Indroyono
Indroyono adalah seorang guru bahasa Inggris SMA di Yogyakarta yang telah mengajar sejak tahun 1982. Pada saat itu, Indroyono masih berstatus mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Inggris IKIP Negeri Yogyakarta angkatan 1981. Dengan berbekal kesadaran bahwa masih banyak siswa mengalami kesulitan belajar bahasa Inggris, Indroyono mengembangkan metode pembelajaran bahasa Inggris dengan pendekatan pribadi. Langkah yang dilakukan pertama adalah menciptakan iklim belajar yang bersahabat. Melalui hubungan akrab dengan siswa, Indroyono membangun motivasi belajar siswa. Langkah kedua adalah menyunting materi ajar dengan metode seleksi dan gradasi sehingga materi ajar dari Indroyono mudah diterima dengan peningkatan derajad kesukaran secara bertahap. Akibatnya beberapa kesalahan gramatikal dalam produksi bahasa yang dilakukan siswa tidak dikoreksi dengan alasan siswa belum diajar tentang aturan bahasa yang dilanggarnya. Cara ini membuat siswa bersemangat untuk belajar dan tidak takut salah.
Langkah ketiga adalah mengoptimalkan praktek berbahasa dengan keyakinan bahwa cara mudah belajar bahasa Inggris dengan praktek. Dengan praktek, siswa dan guru dapat menemukan masalah-masalah baru dalam produksi bahasa. Masalah tersebut kemudian dibahas secara klasikal.
Setelah diangkat menjadi pegawai negeri tahun 1988, Indroyono mengajar di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Proses inovasi pembelajaran yang dilakukan Indroyono terus berlanjut selama mengajar di SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Ketika ancangan pembelajaran bahasa bergeser dari ancangan struktur ke ancangan komunikatif dan seterusnya sampai dengan pembelajaran berbasis kompetensi, Indroyono telah banyak melakukan inovasi pembelajaran. Salah satunya adalah metode pembelajaran dengan modus praktek langsung dengan penutur asli. Karena Yogyakarta merupakan kota wisata, sangat mudah menemukan penutur asli bahasa Inggris yang mau diajak bekerjasama untuk memberi kesempatan berpraktek dengan siswa. Caranya adalah mengundang penutur asli tersebut ke sekolah atau mengajak siswa pergi ke tempat wisata yang jaraknya sangat dekat dengan domisili siswa atau lokasi sekolah.
Dengan memanfaatkan teknologi berupa internet, Indroyono melakukan kerjasama dengan sekolah di Melbourne Australia untuk melakukan program sister school. Mulai dari kegiatan pertukaran email sampai dengan kunjungan ke sekolah, yaitu ke Overnewton Anglican College dan Oberon High School.
Kendala tidak tersedianya kesempatan berpraktek dengan penutur asli bagi siswa dari sekolah lain, mendorong Indroyono mengembangkan pembelajaran berbasis multi media. Dia membuat materi pembelajaran dengan program authorware untuk membuat CD interaktif sehingga siswa dapat belajar listening dengan suara penutur asli disertai dengan gambar. Seterusnya, dengan kebutuhan siswa akan penguasaan TOEIC, Indroyono menyunting materi TOEIC dari buku menjadi CD interaktif.
Pada bulan Maret 2006, Indroyono berpindah tugas ke SMA Muhammadiyah 6 Yogyakarta. Teknologi informasi dimanfaatkan dalam pembelajaran dengan menerapkan e-learning di sekolah tersebut. Siswa didorong untuk bereksplorasi mencari bahan belajar di internet dengan fasilitas dari sekolah. Dengan penerapan teknologi ini, siswa didorong untuk tidak bergantung pada guru. Indroyono juga mengembangkan pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan webcam dan portal pendidikan Jogja Virtual School yang difasilitasi oleh Departemen Pendidikan Propinsi Daerah Istimewa Yogyaakarta. Dengan cara seperti itu, Indroyono dapat melakukan pembelajaran dari jarak jauh. Untuk menghemat biaya penggunaan internet, Indroyono dengan dibantu guru-guru lain di SMA Muhammadiyah 6 Yogyakarta mencari materi belajar di internet yang mungkin bisa dimanfaatkan oleh siswa. Materi tersebut disimpan dalam data base yang bisa diakses oleh siswa secara off line. Pembelajaran berbasis intra net tersebut terbukti lebih efektif, hemat, dan produktif. Karena siswa tidak teralihkan perhatiaannya ke dunia tak terbatas internet, tetapi hanya terfokus pada materi belajar yang disediakan dalam data base. Menyadari keterbatasan koleksi buku yang dimiliki sekolah, indroyono dibantu teman guru lainnya mulai mengembangkan perpustakaan digital agar bisa memanfaatkan buku teks yang tersebar di perpustakaan-perpustakaan di seluruh dunia.