Islam Abad Pertengahan/Sejarah/Ayyubiyah
Ketika pasukan Salib pada Perang Salib Pertama berhasil mengalahkan Kekhalifahan Fatimiyah dan merebut Yerusalem pada tahun 1099 M, Mesir dan Suriah merasa bahwa Fatimiyah sudah melemah. Salah satu jenderalnya, Salahuddin Al Ayyubi, merebut kekuasaan dari Fatimiyah dan mendirikan diansti Ayyubiyah.
Saladin adalah orang Kurdi yang berasal dari Tikrit di Irak utara. Dia datang ke Mesir pada tahun 1168 M sebagai asisten pamannya, yang merupakan seorang jenderal dan kemudian menjadi wazir dari khalifah Fatimiyah terakhir. Setelah paman Salahuddin meninggal setahun kemudian, Salahuddin pun memperoleh kekuasaan atas Mesir. Pada tahun 1173 M, kakak Salahuddin, Turansyah, menaklukan Yaman di Jazirah Arab, yang memberikan Salahuddin kendali atas perdagangan dari India melalui Laut Merah. Dia adalah jenderal yang amat sukses yang mengikuti jenderal Mamluk Zangi dan Nureddin dalam merebut kembali sebagian besar wilayah yang hilang pada Perang Salib Pertama. Dia merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M.
Berbeda dengan dinasti Fatimiyah yang Syi'ah, Salahuddin adalah seorang Muslim Sunni, jadi dia kembali menyebarkan ajaran Sunni di Mesir dan Suriah. Dia membuka sejumlah madrasah yang menyebarkan ajaran Sunni kepada orang-orang, dan juga mengajarkan ilmu dari Iran ke Mesir dan Suriah. Ini membuat dinasti Ayyubiyah dekat dengan para khalifah Abbasiyah di Baghdad. Ketika Salahuddin meninggal pada tahun 1193 M, dia dimakamkan di Damaskus, di dekat Masjid Agung Umayyah.
Setelah kematiannya, para putra dan kerabat Salahuddin membuat wilayah Ayyubiyah terpecah menjadi diansti-dinasti kecil. Muncul pemerintahan-pemerintahan tersendiri di Damaskus, Aleppo, Hims, Hamat, dan Diyar Bakr. Namun para sultan Ayyubiyah di Kairo adalah yang paling kaya dan mereka mengendalikan sebagian besar pemerintahan kecil tersebut. Para cendekiawan dan pendakwah Yahudi dan Kristen seperti Maimonides dan Francis dari Assisi pernah mengunjungi dan tinggal di Mesir. Beberapa dari para cendekiawan ini pernah tinggal di Kairo yang merupakan kota terkaya di Kesultanan Ayyubiyah. Ketika Paus Honorius menyerang Mesir pada Perang Salib Kelima, Ayyubiyah berhasil menghalaunya. Pada Perang Salib Keenam, untuk memperoleh kembali Yerusalem, para tentara Salib bertempur sebagai tentara bayaran bagi Ayyubiyah dalam melawan Mamluk.
Para pemimpin Ayyubiyah akhir memasukkan para budak Turk dan Mongol ke dalam pasukan mereka. Para budak ini disebut Mamluk dan seiring perkembangannya orang-orang Mamluk menjadi lebih berperan dalam militer Ayyubiyah daripada orang Ayyubiyah sendiri. Sedikit demi sedikit orang Maluk merebut kekuasaan dari para sultan Ayyubiyah. Pada akhirnya pada tahun 1250 M, Mamluk menguasai seluruh Mesir. Pada rahun 1260 M, nyaris seluruh wilayah Ayyubiayh sudah direbut oleh Mamluk.