadakan Kapitulasi pada 1914 dan dengan tangan mereka dilepaskan untuk pertama kalinya dalam sejarah modern mereka, sejumlah reformasi lainnya menyusul dengan cepat disamping fakta bahwa mereka menghadapi perang dunia. Kala Rauf Bey menemui Laksamana Calthorpe di Mudros untuk menerapkan gencatan senjata pada 1918, ia menyatakan bahwa peniadaan Kapitulasi akan diakui, namun tindakan pertama Sekutu terhadap pendudukan Konstantinopel adalah pemberlakuan ulang Kapitulasi dan menangguhkan setiap reformasi yang terus dibuat Turki Muda. Dalam beberapa bulan, pendudukan Smyrna oleh Yunani menempatkan Turki Muda pada jantung Anatolia. Nasionalisme Turki dulang dan menerapkan penerapan Rauf Bey di Mudros dalam program Erzerum tahun 1919. Parlemen Utsmaniyah melibatkan dirinya pada program Erzerum pada awal 1920 dengan nama Pakta Nasional. Para pejabat Inggris mereformasi Parlemen Utsmaniayh dari ketiadaan pada malam 15-16 Maret 1920, namun jauh dari jantung Anatolia, nasionalisme Turki terhimpun bebas dari penanganan terhadap program reformasinya sendiri kala keadaan pengepungannya diperkenankan. Apa yang diberlakukan pada Perjanjian Sevres adalah reformasi Barat di Turki, Majelis Nasional Besar menjadi reformasi Turki di Turki; dan kala Soviet Rusia mengakui Pakta Nasional pada 1921, jari-jarinya yang telah lama menjamah reformasi Utsmaniyah lenyap, setidaknya secara sementara, dari jangkauan Turki.
Afganistan dengan cepat mengakui Pakta tersebut. Tiga Republik Soviet Trans-Kaukasia mengakuinya. Terkait Kilikia, Prancis mengakuinya. Soviet Ukraina mengakuinya pada awal 1922. Terkait Trakia Timur, Mr. Lloyd George dan Menlunya mengakuinya pada ujung bayonet dalam gencatan senjata Mudania. Namun di Lausanne, Ismet Pasha menempatkan sisa Pakta di hadapan Lord Curzon. Pada awal 1923, Lord Curzon, yang mengerahkan beberapa turunan hal memilukan, kembali ke London. Ini kemudian nampak sebagai kesempatan kecil kesuksesan diplomatik Ismet Pasha sebagaimana sempat ada yang nampak pada kesuksesan militer Fevzi Pasha, namun reformasi Turki takkan hidup hari ini jika tak ada pemahaman panjang untuk mencapai ketidakmungkinan. Sedikit demi sedikit, Ismet Pasha menurunkan hal non-esensial dari pakta sambil mengadakan peniadaan Kapitulasi yang diberlakukan oleh Pemerintah Enver pada 28 September 1914. Pada 24 Juli 1923, Kemenlu Inggris akhirnya menuruti pengakuannya terhadap dalil-dalil Pakta Nasional, kecuali yang dibuat untuk negosiasi lanjutan atas Mosul.
Pada abad terakhir, Kekaisaran utsmniayh telah memperjuangkan keadilan di tangan Czarist Rusia dan Barat. Czarist Rusia akhirnya ditiadakan dan Turki akhirnya mencapai keadilan dari Barat pada ujung bayonet, sebuah fakta yang kami Kristen Barat juga dapat melakukannya. Ini dilakukan dari Barat di Lausanne dengan pengakuan atas hak untuk mengendalikan reformasinya sendiri dalam sejarahnya sendiri dan sejak Czarist Rusia dan Barat lewat dorongan panjang mereka untuk memberlakukan reformasi dari tanpa pemanfaatan khusus minoritas Turki, membuatnya tak mungkin bagi Turki dan minroitasnya untuk hidup bersama, Turki saat ini hanya menghimpun dirinya untuk pengadaan di Turki. Terkait tak ada upaya Barat lebih lanjut yang dibuat untuk menghalangi reformasi Turki (dan jika masa lalu adalah langkah menuju masa depan, upaya semacam itu tentunya sulit dibuat), masa depan Turki kini bergantung pada warga Turki. Kami akhirnya mengetahui siapa yang bertanggung jawab di Turki, dan ini merupakan raihan yang sangat menonjol.