Perjalanan di Kepulauan Hindia Timur

PERJALANAN
KE
KEPULAUAN HINDIA TIMUR.

Oleh ALBERT S. BICKMORE, M.A.,

ANGGOTA ROYAL GEOGRAPHICAL SOCIETY OF LONDON,
ANGGOTA TERKAIT AMERICAN AND LONDON ETHNOLOGICAL SOCIETIES,
NEW YORK LYCEUM OF NATURAL HISTORY, ANGGOTA BOSTON SOCIETY
OF NATURAL HISTORY AND AMERICAN ORIENTAL SOCIETY, DAN
PROFESOR SEJARAH ALAM DI UNIVERSITAS
MADISON, HAMILTON, N. Y.

DENGAN PETA DAN ILUSTRASI.

LONDON:
JOHN MURRAY, ALBEMARLE STREET.
1868.

Hak penerjemahan dilindungi.

LONDON: DICETAK OLEH W. CLOWES AND SONS, DUKE STREET, STAMFORD STREET,
AND CHARING CROSS.

KEPADA
PARA TEMAN ILMU PENGETAHUAN
DI
BOSTON DAN CAMBRIDGE,
MELALUI KEBEBASAN PERJALANAN
YANG DISEBUTKAN DISINI,
KARYA INI
Dengan Penuh Hormat Didedikasikan.

PRAKATA.

Tujuan perjalananku ke Amboina singkatnya adalah untuk mengumpulkan ulang kerang-kerang yang dikumpulkan dalam “Rariteit Kamer” karya Rumphius, dan gagasan penulisan karya perjalanan yang tak benar-benar menghibur sampai aku datang ke Batavia, dan, alih-alih dilarang oleh Pemerintah Belanda untuk bergerak ke Kepulauan Rempah-rempah, seperti beberapa teman terdekatku yang mengkhawatirkannya, aku dihargai oleh Yang Mulia, Gubernur-Jenderal “Hindia Belanda,” dengan kerangka yang diberikan pada halaman 40.

Secara penuh menyertai tujuan tersebut, aku menyediakan diriku dengan fasilitas tak tertiru pada perjalanan yang dialamiku ke setiap bagian kepulauan, dan semuanya, selain enam bab pertama, menjelaskan wilayah yang dikunjungi.

Penjelasan yang diberikan telah nyaris sepenuhnya diambil dari perjalananku, yang disimpan dari hari ke hari dengan perawatan yang terjaga. Akurasi, bahkan pada pengorbanan elegan apapun, telah ditujukan secara keseluruhan; dan penekanan pertama dipersembahkan sebagaimana modifikasi lewat pengamatan berikutnya.

Rasa terima kasihku disini diberikan kepada pihak liberal yang didedikasikan pada karya ini; kepada Baron Sloet van de Beele, mantan Gubernur-Jenderal Hindia Belanda; kepada Mr. N. A. T. Arriens, mantan Gubernur Kepulauan Maluku; kepada Mr. J. F. R. S. van den Bosche, mantan Gubernur Pesisir Barat Sumatra; kepada banyak pegawai Pemerintah Belanda, dan kepada para pedagang Belanda dan Amerika yang mengayomiku dengan kesantunan yang sangat erat, dan membantuku dalam setiap cara yang memungkinkan di sepanjang Kepulauan Hindia Timur.

Cambridge, Mass., Amerika Serikat, 1 Sept. 1868.

DAFTAR ISI.
BAB I.
SELAT SUNDA DAN BATAVIA.
Tujuan Perjalanan yang dijelaskan dalam karya ini—Mendekati pantai Jawa—Hembusan angin Kepulauan Timur—Kursi kesukaan Raja Æolus—Tirai hujan—Pemandangan pertama Melayu—Memasuki Laut Jawa—Bahasa Melayu—Sejarah awal Jawa—Marco Polo—Hindu di Jawa—Sejarah Batavia—Jalan menuju Batavia—Kota Batavia—Rumah-rumah warga Eropa—Cara masak—Karakteristik Melayu—Pengumpulan Kupu-kupu—Mengunjungi Rahden Saleh—Terserang demam—Menerima surat dari Gubernur-Jenderal
BAB II.
SEMARANG DAN SURABAYA.
Pelayaran dari Batavia ke Maluku—Para rekanku—Gunung Slamat—Pantai utara Jawa—Gunung Prau—Candu-candi di Boro Bodo dan Brambanan—Samarang—Masjid Muslim—Sejarah Islam—Gunung Japara—Guevo Upas, atau Lembah Racun—Gresik—Cara ringan dari navigasi dataran lumpur—Surabaya—Dok pemerintah-Lahan dan toko mesin—Kebun binatang—Sejarah Hindu—Kling—Pengadaan penanaman gula—Jalan raya dan rute telegrafi di Jawa—Cara pengumpulan beras Melayu—Jenis tebu
BAB III.
FLORA DAN FAUNA TIMUR TROPIS.
Dari Surabaya ke Makassar—Madura—Sapi—Pabrik garam—Pegunungan Tenger—Laut Berpasir—Letusan Gunung Papandayang dan Gunung Galunggong—Perbandingan Jawa dan Kuba—Hutan Jawa—Fauna Jawa—Pohon biji kokoa—Pandanus—Pisang—Buah-buahan tropis—Manggis—Rambutan—mangga—duku—durian—Sukun—Bali—Tradisi Jawa—Batas antara fauna Asia dan Australia—Dataran di atas laut—Kasta dan praktek suttee di Bali
BAB IV.
SULAWESI DAN TIMOR.
Sejarah Sulawesi—De Barros—Diogo de Cauto—Para pemburu kepala Sulawesi—Pelabuhan Makassar—Pelayaran Bugis—Selam terampil—Benteng Rotterdam—Societeit, atau Club—Pergerakan ke desa—Makam pedagang pribumi—Makam pangeran kuno—Pelayaran ke Kupang, di Timor—Ikan terbang—Gunong Api di Selat Sapi—Gillibanta—Sumbawa—Letusan Gunung Tomboro—Mata Iblis—Floris dan Pulau Cendana—Kupang—Buah-buahan di Timor—Ketelanjangannya dan sebabnya—Jenis orang berbeda yang nampak di Kupang—Pengurbanan manusia—Penjualan kerang—Geologi sekitaran Kupang—Pelayaran ke Dili—Desa Dili—Pulau-pulau utara Timor—Banda—Muson di Jawa dan Laut Tiongkok
BAB V.
AMBOINA.
Penjelasan pulau dan kota Amboina—Cara Belanda memerintah penduduk asli—Rumah kebahagiaan—Sebuah nautilus hidup yang diamankan—Perjalanan ke Hitu—Pergerakan Hassar—Sejarah pohon kokoa—Jagung India—Perburuan di wilayah tropis—Kupu-kupu—Perjalanan di sepanjang pantai Hitu untuk kerang—Cara perjalanan ke Kepulauan Rempah-rempah—Nanas—Jembatan yang ditutupi—Hitu-lama—Penjualan spesimen—Sejarah Kepulauan Rempah-rempah—Kelomang besar—Pelarian—Assilulu—Cangkang Babirusa dari Buru—Raa penasaran yang besar—Perhiasan pada otak ular dan babi celeng—Deskripsi pohon cengkih—Sejarah perdagangan cengkih—Disaksikan oleh para istri raja—Lariki dan Wakasihu—Badai pada puncak muson tenggara—Ragam dialek asli—Perjalanan berbahaya pada waktu malam—Gempa bumi—Perjalanan ke Tulahu
BAB VI.
ULIASSER DAN SERAM.
Kedatangan surat di Amboina—Uliasser—Mengunyah buah pinang dan siri—Haruku—Kami bergerak ke terumbu karang—Pulau, desa dan teluk Saparua—Nusalaut—Sambutan aneh—Makan besar timur—Pengujian sekolah-sekolah pribumi—Kelas-kelas pribumi berbeda—Ladang cengkih di Uliasser—Nullahia, Amet, dan Abobo—Memecah ombak di terumbu karang—Tanjong O—Perjalanan pada malam hari—Seram—Teluk Elpaputi dan Amahai—Alfura, atau pemburu kepala, datang dari pegunungan dan menari di hadapan kami—Wilayah di pantai selatan Seram—Pesta kejam penduduk asli—Kembali ke Saparua dan Amboina
BAB VII.
BANDA.
Gubernur Arriens mengundangku untuk menemaninya ke Banda—Gunong Api—Jalan Banda—Banda Neira dan bentengnya—Geologi Lontar—Perbandingan Banda dan kawah di Gunung Tenger—Cengkih dari pohon pala—Pohon kenari—Orang Datang—Kami mendaki gunung berapi—Dalam ancaman bahaya—Kawah—Keturunan berbahaya—Letusan Gunong Api—Gempa bumi di Neira—Keberadaan besar Kediaman Banda—Kepulauan Ki dan Arru—Kembali ke Amboina—Geologi pulau Amboina—Perdagangan Amboina—Makam Rumphius—Sejarahnya
BAB VIII.
BURU.
Perpisahan pada Amboina—Pantai utara Seram—Wahai—Buru—Kayéli—Perjalanan ke berbagai belahan teluk—Rumah di hutan—Hidangan Melayu—Tembakau dan jagunung—Kawanan parkit—Burung indah—Sejarah Buru—Agama dan hukum Alfura—Pencukuran kepala anak muda—Perayaan perkawinan—Hukum perkawinan di daerah-daerah Muslim—Perkawinan Melayu—Candu, dampaknya dan sejarahnya—Minyak Kayu putih—Taman di sekitaran laut—Roban—Burung-burung berkulit—Hama tropis—Perburuan rusa—Dinding—Armada ancaman—Lembaran romansa—Kesempatan terakhir di Buru
BAB IX.
TERNATE, TIDORE, DAN GILOLO.
Musim di Seram dan Buru—Bachian dan Makian—Letusan Ternate—Magellan—Bekas monopoli—Anjing pelacak Gilolo—Migrasi—Tanda lahir—Perlintasan Molucca—Pembajak Melayu—Mereka menantang Belanda
BAB X.
SEMENANJUNG SULAWESI UTARA.
Gunung Klabat—Kema—Perburuan babirusa—Kemah laut—Ular-ular besar—Dari Kema ke Manado—Letusan Gunung Kemaas—Masyarakat Minahassa—Terlempar dari kuda—Bantik—Mayat hidup—Sejarah pohon kopi—Di rahang buaya—Teluk Manado—Danau Linu—Kilauan sinar bulan
BAB XI.
MINAHASSA.
Air terjun Tinchep—Sumur lumpur—Kolam air panas—Penampilan kuno bumi kami—Danau Tondano—Salah satu pemandangan terbaik di dunia—Arak pinang—Makam penduduk asli—Kristen dan pendidikan—Tanjong Fiasco—Pertambangan emas di Sulawesi—Pulau Buton—Makassar—Kegemaran meraung
BAB XII.
SUMATRA.
Padang—Jalan-jalan indah—Melintasi aliran—Celah—Atap berbentuk sabit—Pemasangan tindik telinga—Cañons—Kawah besar Manindyu—Amfiteater luas—Ophir—Pertambangan emas
BAB XIII.
MENUJU WILAYAH KANIBAL.
Lembah Bondyol—Monyet—Orang-utan—Lubu Siképing—Harimau dan kerbau—Lembah Rau—Makam Batta—Berjalan di sepanjang tepi jurang—Fajar dan senja—Padang Sidempuan—Di antara kanibal—Keturunan dari Barizan—Jembatan ikat rotan—Ornamen emas—Pohon kamper
BAB XIV.
KEMBALI KE PADANG.
Teluk Tapanuli—Hunian Iblis—Pengarungan berbahaya—Di antara suku Batta—Misionaris dan mempelai mereka—Perayaan kanibal—Perdagangan lada—Inggris nampak di Timur—Diserang oleh angin besar—Ayar Bangis dan Natal—Ulang tahun raja—Gagasan besar Melayu
BAB XV.
DATARAN PADANG.
Gemuruh dan petir di wilayah tropis—Paya Kombo dan Lembah Bua—Gua Bua—Mendaki lembah menuju Suka Rajah—Ibukota kuno Minangkabau—Reformator Korinchi—Gaya pembuatan senapan Melayu—Makanan sederhana—Sejarah geologi dataran—Tiga Belas Kota Konfederasi—Sisi Mérapi—Penduduk asli Kepulauan Pagi—Tempat muara Samudra Hindia bermula
BAB XVI.
MELINTASI SUMATRA.
Teluk Bencoolen—Pulau Tikus—Hilangnya koleksi Gubernur Raffles—Jebakan harimau—Penghisap darah—Lubang untuk badak—Anak perawan—Dataran Musi—Dari Kopaiyong ke Kaban Agong—Pribumi dihancurkan oleh harimau—Kekayaan Sumatra—Anak gadis—Pasukan monyet—Dari Tebing Tingi ke Bunga Mas—Mereka datang menaiki gajah—Di antara harimau—Suku Pasuma—Perjalanan di punggung kuda—Tanah permainan
BAB XVII.
PALEMBANG, BANGKA, DAN SINGAPURA.
Gunung Dempo—Rakit-rakit biji kokoa—Menyusuri Limatang—Kapas—Dari Neraka ke Surga—Palembang—Kubus—Bangka—Dipersembahkan dengan piton—Piton kabur—Perjuangan hidup—Pelayaran ke Tiongkok

Sumber: Travels in the East Indian archipelago