Islam Abad Pertengahan/Sejarah/Mamluk
Mamluk pada awalnya adalah para budak di Kekhalifahan Abbasiyah. Sejak tahun 850 M, para khalifah Abbasiyah mengambil dan membawa para pemuda non-Muslim sebagai budak dan mendidik mereka menjadi tentara Muslim Sunni dalam pasukan budak. Para budak dalam pasukan Mamluk ini semakin lama jumlahnya semakin banyak.
Pada tahun 1144 M, seorang jenderal Mamluk bernama Imaduddin Zengi menaklukan Edessa, salah satu negara yang didirikan oleh orang Eropa setelah Perang Salib Pertama. Dia dibunuh oleh budaknya sendiri tidak lama setela itu, ketika dia ketahuan meminum anggur. Ketika pasukan Salib datang kembali untuk merebut lagi Edessa, putra Zengi, Nuruddin, berhasil menghalau mereka. Setelah itu Nuruddin mendirikan dinastinya sendiri dengan menaklukan Damaskus dari penguasa Muslim lokal.
Pada tahun 1100-an M, orang Mamluk lainnya bekerja kepada para sultan Ayyubiyah di Mesir dan Suriah, namun sedikit demi sedikit mereka mengambil kekuasaan dari para sultan itu. Pada tahun 1244 M, orang Mamluk menaklukan Yerusalem dari pasukan Salib. Pada tahun 1245 M raja Louis IX dari Prancis melancarkan Perang Salib Ketujuh untuk merebutnya kembali, namun dia malah ditangkap oleh Mamluk. Pada tahun 1250 M Syajar al-Durr, ibu dari sultan Ayyubiyah terakhir, membunuh putranya dan berkuasa sendiri. Dia mencetak uang dan membuat dekrit. Dia juga mengakhiri Perang Salib Ketujuh melalui negosiasi dan membiarkan Louis pergi. Syajar al-Durr dengan segera harus menikahi pemimpin Mamluk, Aybak, supaya tetap berkuasa, namun dia terus memerintah dan pada tahun 1257 dia membunuh Aybak. Setelah itu dia ditangkap dan dihukum mati. Ini membuat Mamluk dapat menguasai Mesir dan Suriah.
Dinasti Mamluk yang berkuasa pada masa ini disebut Bahri. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga Turk dan Mongol. Mereka memerintah Mesir dan Suriah, dan kadangkala Jazirah Arab, hingga tahun 1382 M.
Ketika Mongol menyerbu Suriah pada tahun 1260 M, pasukan Mamluk berhasil mengalahkan mereka di Ain Jalut, dan mendesak pasukan Mongol mundur kembali ke Persia. Inilah pertama kalinya pasukan Mongol dikalahkan dalam suatu pertempuran besar. Pemimpin Mamluk dalam pertempuran tersebut, Baibars, kemudian menjadi sultan Mamluk seusai pertempuran.
Baibars dan pasukan Mamluknya mengalahkan pasukan Salib terakhir pada tahun 1263 M. Ketika itu terjadi pertempuran besar di Antiokhia, dan pada akhirnya 16000 tentara Kristen terbunuh sedangkan ribuan penduduk Antiokhia dijadikan budak.
Sejak tahun 1293 hingga 1340 M, sultan Al-Nasir berkuasa cukup lama, 47 tahun. Pada masa ini Mamluk amat kuat, dan istananya kaya dengan emas dan segala macam kemewahan. Namun periode kajayaan ini harus berakhir ketika wabah penyakit pes, yang disebut Muat Hitam, menimpa Kairo pada tahun 1347 M dan membunuh banyak penduduknya.
Setelah tahun 1382 M, kelompok Mamluk lainnya berkuasa dan mendirikan dinasti yang disebut Burj. Mereka kebanyakan merupakan orang Circassia. Tidak banyak terjadi peperangan pada masa dinasti Burj, namun mereka tetap merupakan pasukan yang tangguh, contohnya pada tahun 1426 M, Mamluk menaklukan pulau Siprus, pada tahun 1440 M mereka menyerang Rhodes meskipun gagal menguasainya.
Pada akhirnya kekuasaan orang Mamluk ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1517 M