Permainan Tradisional NTB/Baluan Dara

Permainan Baluan Dara adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Permainan ini dapat ditemukan di Kampung Talaga Ngembeng desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Batat. Nama permainan ini berasal dari kata "Baluan" yang berarti memperoleh dan kata "Dara" yang berarti burung merpati. Permainan ini sering disebut juga "balu bau" atau "lepas nyontoq" yang semuanya mengandung perjudian. Yang semata-mata untuk kegemaran atau hobi disebut "ngindangan" dan "ngelolosan". Permainan ini dilaksanakan sore hari dan berfungsi sebagai hiburan, menambah kegembiraan dan mengisi waktu luang.

Burung Dara
Permainan Baluan Dara

Sejarah Permainan

sunting

Permainan Baluan Dara telah ada secara turun-temurun di lingkungan masyarakat dan tidak diketahui secara pasti asal-usul permainannya. Fungsi permainan ini adalah sebagai media hiburan. Namun fungsi ini pernah mengalami pergeseran menjadi sarana perjudian. Bagi masyarakat yang melakukan permainan ini sebagai kegemaran, terdapat rasa asyik ketika burung dara dapat terbang dalam jangka waktu yang lama dan kembali ke rumahnya tidak kurang satu apapun. Sampai saat ini, masih banyak orang yang memelihara dan bermain burung dara. Peserta permainan biasanya memiliki pengetahuan dalam memelihara dan melatih burung-burung dara. Burung-burung yang sudah terlatih ini harganya sangat tinggi, khususnya yang sudah pernah dipertandingkan. Pada permainan Baluan Dara ini, unsur-unsur magis sangat besar peranannya. Ketika burung dara dilepas, selalu disertai mantra-mantra ataupun ramuan benda-benda magis.

Jenis-jenis Baluan Dara

sunting

Permainan burung dara ini terbagi menjadi 3 jenis sesuai dengan tujuan permainan. Jika sebagai sarana taruhan disebut Baluan Dara. Sedangkan apabila hanya bersifat hiburan atau kegemaran terdiri dari 2 jenis yaitu Ngindengang dan Ngelolosan. Penjelasan dari masing-masing jenis yaitu sebagai berikut.

  1. Ngindengang. Permainan ini berupa pelepasan burung dara dan diusir menggunakan ranting-ranting daun agar terbang ke angkasa. Pemilik menikmati dari bawah sambil mendengarkan suara merdu yang keluar dari sundari burung-burungnya. Burung dara terbang makin lama makin rendah dan kembali ke kandang masing-masing.
  2. Ngelolosan. Permainan ini hampir mirip dengan Ngindengang tetapi bedanya ketika burung dara dilepas ke angkasa, mereka langsung terbang kembali menuju rumahnya. Semakin cepat tiba di rumah, maka semakin baik. Kepuasan pemain peroleh apabila burungnya dapat kembali ke rumah dengan cepat dan tepat meskipun dilepaskan dari tempat yang jauh.
  3. Baluan Dara. Permainan ini dilakukan sebagai sarana taruhan atau perjudian. Permainan ini mempunyai aturan-aturan, hukuman-hukuman dan urutan-urutan tertentu.

Pemain

sunting

Permainan Baluan Dara biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki dari segala lapisan masyarakat yang mempunyai kegemaran memelihara burung dara. Jumlah pemainnya tidak tertentu, biasanaya dilakukan dalam kelompok-kelompok baik di dalam satu desa maupun antar desa.

Peralatan Permainan

sunting

Permainan Baluan Dara menggunakan beberapa peralatan yaitu sebagai berikut.

  1. Burung dara atau merpati dengan jumlah yang tidak tertentu. Tidak semua burung dara dapat diadu dalam permainan ini. Burung dara yang bagus untuk permainan ini disebut "kedat" yaitu burung dara yang tahan ngindang atau terbang, sedangkan burung dara yang tidak tahan ngindang disebut "onjo" dan tidak akan dipakai untuk baluan.
  2. Greneng, yaitu alat yang dipasang pada leher burung yang akan mengeluarkan bunyi merdu pada saat ngindang atau terbang. Greneng terbuat dari seng atau kuningan. Ada 3 macam Greneng yaitu Greneng Nunggal yaitu greneng tunggal, Greneng Gempel atau Greneng Rimpit yaitu tiga atau lima greneng didempetkan dan Greneng Nyuling. Greneng Nunggal dan Greneng Gempel terbuat dari bahan kuningan, sedangkan Greneng Nyuling terbuat dari bahan seng.
  3. Sundari, yaitu alat yang dipasang pada leher burung dan hampir sama dengan Greneng. Sundari terbuat dari bahan "tolang" atau tulang, "tangdaq" atau tanduk, "biluk" atau bambu buluh dan "lekong" atau kemiri.
  4. Teken, yaitu hiasan gelang yang dipasang pada kaki burung dara yang terbuat dari tanduk atau tulang.

Aturan Permainan

sunting

Terdapat beberapa aturan dalam permainan Baluan Dara yaitu sebagai berikut.

  1. Masing-masing orang membawa burung daranya masing-masing dan berangkat menuju kampung atau desa yang terdapat penggemar baluan.
  2. Pihak yang dikunjungi disebut Penemin, sedangkan pihak yang datang sebagai tamu disebut Pembalu.
  3. Pihak Pembalu dan pihak Penemin masing-masing mempunyai seorang Pekembar. Pekembar berasal dari kata kembar yaitu orang yang bertindak mengembarkan atau menjadi penengah. Tugas Pekembar adalah sebagai juru penengah, pelepas burung dan pengumpul taruhan.
  4. Taruhan dalam permainan ini biasanya berupa burung atau uang. Jika burung yang menjadi taruhan, maka pertandingannya 2 berbanding 1 antara Pembalu dan Penemin. Artinya kalau Pembalu kalah, dia akan membayar 2 ekor. Sedangkan jika Penemin yang kalah, dia hanya membayar 1 ekor. Apabila berbentuk uang, maka perbandingannya ringgit dan rupiah. Kalau dikatakan taruhan 100, berarti jika Pembalu kalah harus membayar 100 ringgit, sedangkan jika Penemin yang kalah hanya membayar 100 rupiah.

Cara Bermain

sunting

Terdapat beberapa tahapan dalam permainan Baluan Dara yaitu sebagai berikut.

  1. Permainan diawali dengan kalangan penggemar Baluan Dara (Pembalu) mendatangi desa yang terdapat banyak penggemar Baluan Dara (Penemin).
  2. Pembalu dan Penemin telah menyiapkan burung dara yang akan dijadikan baluan.
  3. Pekembar Pembalu akan menawarkan dahulu burung yang akan dipakai untuk baluan. Setelah pihak Penemin mengetahui dan mengamati burung baluan pihak Pembalu, Pekembar Pembalu menawarkan taruhannya.
  4. Jika taruhan sudah disepakati, Pekembar Pembalu mengumpulkan taruhan terlebih dahulu dan jika sudah diketahui pemenangnya, akan diserahkan kepada Pekembar Penemin untuk dibagi-bagi.
  5. Kemudian terjadi tawar-menawar, jika taruhan telah disepakati maka permainan dilanjutkan dengan memberi tanda pada burung yang akan dipakai baluan. Kegiatan ini disebut "tanduk" atau memberi tanda yang akan dilakukan dengan cara "begelik" yaitu memberi tanda dengan "julaq" atau air kunyahan sirih yang dilakukan oleh Pekembar Pembalu. Tanda ini biasanya ditaruh di bawah Greneng, "kibul" yaitu bagian bawah ekor atau pada "impung" yaitu paha burung sesuai yang telah ditentukan oleh pihak Pekembar Penemin.
  6. Setelah ditetapkan burung yang akan dipakai untuk baluan, lalu disiapkan 2 ekor burung lain sebagai pendamping dari pihak Pembalu dan semuanya diberi tanda.
  7. Selanjutnya burung tersebut dilepas satu persatu, diawali dengan burung baluan dan disusul pendampingnya saat burung baluan sudah tidak nampak. Yang bertindak melepas burung baluan adalah Pekembar Pembalu dan diawasi oleh Pekembar Penemin.
  8. Pada setiap pelepasan burung baluan, selalu diikuti oleh burung pihak Penemin yang disebut "pengebur" atau "penyakup" dengan jumlah tidak tertentu.
  9. Tugas pengebur ini untuk mengacaukan atau mempengaruhi burung baluan dan pendampingnya.
  10. Tahap selanjutnya adalah "natap" atau mengecek yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
  11. Pihak Pembalu dan Penemin menuju desa Pembalu dimana burung baluan yang telah dilepas harus kembali.
  12. Pada saat rombongan data, ketiga burung yang sudah diberi tanda harus sudah berada dalam kurungan.
  13. Jika saat rombongan datang, burung belum ada dalam kurungan berarti pihak Pembalu kalah.
  14. Kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap burung baluan dalam kurungan, apabila terdapat cacat atau kakinya terkena getah, maka Pembalu dinyatakan kalah dan harus membayar sesuai taruhan yang telah ditetapkan.[1]

Referensi

sunting
  1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Permainan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan