Rintik Gerimis di Jendela
Kumpulan cerpen oleh Anta Samsara
Rintik gerimis di jendela ini semula merupakan bagian dari Jarak antara hati kita: Kumpulan cerpen jiwa oleh 3 orang dengan masalah kejiwaan yang selesai dituliskan pada tahun 2011, yang merupakan karya dari Anta Samsara, Veronica, dan Hady Sucarsa. Kumpulan cerpen Rintik gerimis di jendela di bawah ini adalah sebuah publikasi-ulang dengan hanya mencakup karya-karya Anta Samsara tanpa mengikutsertakan karya-karya Veronica dan Hady Sucarsa. Cerpen "Raksasa-Raksasi" merupakan cerpen karya Anta Samsara yang mandiri yang semula tidak termasuk ke kumpulan cerpen manapun.
Kata Pengantar di bawah ini adalah kata pengantar yang diambil dari kumpulan cerpen Jarak antara hati kita.
Kata pengantar
suntingMengapakah kami menulis fiksi di saat kita semua digempur dengan realita? Mengapa kami mengarang padahal dunia ini telah terlampau sarat dengan kata-kata?
Kisah penulisan kumpulan cerpen ini berawal dari ide Veronica yang mengajak Anta Samsara untuk menulis kumpulan cerpen jiwa pada sekitar bulan Februari 2011. Dan Anta dengan antusias langsung menyetujuinya, karena dengan adanya ide itu, ia dapat menyalurkan hasrat naratifnya yang masih dalam bingkai kesehatan jiwa, bidang yang digelutinya semenjak 2008. Veronica dan Anta kemudian teringat pada Hady Sucarsa, aktivis Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia yang telah lama mengungkapkan hasrat ingin punya karya dalam bentuk tulisan. Maka kami pun bekerja masing-masing, asyik berkutat dengan tuts dan huruf, dan pada bulan April 2011, saling menunjukkan draft akhir karya kami.
Cerpen-cerpen kami sepenuhnya fiktif, namun dipengaruhi oleh banyak pengalaman kami selama menjadi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK[1]; Anta Samsara adalah orang dengan skizofrenia, Veronica adalah orang dengan depresi dan gangguan kecemasan, dan Hady Sucarsa adalah orang dengan bipolar).
Kami percaya, bahwa karya fiksi dapat dipakai sebagai cara untuk menggugah orang lain untuk menyadari betapa luas dan kompleksnya permasalahan yang dialami oleh ODMK di negeri yang kaya dengan penyimpangan ini. Kisah-kisah kami sebagian besar adalah laracerita, namun kami percaya itu adalah cara kami untuk mengatakan bahwa kita perlu bergerak ke arah yang lebih “positif” dan bukannya malah makin tenggelam dalam masalah bangsa yang makin dalam.
Selain itu, kami juga percaya bahwa tulisan adalah bagian dari bahasa, dan bahasa adalah perangkat bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesama. Kami, sebagai orang dengan masalah kejiwaan, ingin selalu saling menepuk pundak dan menyapa sesama, karena kami adalah bagian yang integral dari kemanusiaan, walaupun seringkali kami ditolak karena stigma. Niscaya, dengan menyusun kata, kami adalah manusia yang ingin selalu berkomunikasi dengan semua. Dengan kata lain, cerpen-cerpen kami adalah bagian dari keinginan kami untuk menjadi bagian yang diakui oleh manusia lain, bahwa kami juga adalah manusia, seperti halnya Anda dan mereka.
Kami yakin seperti yang telah banyak terbukti, bahwa literatur (kami tak menyebutnya sastra karena kami memang belum menjadi sastrawan) seringkali membuat orang menyadari permasalahan yang sebenarnya; walaupun apa yang ditulis itu adalah fiksi. Banyak orang bangkit empatinya karena tulisan semacam itu. Selain itu, gaya tulisan inilah yang disukai banyak orang, hal itu dibuktikan dengan melimpah-ruahnya bentuk tulisan ini pada saat-saat sekarang ini. Kami juga perlu menyalurkan apa yang kami pendam selama bertahun-tahun, dan tak ada yang membuat semua itu terwujud selain duduk di hadapan papan ketik dan mulai menulis apa yang ingin kami katakan.
Lalu mengapa kami mengarang di dunia yang telah sarat dengan kata-kata? Karena mengarang adalah ekspresi kami, sebagai manusia yang punya segunung perasaan yang akhirnya perlu diungkapkan seperti manusia lainnya. Kata-kata adalah letusan perasaan, dan jika udara di bumi ini kaya dengan kata-kata, itu adalah tanda bahwa kita semua rajin saling berbagi dan bercerita dan tidak saling memendam perasaan. Bukankah itu adalah pertanda baik?
Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah membuat kami menyelesaikan kumpulan cerpen ini. Terima kasih kami ucapkan kepada kawan-kawan kami terutama yang tergabung dalam Perhimpunan Jiwa Sehat (PJS) dan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI), Pak Pandu Setiawan (konsultan di Kementerian Kesehatan), Yeni Rosa Damayanti (Ketua Umum PJS), Ibu Sri Mulyati dan Tifa Putri, Ariandy Arief Noor dan Diyan Wahyu, Bagus Utomo (ketua KPSI), Suhari Bunadi (Simpul KPSI Kampung Melayu), dan masih banyak lagi yang lainnya yang tidak dapat kami perinci satu-persatu karena saking banyaknya.
Apa yang kami lakukan dengan buku ini, mungkin hanyalah langkah kecil, akan tetapi kami percaya bahwa langkah kecil ini lahir dari hati kami yang paling dalam dan paling murni. Selamat membaca!
Anta Samsara, Veronica, & Hady Sucarsa
Tentang penulis
suntingBagian Tentang Penulis ini diambil dari Kumpulan Cerpen Jarak antara Hati Kita tanpa mengikutsertakan profil Veronica dan Hady Sucarsa. Karena dituliskan pada tahun 2012, maka beberapa bagian profil mungkin sudah berkembang.
Anta Samsara adalah nama pena dari Lili(k) Suwardi [gelombang@lautanjiwa.com; +62 819 19 0000 92] lahir di Jakarta, 2 April 1979. Ia menuliskan perjalanan skizofrenianya dalam buku yang berjudul Gelombang Lautan Jiwa: Sebuah Psikomemoar yang diterbitkan oleh Jejak Kata kita (Yogyakarta, 2010), yang banyak mendapat pujian dari berbagai pihak dan merupakan memoar laris secara indie. Anta pernah mengikuti fellowship yang didukung oleh AusAID dalam iMHLP (International Mental Health Leadership) ke Universitas Melbourne pada tahun 2009.
Ia juga pernah testimoni tentang perjalanan hidupnya sebagai penderita skizofrenia di TvOne (Apa Kabar Indonesia, 2009; Coffee Break, 2011), B Channel (Buka Rahasia, 2009), Global TV (Rossy, 2010), Daai TV (Ruang Keluarga, 2012), ANTV (Sunting, 2012) dan di beberapa radio seperti iRadio (Sore-Sore, 2009), RPK FM (Pernak-Pernik, 2010), dan KBR 68H (Guru Kita, 2011).
Lihat lebih lanjut di sini.
Kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini
suntingKumpulan cerpen ini terdiri atas kisah-kisah fiksi di bawah ini, klik atau ketuk untuk membacanya:
Catatan kaki
sunting- ↑ Pada tahun 2012, pemilahan istilah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ; untuk yang punya masalah serius kesehatan jiwa) dan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK; untuk yang memiliki gangguan penyesuaian) belumlah umum. Sebaliknya semua yang mengalami baik gangguan maupun masalah kejiwaan disebut dengan istilah tunggal, yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK).