Manajemen Lalu Lintas/Trotoar
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan yang berfungsi untuk meningkatkan keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.
Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas kendaraan, oleh struktur fisik berupa kereb.
Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan pengaduan/permintaan masyarakat.
Penempatan trotoar
suntingFasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut antara lain :
- Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi
- Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap
- Daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan dipasar, pusat perkotaaan, daerah industri
- Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga
- Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan/gelanggang olah raga, masjid
Aspek desain trotoar
suntingAspek yang perlu diperhatikan dalam perencanaan/desain trotoar:
- Perbedaan tinggi trotoar dari muka jalan yang tidak terlalu rendah tetapi juga tidak terlalu tinggi karena akan mengurangi kapasitas jalan. Ketinggian dari perkerasan jalan yang disarankan adalah 150 mm.
- Kelandaian pada akses jalan untuk memungkinkan penderita cacat yang menggunakan kursi roda untuk bisa menggunakan trotoar dengan gampang dan mudah.
- Lintasan yang bisa dilewati oleh penderita cacat yang buta.
- Lebar yang sesuai dengan jumlah pejalan kaki yang menggunakan trotoar
Lebar fasilitas pejalan kaki
suntingLebar fasilitas pejalan kaki yang ideal bisa dihitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:
Dimana: P = volume pejalan kaki (Orang/menit/meter) W = lebar fasilitas pejalan kaki (meter)
Bila pada fasilitas pejalan kaki masih ditambah dengan perabot jalan atau fasilitas lainnya maka perlu ada pelebaran untuk fasilitas tersebut dari hasil perhitungan sebagaimana rumus diatas. Pada daftar berikut[1] ditunjukkan tambahan lebar yang dibutuhkan:
No | Jenis Fasilitas | Tambahan lebar, Cm |
---|---|---|
1 | Kursi roda | 100 - 120 |
2 | Tiang lampu penerang | 75 - 100 |
3 | Tiang lampu lalu lintas | 100 - 120 |
4 | Rambu lalu lintas | 75 - 100 |
5 | Kotak Surat/Pos | 100 - 120 |
6 | Keranjang sampah | 75 - 100 |
7 | Pohon/Tanaman peneduh | 60 - 120 |
8 | Pot Bunga | 150 |
Jenis perkerasan
suntingPerkerasan yang digunakan dapat berupa:
- Perkerasan lentur/aspal
- Perkerasan kaku/beton
- Paving block
Perkerasan ini harus diberikan elevasi sekurang-kurangnya sebesar 2 % sampai dengan maksimum 3 % agar tidak terjadi genangan air pada waktu hujan. Sedangkan kelandaian memanjang trotoar maksimum bisa sampai 7 %.