Permainan Tradisional NTB/Mpaa Sila

Permainan Mpaa Sila adalah salah satu permainan tradisional yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Permainan ini dapat ditemukan di kampung Rasanggaru, Desa Matua, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu. Nama permainan ini berasal dari kata "Mpaa Sila" yang berarti main silat. Pengertian main silat di sini adalah dengan "peda" (pedang). Jika dengan tangan kosong disebut Gantao. Permainan ini biasanya dimainkan untuk memeriahkan hari bcsar atau upacara seperti pada saat upacara perkawinan atau khitanan.

Permainan Mpaa Sila

Sejarah Permainan sunting

Permainan Mpaa Sila dan Gantao merupakan permainan masyarakat di daerah Bima dan Dompu. Sejarahnya dimulai dari kedatangan dua orang pedagang Arab di Bima dan Dompu, berrnama Huma dan Banta. Kedatangan mereka bertujuan untuk menyebarkan agama Islam. Pada waktu itu terkenal 3 orang pendega (pendekar) bernama Talibo, Pata Epa dan Pata Elo yang berdarah Bugis. Dari Wawo berkembang ke Kempo dan pelabuhan Ndaru di Bima. Mulai saat itu Mpaa Sila dan Gantao dipertunjukkan di depan umum. Mpaa Sila dan Gantao di Ndaru berkembang ke desa Raanggo, Daka, Hu' u, Kore, Kilo, Kambu, Pio dan Tambora. Sedangkan yang berada di Kempo berkembang ke Pekat, Calabai, Nangamiru, Labuan Kenanga, Mindanae dan Mindatoi. Dahulu Mpaa Sila dan Gantao biasanya diadakan pada upacara Ndiha Molu (Maulid Nabi di Kerajaan) dan Pako Paja Kai (Panen sawah Raja). Acara seperti itu merupakan tempat pertemuan para pendega dan sangat ramai dikunjungi oleh seluruh lapisan masyarakat. Sekarang permainan ini sering dilakukan pada upacara hari-hari besar nasional, regional, atau untuk menyambut tamu.

Pemain sunting

Permainan Mpaa Sila biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, baik para pemuda maupun orang dewasa. Umumnya pertandingan diadakan satu lawan satu. Dalam satu kali pertunjukan terdapat beberapa pasang.

Peralatan Pemainan sunting

Permainan Mpaa Sila menggunakan peralatan berupa pedang.

Iringan Permainan sunting

Permainan Mpaa Sila menggunakan iringan musik yang disebut Marakani. Marakani terdiri dari dua buah genda atau gendang yang disebut "genda ka ina" dan "genda ka ana". kedua gendang tersebut mengeluarkan suara yang berbeda. Selain itu, terdapat alat musik seperti Katongga (sejenis kempul Jawa tetapi kecil), dua buah silu (suling), sebuah No (gong) yang iringan musiknya ada dua irama yaitu : Boe Katete yang dibunyikan sebelum permainan dimulai, dimaksudkan untuk memanggil penonton dan pada waktu pertandingan sedang berlangsung dibunyikan irarna Boe Kanja.

Aturan Permainan sunting

Terdapat beberapa aturan dalam permainan Mpaa Sila yaitu sebagai berikut.

  1. Pukulan boleh dilakukan pada tubuh bagian atas dari pusat sampai ke bahu dan pada bagian bawah dari telapak kaki sampai ke lutut.
  2. Pukulan dilakukan menggunakan pedang dengan cara membabat atau menusuk.
  3. Kekalahan terjadi jika salah seorang menyerah atau kepayahan dan tak sanggup melanjutkan permainan.
  4. Pada Gantao berlaku peraturan yang sama, hanya tidak menggunakan pedang.
  5. Perbedaan yang lain nampak bahwa Gantao lebih mengutamakan unsur hiburan. Kadang-kadang pemain membuat gerakan yang lucu sehingga penonton bersorak sorai kegirangan.

Cara Bermain sunting

Terdapat beberapa tahapan dalam permainan Mpaa Sila yaitu sebagai berikut.

  1. Sebelum permainan dimulai para jago sudah siap sedia di tempat yang telah disediakan.
  2. Sementara itu irama Boe Katete musik Marakani mulai dibunyikan. Mendengar irama musik tersebut penonton biasanya berdatangan dan tanpa dikomando mengelilingi arena bentuk lingkaran. Di tengah Iingkaran itulah para jago akan bertanding.
  3. Sebelum permainan dimulai dua buah pedang disilangkan di tengah arena.
  4. Seorang Douna Tua atau yang dianggap tua di luar arena mencari calon pemain.
  5. Sebelum permainan dimulai dua buah pedang disilangkan di tengah atau demonstrasi gerakan silat tanpa pedang. Kemudian diganti oleh pemain yang lain untuk melakukan hal yang sama.
  6. Sesudah kedua pemain melakukan langka, lalu permainan dimulai dengan terlebih dahulu mengambil pedang yang sudah dipasang di tengah arena tadi.
  7. Kemudian mulailah mereka saling membabat dan menusuk.
  8. Setiap selesai satu tahap, diselingi dengan menari-nari, memukul dan menangkis dilakukan bergantian.
  9. Demikian terus menerus sampai kedua pemain merasa lelah atau salah satu menyerah.
  10. Permainan diselingi dengan Gantao yang dikenal jurus-jurus yang disebut jurus harimau,selence (keranda), kuda-kuda dan lain-lain.
  11. Dalam permainan ini tidak ada hukuman atau hadiah. Yang ada adalah kepuasan batin bagi yang menang dan ejekan penonton bagi yang kalah.[1]

Referensi sunting

  1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1984). Permainan Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan