Permainan Tradisional Betawi
Asal-Usul Permainan Tradisional Betawi
suntingPada masa sebelum adanya gawai, bentuk permainan yang disukai anak adalah permainan tradisional, karena dapat mengembangkan interaksi sosial yang kemudian tercermin dalam adaptasi sosial anak. Selain itu, perkembangan sosial anak juga tercermin dari kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman sebaya. Permainan tradisional memiliki dampak yang signifikan terhadap adaptasi sosial anak. Hal ini hanya dapat diwujudkan melalui permainan tradisional yang dapat mengembangkan keterampilan sosial.[1] Salah satu suku di Indonesia, Betawi memiliki warisan budaya dalam bentuk permainan tradisional. Permainan tradisional Betawi adakalanya memiliki kemiripan dengan permainan tradisional daerah lain. Misalnya saja dari bahan baku permainan seperti bambu, karet, dan sebagainya. Hal tersebut biasa ditemukan pada permainan tradisional di berbagai wilayah.
Oleh karena namanya permainan tradisional maka keumumannya dilakukan di luar ruangan jauh sebelum adanya penggunaan gawai. Tujuan dibentuknya permainan tradisional khas Betawi tentu saja mengisi waktu luang anak-anak di sela-sela aktivitas belajar dan di rumah. Permainan tradisional dari Betawi adakalanya diperlombakan pada berbagai kejuaraan seperti 17 Agustus, Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, atau bahkan hari ulang tahun Jakarta. Saat ini, permainan tradisional Betawi dilakukan untuk menjaga warisan budaya non-benda karena merupakan produk kebudayaan warga Betawi asli.[2] Apa yang menjadi ciri khas dari permainan tradisional Betawi karena letaknya di ibukota negara sehingga mengalami interaksi dengan etnik lain seperti Sunda dan Jawa.
Hal tersebut menjadi pemahaman umum mengapa Betawi dan permainan tradisionalnya menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia karena sejak zaman Belanda, wilayah tempat suku Betawi tinggal sudah ditempatkan sebagai pusat pemerintahan. Peletakan sentrum di wilayah masyarakat Betawi menjadikan adanya pengaruh terhadap budaya lain, inilah mengapa permainan tradisional di luar Betawi ada kemiripan. Walaupun, terdapat pembeda seperti dialek, penyebutan, dan peraturan main. Hingga pada saat ini di mana modernisasi mengglobal ke seluruh dunia, permainan tradisional Betawi masih dimainkan untuk tujuan pelestarian, di samping itu ada faktor keterbatasan ruang hijau terbuka untuk memainkan permainan tradisional.[3]
Ragam Permainan Tradisional Betawi
suntingBiasanya, permainan tradisional Betawi memiliki keumuman sama seperti penggunaan alat sederhana, durasi permainan relatif singkat, serta melibatkan dua orang atau lebih untuk meramaikan suasana. Berikut macam-macam permainannya:[4]
- Balap Karung
- Bentengan
- Bermain Das
- Bermain Layangan
- Bermain Torti
- Bola Gebok
- Badomba
- Coko
- Cici Putri
- Congklak
- Dampu
- Gala Jamban
- Gangsing
- Gelindingan
- Gundu lobang
- Golilio
- Hompimpa
- Jangkungan
- Kukuruyuk Ayam
- Koba tiup
- Lari gandeng
- Layangan Singgang
- Maen kalengan
- Meriem Sundut
- Main Karet
- Petak Umpet
- Petasan
- Pletokan
- Pong tipong balong
- Silem-sileman
- Sala buntut
- Serok kwali
- Tangkreb
- Tepok nyamuk
- Tumbuk uang
- Tok Kadal
- Ujungan
- Ujan angin
- Tuk Tuk Ubi
- Wak Wak Kung
Selayang Pandang Mengenai Betawi
suntingNama Betawi sendiri sudah ada sejak zaman Belanda karena diambil dari kota Batavia yang disesuaikan dengan lidah masyarakat. Etnik Betawi memiliki ciri khas dalam logat dan dialek yang hingga kini umum dijumpai dalam percakapan sehari-hari wilayah ibukota. Hal tersebut dikarenakan suku Betawi terdiri atas orang-orang keturunan asli penduduk Batavia, nama lama untuk Kota Jakarta.[5]
Sejarah
suntingBudaya
suntingSalah satu lagu yang kerap dinyanyikan oleh masyarakat Betawi adalah "Kicir-Kicir", lagu tersebut memuat unsur khas Betawi yakni pantun bernada riang di dalam syairnya. Lagu “Kicir-Kicir” memiliki lirik yang khas yang dihubungkan dengan rima dan penghitungan suku kata yang banyak dijumpai dalam tradisi berupa pantun. Lagu ini sering dinyanyikan oleh masyarakat Betawi baik dalam kegiatan sekitar masyarakat, maupun pada acara-acara besar seperti hari kemerdekaan dan hari jadi kota Jakarta.[6]
Lagu ini mudah diingat karena bentuknya yang berima dengan a-a-a-a dan a-b-a-b. "Kicir-Kicir" menggambarkan budaya suku Betawi di Jakarta yang suka berpantun. Tradisi pantun timbal balik konon merupakan warisan budaya Melayu dan Tionghoa. Lagu ini adalah lagu yang bertujuan menghibur dengan nasehat kehidupan yang baik. Meski lagu ini sangat populer dan mencuat di telinga penduduk kota Jakarta, namun pencipta lagu "Kicir-Kicir" masih menjadi pertanyaan sampai sekarang.[7] Pencipta lagu daerah Betawi ini tidak dikenal atau tanpa nama. Lagu tradisional berkembang di tengah kehidupan masyarakat di mana secara lisan diturunkan dari generasi ke generasi sehingga tidak diketahui siapa pertama yang membuatnya. Lagu daerah "Kicir-Kicir" memiliki makna yang dalam. Lagu ini sengaja dibuat oleh masyarakat Betawi sebagai lagu penghiburan dengan nasihat-nasihat baik dan penyemangat hidup. Setiap kata yang tercantum menggambarkan kegembiraan dalam hidup seseorang yang bekerja dengan rajin untuk kebaikan orang lain.[8]
Profil Geografis
suntingGaleri
sunting-
Gangsingan kayu
-
Balap Karung
-
Hompimpa
-
Jangkungan atau Enggrang
-
Dampu
Daftar Referensi
sunting- ↑ https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOES/article/view/348
- ↑ https://regional.kompas.com/read/2022/07/21/213359278/daftar-permainan-tradisional-dari-37-provinsi-di-indonesia?page=all
- ↑ https://dinaskebudayaan.jakarta.go.id/news_web/detailnews/mengenali-permainan-tradisional-khas-anak-anak-betawi
- ↑ https://jakarta.suara.com/read/2021/06/18/083000/10-permainan-anak-betawi-asli-sudah-langka-dan-jarang-ditemui-di-jakarta?page=all
- ↑ https://www.gramedia.com/literasi/pakaian-adat-betawi/
- ↑ https://kumparan.com/katalog-musik/lirik-lagu-kicir-kicir-lagu-daerah-dki-jakarta-1yJsURfc0cl
- ↑ https://www.celebrities.id/read/lirik-lagu-kicir-kicir-Nzd921
- ↑ https://kids.grid.id/read/473236206/lirik-dan-makna-lagu-kicir-kicir-lagu-daerah-populer-dari-dki-jakarta?page=all